#6 ~ It's all about you, love

538 90 6
                                    

Park Chanyeol's eyes

Setelah menempuh perjalanan selama lebih dari 12 jam mengudara akhirnya aku dan Wendy tiba di London. Saat ini kami sudah sampai di sebuah apartemen yang berlokasi di sekitar Greater London dekat dengan London Eye, salah satu wisata ikonik di London. Ku akui Wendy memiliki selera yang cukup bagus dalam memilih penginapan. Wendy memesan satu apartemen bergaya modern yang di dominasi oleh warna putih dan abu-abu. Kamar apartmen kami ada di lantai 17 dengan pemandangan kamar yang langsung menghadap dengan Thames River dan Tower Bridge London.

 Kamar apartmen kami ada di lantai 17 dengan pemandangan kamar yang langsung menghadap dengan Thames River dan Tower Bridge London

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku masih tak paham mengapa kau tak membiarkanku berganti baju dulu.." Aku meletakan dua koper berukuran besar di pojok ruangan setelah Wendy membuka pintu apartemen dengan sangat bersemangat. Wendy melirikku dengan tatapan aneh dan bibirnya tersenyum, lalu ia mendekati seraya melingkarkan kedua tangannya di pinggangku.

"Kau tau, pemandangan favoritku adalah melihatmu dengan seragam pilot itu. Tentu kau ingat bagaimana kali pertama kita bertemu bukan?" aku melingkarkan kedua tanganku di bahu kecilnya dan menatap sepasang mata cantik tersebut.

"Ya tentu aku ingat, saat itu aku masih menjadi pria kurang ajar" Wendy tak dapat menahan tawa mendengar pengakuanku. Aku semakin mengeratkan pelukanku pada tubuh yang jauh lebih kecil ini. Terasa hangat, bahkan menggenggam tangannya saja sudah membuat seluruh tubuhku menghangat, terlebih hatiku.

"Bolehkah aku menggunakan kamar mandi terlebih dahulu? Aku merasa seluruh tubuhku lengket." dia memasang wajah jijik seolah merasa tak nyaman dengan bau tubuhnya. Padahal bau tubuh Wendy adalah salah satu aroma favoritku saat ini, dibandingkan dengan aroma salah satu parfum hugo boss –ku.

"Ya tentu, sayang..." dia melepaskan pautan tangannya yang bersarang di pinggangku dan berlenggang pergi menuju kamar mandi yang berada di sudut lain kamar apartemen. Selagi menunggu Wendy selesai mandi aku memutuskan untuk menyiapkan peralatan mandi dan juga baju yang akan kugunakan hari ini. Saat ini London masih dalam musim dingin dengan suhu sekitar 8derajat Celcius, sebenarnya tak jauh berbeda dengan di Korea. Tapi bagiku menghabiskan musim dingin di negara lain terasa lebih menyenangkan, terlebih ini adalah kali pertamaku membawa kekasihku berlibur. Selama berpacaran dengan Kath -mantan kekasih dokterku- saat di New York, aku tak pernah sekalipun mengajaknya pergi berlibur. Kala itu aku masih sibuk menata karir saat bergabung dengan American Airlines dan dia yang baru saja diterima di sebuah rumah sakit khusus bedah. Aku dan Kath hanya menjalin hubungan sekitar 2 tahun lalu memutuskan berpisah karena kesibukan masing-masing dan beberapa ketidakcocokan diantara kami. Lagipula saat itu ibuku lebih menyarankanku untuk mendapatkan calon pendamping yang sama-sama berasal dari Korea, sedangkan Kath lahir dan besar di New York. Sayangnya aku belum memberi tahu ibu jika saat ini aku memiliki seorang kekasih yang juga orang Korea.

Ku lirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kananku, sudah lebih dari 15 menit Wendy berada di kamar mandi. Seharusnya ku maklumi saja karena Wendy memang lama jika sudah berada di kamar mandi. Tak ku pungkiri bahwa saat ini aku mulai merasakan ngantuk, terlebih lagi menahan rasa lelah setelah menerbangkan pesawat selama 12 jam dan didukung oleh cuaca London yang dingin. Aku melirik ke arah kasur, hanya ada 1 tempat tidur dan di sisi lain kamar ini terdapat sebuah sofa yang sepertinya tidak bisa ku tiduri karena ukurannya terlalu kecil. Tak lama Wendy keluar dari kamar mandi, ia masih menggunakan bathrobe nya yang berwarna putih dan handuk yang melilit diatas kepalanya.

I Don't Love you [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang