Son seungwan's eyes
Setiap hubungan percintaan memiliki kisahnya masing-masing. Ada yang berawal manis namun justru berakhir tragis, adapula yang berawal sulit dan seiring berjalannya waktu justru hubungan tersebut akan dipermudah hingga apa yang diinginkan tercapai. Sudah puluhan atau mungkin ratusan novel bertema percintaan yang kubaca sejak sekolah menengah pertama, dan sebagian dari novel tersebut akan menceritakan akhir sebuah hubungan karena salah satu pihak memilih untuk mengakhiri sedang pihak lain mati-matian mempertahankan. Mulai dari kisah cinta manis yang tidak masuk akal hingga kisah cinta tragis yang sering ditemui dikehidupan sehari-hari. Di dunia nyata, banyak pasangan yang mengkhianati kekasihnya dan juga sebaliknya. Ada yang memiliki alasan yang dapat diterima oleh akal jernih, ada juga yang harus berpikir ekstra agar dapat mengerti alasannya.
Contohnya saja kisah cinta tragis orang terdekatku, yaitu Kang Seulgi dan tunangannya. Mereka memiliki banyak kesamaan, mulai dari pekerjaan yang sama bahkan dimaskapai yang sama pula, kemudian memiliki makanan favorit yang sama hingga nama ayah mereka yang sama. Banyaknya kesamaan tidak menjamin semuanya akan berjalan sesuai dengan rencana. Nyatanya, orang yang paling dibanggakan oleh Seulgi itu justru pergi tak kembali. Pergi tanpa berpamitan, tanpa ada pertanda. Tunangan Seulgi ikut menjadi korban di kecelakaan pesawat yang sama dengan ayahku. Masih ku ingat dengan jelas seperti apa hancurnya Seulgi kala itu. Disaat bersamaan ia tetap harus bekerja dengan memendam kesedihan terdalam di hidupnya. Ia nyaris gila. Kisah mereka membuktikan bahwa kisah manis pun bisa berakhir tragis.
Lalu ada Joy, teman kuliahku di Kanada selain Irene. Dia sudah menjalin hubungan selama lebih dari 5 tahun saat itu. Hubungannya terkendala perbedaan agama dan juga suku. Joy yang memiliki darah Korea murni dan beragama Katolik menjalin hubungan dengan lelaki berdarah Mesir dan beragama Muslim. Atas dasar perbedaan itulah yang menjadikan hubungan mereka justru semakin kuat meski kedua orang tua mereka menentang. Tapi ketika Tuhan berkehendak, siapa sangka mereka dapat mempesatukan cinta mereka dan saat ini mereka tengah menanti anak kedua. Sebenarnya masih banyak kisah cinta yang menginspirasiku, namun 2 kisah cinta mereka yang sangat melekat diingatanku.
Disaat wanita lain diluar sana memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka karena menemukan kekasihnya yang mengejar perempuan lain, mungkin setidaknya aku bisa sedikit bersyukur. Tidak ada wanita lain dihubunganku dan Chanyeol, hanya ada aku dan dia –awalnya. Meski aku harus menerima kenyataan bahwa Chanyeol –pria yang paling kubanggakan itu memiliki anak dengan wanita dari masa lalunya. Jadi sebenarnya, aku lebih beruntung atau justru sebaliknya?
"Wendy, aku ingin kau mendengarkanku..." ketika mendengar suaranya, pikiranku secara otomatis kembali terfokus pada Chanyeol yang saat ini sedang duduk dihadapanku. Kedua tangannya yang jauh lebih besar menggenggam tanganku keras, entah karena merasa bersalah atau mencoba menekan emosi yang bergejolak dalam hatinya.
"aku tau dan sadar betul bahwa apa yang ku lakukan ini tak bisa dimaafkan. Jadi pertama-tama, aku harus memastikan jika kau mendengarku." Aku mengangguk pelan dan tak mengalihkan pandanganku pada wajahnya. Sungguh aku merindukan wajah ini, merindukan tangan besarnya ini ada padaku. Aku tau bahwa dalam kondisi seperti ini aku tak boleh besyukur. Tapi aku tak bisa menahan perasaanku, kupu-kupu sedang beterbangan diperutku. Sebahagia ini aku dapat mendengar suaranya.
Chanyeol dengan susah payah menjaga matanya agar terjaga pada pandanganku lalu mulai membuka suara. "Kecelakaan ayahmu terjadi karena aku, Wendy..."
Hening, dan dia masih membuka mulutnya.
"aku yang menukar rute penerbangan ayahmu. Seharusnya ayahmu terbang ke Jerman, dan aku ke Haneda. And It was happened..."
"ya, aku tau." Suaraku terdengar parau.
"apa?" Chanyeol tampak terkejut, tangannya semakin keras menggenggamku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Love you [COMPLETE]
RomanceAku tak mencintaimu, begitupun kau padaku. Namun akhirnya kenyataan menamparku, justru aku yang terlalu mencintaimu.