#8 ~ Let It Be

554 85 3
                                    

Park Chanyeol's Eyes~

"oh? Kapten Park? Selamat atas lamarannya ya! Akhirnya sebentar lagi kau akan mengakhiri masa lajang!"

"selamat, Kapten Park. Tunanganmu sangat beruntung bisa mendapatkan calon suami seperti mu!"

"aku turut bahagia mendengar berita ini! Congratulation for your engagement!"

Aku hanya balas tersenyum dan menganggukan kepalaku pada setiap orang yang mengucapkan selamat atas lamaranku yang diterima oleh Wendy sekitar 2 minggu lalu di Swiss. Sepertinya berita menyebar dengan sangat cepat saat aku memberitahukan hal ini pada Sehun kemarin lusa. Lelaki bermarga Oh itu tampak duduk dengan tenang sambil menikmati segelas kopi dan roti croissant nya tanpa memperdulikan wajahku yang sama sekali tidak memperlihatkan kebahagiaan.

"berita baik memang harus diberitahukan! Untuk apa jika kau menyimpan sendiri berita membahagiakan seperti ini?" masih sangat jelas diingatanku kalimat yang diucapkan Sehun sekitar 15 menit yang lalu ketika aku memprotesnya yang tanpa seizinku menyebarkan berita lamaranku. Sehun akhirnya melirikkan matanya ke arahku setelah menghabiskan roti croissant keduanya.

"aku tau ada sesuatu yang mengganjal dipikiranmu. Cerita saja, hyung. Kali ini aku berjanji tidak akan menyebarkannya" ucapnya dengan mimik wajah meyakinkan.

"lagipula, rasa aneh dan bimbang seperti yang kau rasakan saat ini sudah pernah kurasakan saat aku melamar Irene..." lanjutnya lagi.

"benarkah? Kenapa kau tak cerita padaku?" nada suaraku terdengar kaget, aku tak tau jika Sehun juga merasakan hal semacam itu. Kupikir hanya diriku sendiri yang merasa aneh ketika memutuskan untuk melamar seorang wanita.

"ya, tentu saja. Aku merasa aneh karena aku dengan beraninya melamar gadis cantik seperti Irene ketika makan malam bersama kedua orang tuanya. Namun yang lebih aneh, saat ia mengatakan 'yes!', rasa bimbang tiba-tiba menghantuiku..." wajahnya mempresentasikan perasaan yang pernah dirasakannya tersebut dengan sangat baik, membuatku seolah-olah masuk ke dalam perasaannya saat itu.

"aku sempat merasa bimbang jika pilihanku melamar Irene adalah pilihan yang tepat meskipun aku sudah memikirkannya sejak awal mengenalnya. Tiba-tiba aku ragu dan memiliki segudang pertanyaan dipikiranku. Salah satunya adalah, apakah ini hal yang benar-benar aku inginkan? Menikah, memiliki anak dan bertanggung jawab penuh atas kehidupan mereka. Apakah ini waktu yang tepat?" sehun menarik nafas dalam sebelum melanjutkan ceritanya.

"tapi pada akhirnya rasa cintaku pada Irene mengalahkan segala rasa bimbang dan ragu itu. Baru kali ini aku memahami kalimat love wins everything. Dengan cinta, semua memang terkalahkan dan tanpa sadar aku sudah menikahi Irene dan sekarang ia sedang hamil anakku..." lelaki itu terkekeh geli sendiri, namun sayangnya aku tak dapat ikut tertawa. Karena ceritaku tidak semudah dan seindah cerita milik Sehun.

"kau mencintai Irene?" pertanyaanku membuat ekspresi wajah Sehun berubah serius, suara tawanya hilang seketika.

"setiap tarikan dan helaan nafasku untuk Irene, hyung. Seperti itu rasa cintaku padanya..." tatapan matanya menyorotkan rasa cinta yang besar terhadap istrinya, dan bagiku ini adalah hal yang jarang terjadi pada Sehun saat mengungkapkan perasaannya. Lelaki ini memang mencintai Irene.

"kau melamar Wendy karena mencintainya kan?" butuh waktu beberapa detik untuk menjawab pertanyaan menohok Sehun tersebut.

"ya, tentu saja..." jawabku pada akhirnya. Sayang, lelaki berambut hitam pekat dihadapanku ini tampaknya menangkap sesuatu dari nada suaraku.

"kau tidak mencintainya, kan?" pertanyaan itu benar-benar menohokku. Pertanyaan yang seolah-olah menjadi ujung panah yang tepat mengenai sasaran.

"bicara apa kau? Tentu saja aku mencintainya. Jika tidak, mana mungkin aku melamarnya?" jawabku dengan seyakin mungkin, meski setiap kata yang ku keluarkan rasanya sangat memuakan.

I Don't Love you [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang