02

1.1K 124 10
                                    

kepala siyeon semakin berkunang-kunang, tubuhnya terlalu lemas hanya untuk berjalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kepala siyeon semakin berkunang-kunang, tubuhnya terlalu lemas hanya untuk berjalan. padahal tadi pagi hanya terasa lemas, namun sekarang bertambah dengan pusing yang cukup hebat. sedari tadi ia terus memegangi kepalanya sambil berjalan menuju kelas.

siyeon sudah tidak tahan, ia mulai meletakkan kepalanya di atas meja. perlahan-lahan matanya terpejam, tidak peduli perihal hari semakin gelap dan sekolah juga semakin melengang.






































"siyeon?" seorang laki-laki yang baru saja memasuki kelas dan menyadari keadaan siyeon itu pun lekas menghampirinya.

"pulang, yeon. bentar lagi udah malem," ujar laki-laki tersebut, namun tetap saja tidak ada sahutan dari siyeon.

"lo sakit?" tanyanya kembali, sampai akhirnya memberanikan diri untuk menyentuh dahi siyeon. "panas banget."

perlahan mata siyeon mengerjap-ngerjap, mencoba melihat ke sekelilingnya. tentu saja kedua matanya langsung menangkap seorang laki-laki yang telah berdiri tepat di hadapannya.

"jeno ..." tutur siyeon dengan suara berat khas bangun tidurnya. "lo ngapain ada di sini?"

"siyeon, lo sakit?" tanya jeno, panik.

"ah, udah mau malem, ya? kalo gitu gue pulang dulu, no." siyeon segera meraih tasnya yang jatuh di bawah meja.

"g-gue anterin ...." tawar jeno yang khawatir pada kondisi siyeon yang semakin melemah.

namun siyeon sama sekali tidak mepedulikan ucapan jeno, ia terus melangkah menuju ke luar kelas–sambil tetap memegangi kepalanya yang semakin bertambah pusing.

jeno segera menghampiri siyeon dengan cekatan. "gue anterin."

tanpa basa-basi lagi, jeno pun lekas meraih lengan siyeon dan memapah gadis itu hingga sampai ke halaman sekolah.

sejujurnya, jeno tidak pernah tahu alamat jelas rumah siyeon. namun jeno juga tidak tega melihatnya sendirian, tidak ada yang menolong.

"naik, yeon." pemuda itu benar-benar mengantar siyeon pulang, sore ini.























setelah sepuluh menit menempuh perjalan, kini jeno sudah sampai di halaman rumah gadis tersebut. syukurlah laki-laki itu bisa menemukan alamatnya.

tok tok tok

jeno mengetuk pelan pintu rumah siyeon, kemudian langsung dibalas oleh sayup-sayup vokal di balik bangunan tersebut. tidak lama setelahnya, pintu dibuka dengan cepat.

"siapa─loh, siyeon!" seorang wanita paruh baya muncul di hadapan jeno, parasnya tidak jauh mirip dari siyeon. rupanya wanita tersebut adalah ibunya.

"anu─siyeon sakit, jadi saya anterin pulang." jeno segera menyerahkan siyeon ke dalam rengkuhan ibunya.

"oalah, makasih ya. namanya siapa ini?" tanya ibu siyeon sambil tersenyum ramah ke arah jeno.

"jeno, tant. temen sekelas siyeon," jawab jeno dengan ramah juga. "kalau gitu, saya mau pamit dulu ya."

"oh, iya. makasih loh udah mau ngantar anak saya," ujar ibu siyeon sebelum akhirnya menutup pelan pintu.

sungguh, ini baru pertama kalinya jeno mengantar pulang seorang perempuan. dan ia sangat gugup bukan main.



























yunseong baru saja sampai di ruang berlatihnya yang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


yunseong baru saja sampai di ruang berlatihnya yang baru. jika ditanya, perasaannya sangat bahagia hari ini. ia sangat bersemangat untuk kembali berlatih.

begitu masuk ke dalam ruangan, yunseong langsung menjumpai seorang laki-laki yang terlihat tidak asing baginya.

laki-laki itu pun menoleh ke arah yunseong sambil menyeringai. "hoi, yunseong! lama amat, udah gue tungguin dari tadi."

"laaaah, emang gue telat banget, ya?" yunseong menatap aneh ke arah jaemin.

"ya, gak sih. habisnya gue sendirian, kan jadi creepy." jaemin beranjak dari tempat duduknya. iya, sambil nge-charge handphone.

"masih ada yang lain?" tanya yunseong sembari berjalan menghampiri jaemin.

"mungkin ada, tapi belum sampai aja," tukas jaemin.

tidak lama setelah itu, yunseong terkejut akibat suara gaduh yang entah berasal dari mana.

"anjir, kaget. suara apa barusan?!" umpat yunseong, menaikkan vokal bicaranya.

"suara apaan? gue ga denger apa-apa." jaemin mengernyitkan dahi–tanda bingung dengan sikap yunseong.

"masa lo ga denger? padahal keras banget suaranya." yunseong melihat-lihat sekitarnya, memastikan jika tidak ada barang yang jatuh.

"gak, sumpah. mungkin kuping gue lagi buntu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PRACTICE ROOM. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang