#12 ~ Flashback (1)

419 81 2
                                    

"Apa yang harus kulakukan setelah ini?"

Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di kepalaku sejak mendengar berita pesawat Kapten Son yang hingga detik ini belum ditemukan. Sudah lebih dari 15 jam sejak berita kehilangan itu di release, dan selama itu pula proses pencarian terus berjalan. Sejak siang hingga pukul 8 malam tadi aku terus mendampingi Seungwan beserta keluarganya di bandara untuk menunggu hasil pencarian yang dilakukan oleh tim pencarian dari pemerintah pusat dan juga bantuan kemanusiaan dari negara-negara tetangga. Aku sudah meminta izin kepada mereka untuk pamit pulang karena besok pukul 6 paginya aku harus terbang menuju Frankfurt.

Jam menunjukan pukul 4 pagi saat aku sedang bersiap-siap pergi menuju bandara. Sepanjang perjalanan rasanya sulit bagiku untuk dapat fokus pada kendali setir mobil. Pikiranku melayang kemana-mana, hatiku kacau tak menentu. Dipikiranku saat ini hanya ada Seungwan serta rasa bersalah yang mencekikku. Tanpa sadar kulihat kedua tanganku gemetar. Ku coba untuk menggenggam erat kedua tanganku yang sedang mengendalikan setir, namun hal itu justru membuat kedua tanganku semakin bergetar. Aku mendengus kesal. Park Chanyeol, kau harus mengendalikan dirimu. Ketakutan akan menghancurkanmu. Kau harus fokus, kau harus bekerja profesional. Everything's going to be alright. Kalimat itu terus ku tanamkan dalam otakku, mencoba untuk memberi sugesti diri sendiri agar setidaknya bisa sedikit tenang meski kedua tanganku yang semakin bergetar seolah memberi tanda bahwa itu tak berhasil.

*

Penerbangan dari Bandara Internasional Incheon menuju Bandara Internasional Frankfurt German menempuh waktu sekitar 11 jam 30 menit melalui penerbangan langsung. Dari awal perjalanan ku kerahkan seluruh kekuatanku untuk tetap fokus menerbangkan burung besi ini yang sedang mengangkut 290 orang. Semua orang yang ada di pesawat ini menjadi tanggung jawabku untuk mengantar mereka ke tempat tujuan dengan selamat. Aku harus mengenyampingkan kekacauanku, meski Sehun tampak tak lebih baik dari aku. Sepanjang penerbangan aku lebih banyak diam dengan Sehun, begitu pula dengan Jongin yang ikut diam seribu bahasa. Kami hanya akan membuka suara untuk membicarakan hal-hal penting, karena kami tau hari ini masih menjadi hari yang berat bagi kami sebagai Flight Attendat. Kecelakaan yang menimpa Kapten Son merupakan salah satu yang terburuk dalam sejarah maskapai kami. Bahkan hingga detik ini kami belum mengetahui bagaimana nasib Kapten Son beserta para penumpang dan awak kabin lainnya.

"Selamat Siang, Capt. Ini makan siangmu..." tiba-tiba lamunanku dibuyarkan oleh panggilan seorang pramugari yang menyodorkan sebuah nampan berisi makanan untuk jatah makan siangku.

"Terima kasih, Seulgi-ssi..." Pramugari bernama Kang Seulgi itu balas tersenyum, meski dari gurat wajahnya ia menyimpan kekhawatiran dan kesedihan mendalam. Apa yang dirasakan oleh Seungwan pasti juga sedang dirasakan oleh Seulgi. Tunangan Seulgi berada di pesawat itu saat bertugas sebagai Pramugara. Aku tau betul bagaimana sulitnya untuk Seulgi ketika ia harus terus tersenyum tiap kali memberi pelayanan kepada setiap penumpang meski dalam hati ia pasti menjerit sedih.

Makanan lezat yang tersaji dihadapanku tidak membuatku cukup berselera untuk menghabiskannya. Rasanya perutku selalu kenyang dan tak berkeinginan untuk makan. Pikiranku masih melayang-layang membayangkan bagaimana nasib Kapten Son dan yang lainnya. Apa mereka sudah ditemukan? Bagaimana keadaan mereka?

"Capt?" ku lirik Jongin yang sedang memandangku seraya menjulurkan selembar tissu padaku. Aku balas mengernyitkan dahi, heran.

"kau menangis..." dan saat ku pegang ujung mataku sudah terasa basah sekali. Ku lirik Sehun yang hanya menatap lurus ke depan dengan kedua mata memerah.

*

Jam menunjukan pukul 11 malam waktu Jerman ketika aku berhasil mendaratkan pesawatku dengan selamat. Setelah aku dan beberapa Pramugariku mengucapkan selamat tinggal dan terima kasih pada penumpang terakhir yang turun dari pesawat, ku lihat Seulgi tiba-tiba menangis. Beberapa pramugari lainnya langsung menghambur memeluk wanita yang sudah tak bisa membendung kesedihannya itu. Aku hanya mampu melihatnya tanpa melakukan apapun. Ku tundukan kepalaku saat harus melewati kerumunan pramugari tersebut ketika mengambil koperku. Aku segera berjalan keluar dari pesawat dan menarik koperku dengan tergesa-gesa.

Sehun berjalan di sampingku, dan disampingnya ada Jongin. Kami berjalan beriringan tanpa ada yang membuka suara, sekedar memecah keheningan. Hingga tiba-tiba ku dengar suara telfon berbunyi, disambung oleh Sehun dan Jongin yang berhenti bersamaan. Aku melirik Sehun sebentar lalu kembali melanjutkan langkahku menuju bagian Imigrasi. Namun baru beberapa langkah, Sehun memanggilku dengan suara bergetar.

"Pesawat Korean Airlines KS-431 sudah ditemukan dan 10 orang dinyatakan tewas, termasuk...Kapten Son..."

Rasanya duniaku runtuh detik itu juga...

Aku resmi menjadi seorang 'pembunuh'

Menukar nyawa orang lain demi kepentinganku

Tidak, tidak.

Seharusnya aku tidak berada disini sekarang

Seharusnya aku mati...

"Captain Park? Anda tidak apa-apa?" Jongin memegang sebelah tanganku, membantuku agar bisa menopang berat tubuhku. Aku hanya balas mengangguk pelan, lalu berjalan meninggalkan Jongin dan Sehun yang diam mematung.

Park Chanyeol, apa yang sudah kau lakukan?

*

Entah jam menunjukan pukul berapa ketika aku tiba ditempat ini. Aku berjalan sempoyongan menuju lift yang akan membawaku ke kamar hotel. Hingga suara 'ting' dari lift terdengar dan perlahan pintu lift terbuka. Masih dengan langkah sempoyongan ku coba menekan bel yang ada disalah satu pintu hotel. Tak lama pintu tersebut terbuka.

"Richard..." ku tatap lekat pemilik suara itu yang menyambutku tepat di depan pintu. Aku menatapnya dalam, dan mulai menangis. Langsung ku peluk tubuh ramping itu dengan erat dan menangis sejadi-jadinya. Dia ikut menangis, sedang tangan lembutnya mengelus-elus punggungku dengan sayang.

"Kath, I'm sorry..." hanya 3 patah kata itu yang mampu keluar dari mulutku. Kate mengangguk, mencium puncak kepalaku dan aku makin erat memeluknya karena aku sadar terhitung sejak hari ini, semua masalah akan dimulai.

To be continued~

I Don't Love you [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang