"masa lo pada ga ada yang lihat yunseong ke mana? kan barengan tadi?" tanya jeno.
"tapi terakhir dia pamitnya ke toilet, pas itu kita udah ga bareng yunseong lagi no," jelas hwang.
"lo pada yakin dia ke toilet? lama amat, masa iya mandi?" tanya jungmo memastikan.
"udah lah, gue aja yang ngecek ke belakang." karena yang lain masih ribut, soobin langsung cari yunseong tanpa basa-basi lagi.
pemuda itu segera berjalan cepat menuju ke arah letak sebuah toilet.
saat soobin telah tiba tepat di depan pintu kamar mandi, laki-laki itu kontan menghentikan langkahnya.
pintu masih dalam kondisi menutup, namun soobin rasa tidak ada siapapun di dalam sana. keadaan di dalam seperti lengang.
"seong? lo di dalem?" tanya soobin seraya memajukan tungkainya, mencoba mendengar bila ada jawaban.
sudah berkali-kali soobin menyebut-nyebut nama yunseong, bahkan mengetuk pintu itu dengan keras, tetapi tetap saja hasilnya nihil. tidak ada jawaban dari dalam sana.
"ah, bego. jadi dari tadi gue ngomong sendiri," umpatnya setelah menyerah.
soobin buru-buru kembali pada gerombolan teman-temannya yang lain.
"udah? yunseong mana?" celetuk hwang ketika menyadari soobin baru saja menampakkan kehadirannya.
"gak ada di kamar mandi, gue juga ga tau dia ke mana," jawab soobin sembari mengusap wajahnya dengan kasar.
semua raut menjadi panik seketika. mereka terlalu banyak memikirkan masalah yang terjadi, ditambah yunseong yang masih belum kembali.
kriet...
namun saat semua terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing, derit pintu yang dibuka perlahan itu membuyarkan semuanya.
lantas mereka menoleh, melihat siapa yang telah berdiri di ambang pintu.
seorang gadis dengan perawakan yang tinggi semampai, surai panjangnya terurai, rupa mukanya terlihat sangat datar.
gadis itu berjalan lurus dengan pelan di tengah keheningan, namun sepatunya masih saja dapat menghasilkan beberapa decitan.
langkahnya terhenti begitu saja setelah sampai beberapa senti dari hadapan mereka.
semua menatapnya bingung, tetapi tidak ada yang berani membuka suara.
kini gadis tersebut mengangkat lengannya, menunjukkan telunjuk di tangan kanannya, sebelum akhirnya ia menunjuk ke arah kanan.
"yunseong ... selamatin yunseong ...." lirihnya yang tentu saja masih dapat didengar oleh semua orang di situ.
"chaeyeon, lo ngapain?" tanya jeno yang terheran-heran dengan gerak-geriknya.
"yunseong dalam bahaya, kalian harus gerak cepat, dia bisa mati ...." balasnya dengan nada yang terdengar putus asa dan lirih sekali.
melihat kehadiran chaeyeon, tentu saja membuat soobin menjadi teringat oleh kata-kata jaemin kala itu.
"ga usah munafik. kan lo sendiri yang mau yunseong mati?" cetusnya begitu saja tanpa memikirkan keadaan saat ini.
perkataan soobin barusan membuat semua membelalak ke arahnya.
"apa lo bilang?" tanya hwang.
chaeyeon segera membalikkan badannya, kemudian berlari sembari mengusap wajahnya. semua menyadari bahwa chaeyeon sedang terisak.
"tuh, liat. pengecut lari, cuih," cetus soobin.
"bin, lo lebih tau semuanya, ya? tolong jelasin pelan-pelan tentang semua ini, biar kita semua paham," kim yang sangat kebingungan pun berkata dengan jujur. sungguh, ia sangat tidak paham.
"katanya sih, chaeyeon lagi ngerencanain sesuatu buat bunuh yunseong," balas soobin.
"sumpah? bukannya jaemin yang mau bunuh?" kim menaikkan intonasinya, setelah itu langsung menutup mulutnya.
kim keceplosan.
"gimana?" tanya soobin berharap kim akan mengulang perkataannya.
"sorry, maksud gue─"
"kim hyunjin, lo tau semuanya juga, kan? tolong ceritain."
kim gelagapan, bingung ingin berkata apa lagi. ia menunduk takut.
kemudian ia kembali mendongak, setelah itu menarik napas dalam-dalam. "hwang yunseong, dendam na jaemin."
begitu ucapnya, sama persis ketika chaeyeon menceritakan semuanya.
"yang lebih jelas?" ucap hwang agar kim bisa cepat memperjelas maksud dari perkataannya barusan.
"i-iya, jaemin dendam sama yunseong. sumpah, ini masalah orang tua mereka. gue ga yakin mau bilang," ungkap kim dengan ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRACTICE ROOM. ✔
Mystery / Thriller[ENIGMA] ; what happened to yunseong's practice room? and why did chaeyeon choose to stop being a dancer? millenium squad + written by quartervous, © 2019