***
"Aku tidak habis pikir dia bisa mengatakan itu padaku!" kesal Lisa, kepada seorang pria yang ia telpon– SE7EN. Saat itu sudah pagi, beberapa orang tengah menikmati sarapan mereka sementara Lisa yang tidak begitu lapar justru pergi ke lokasi syuting lebih dulu. "Aku sudah berusaha keras menyembunyikan rasa takutku. Aku berencana mengajak pria sialan itu ke kamarnya lalu meminta bantuannya, tapi dia justru berfikir aku dengan senang hati akan mengajak pria asing itu tidur di kamarku!"
"Harga dirinya juga terluka, pasti. Kau menolaknya, lalu dia melihatmu mengajak seorang pria asing ke hotel. Dia menolakku lalu berencana tidur dengan seorang pria asing yang ditemuinya di club? Jiyong pasti berfikir seperti itu," jawab SE7EN dari sebrang telpon. "Dan bukankah aku sudah sering mengingatkanmu? Jangan minum sampai mabuk sendirian, dan bagaimana bisa kau tertidur saat buang air?"
"Kenapa kau ikut memarahiku? Kau ada di pihakku atau di pihaknya?! Kau temanku atau temannya?!"
"Augh... Kenapa kau sangat sensitif? Kau sedang datang bulan?"
"Aku sedang kesal!"
"Ya ya ya kau sedang kesal tapi kenapa selalu aku yang kau hubungi saat kesal? Kau tidak punya teman lain?" ledek SE7EN namun itu justru membuat Lisa semakin kesal. Lisa tidak menjawab ucapan SE7EN, namun dengan emosi yang masih tinggi, Lisa mematikan panggilan itu secara sepihak.
Tapi tidak sampai lima menit, SE7EN menelpon Lisa sekali lagi. "Hei aku hanya bercanda, kau masih kesal? Abaikan saja ucapan Jiyong,"
"Aku punya banyak teman, aku tidak akan menghubungimu lagi," balas Lisa, terdengar sangat ketus. Sembari bergerak kesana kemari menyiapkan pakaian yang seharusnya di siapkan Saeron dan Bora, Lisa mencibir pada handphonenya.
"Heish... Jangan begitu, aku tidak punya teman lain selain dirimu. Tadi aku hanya bercanda,"
"Hm..."
"Hm? Hanya hm? Haruskah aku terbang kesana untuk mendapatkan maafmu? Aku tidak bisa melakukannya, nanti orang-orang akan berfikir kalau aku menyukaimu,"
"Kapan orang-orang pernah berhenti berfikir kau menyukaiku? Sejak dulu semua orang bilang kita berkencan," balas Lisa, ia kembali berbincang dengan SE7EN sampai matanya menangkap sosok Jiyong dan Taehee yang datang bersama. "Aku harus bekerja sekarang, aku akan menelponmu lagi nanti,"
"Tunggu," tahan SE7EN membuat Lisa menahan gerak tangannya. "Biar aku saja yang mematikan panggilannya,"
"Ya? Ah... Baiklah, cepat matikan,"
"Ada sebuah rahasia yang sudah lama ku sembunyikan darimu,"
"Apa itu? Kau sebenarnya menyukaiku? Aku-"
"Tidak. Ini bukan tentangku. Ini tentang Jiyong, sebenarnya aku tahu sudah lama tahu kalau dia menyukaimu. Dia sudah menyukaimu selama bertahun-tahun, hanya kau saja yang baru mengetahuinya," ucap SE7EN membuat Lisa langsung melihat Jiyong yang duduk di meja rias, di depan cermin menunggu seseorang merapikan rambut dan wajahnya.
"Kau serius? Kalau kau hanya bercanda, aku akan memukulmu begitu kita bertemu,"
"Aku tidak tahu, dulu dia memberitahuku, memberitahu Gummy noona juga, Sean hyung juga. Tapi kau pergi ke Paris dan kami pikir dia sudah tidak lagi menyukaimu. Saat kau kembali dari Paris kau membuatnya marah jadi ku pikir, aku tidak perlu memberitahumu kalau dia menyukaimu. Aku juga sempat lupa kalau dia menyukaimu dan kau mengingatku lagi beberapa hari lalu,"
"Ya! Kenapa kau tidak bilang dari awal?!" seru Lisa, terdengar kesal dan dengan langkah kasar ia berjalan keluar dari ruang make up. "Aku menyebut perasaannya hanya perasaan sesaat! Pantas saja kemarin dia tersinggung!"
Lisa yang sebelumnya merasa kesal pada Jiyong, kini justru merasa bersalah. Kalau ia tahu Jiyong sudah lama menyukainya, ia tidak akan mengatakan apapun tentang perasaan Jiyong, ia tidak akan menilai perasaan Jiyong. Kini, setelah pembicaraannya dengan SE7EN selesai, ia melangkah masuk ke dalam ruang make up dan melihat Jiyong tengah duduk dengan mata terpejam.
"Kau masih gugup? Karena syuting MV sendirian tanpa teman-temanmu?" tanya Jisoo, yang tengah merias Jiyong– menyesuaikan penampilan pria itu dengan adegan yang akan mereka rekam siang ini. "Atau ada masalah lain yang sedang kau pikirkan?"
"Rasanya selalu tidak nyaman setiap kali harus syuting sendirian," jawab Jiyong masih dengan mata terpejam. "Aku merindukan mereka berempat,"
"Kau tidak menelpon mereka?"
"Aku menelpon Daesung tadi pagi, tapi kami tidak sempat membicarakan banyak hal," jawab Jiyong dengan suara yang makin lama makin pelan, pria itu mulai mengantuk.
Jiyong kembali membuka matanya ketika sebuah tangan menyentuh lengannya. Rencananya untuk tidur sembari menunggu riasannya selesai harus ia batalkan karena Lisa yang menghampirinya dan menyodorkan segelas es kopi kepadanya. Dengan mata bingung, pria itu menatap Lisa kemudian menerima es kopi yang Lisa berikan.
"Make upnya belum selesai?" tanya Lisa, melirik Jiyong walaupun sebenarnya ia bertanya pada Jisoo. "Sebentar lagi," jawab Jisoo yang kemudian segera menyelesaikan riasannya kemudian meninggalkan Lisa dan Jiyong di meja rias itu.
Jisoo tersenyum dan menjauh dengan sopan, sementara Lisa masih diam di atas lantai tempatnya berdiri dan Jiyong pun diam di kursi tempatnya duduk. Tidak banyak yang ingin Lisa bicarakan, namun gadis itu tidak tahu harus memulai pembicaraan itu dari mana.
"Maafkan aku," tutur Lisa, tanpa berbasa-basi terlebih dahulu. Lisa pikir, semakin cepat ia mengatakannya maka akan semakin cepat juga rasa bersalah itu pergi. Akan tetapi Jiyong belum memahami apa maksud yang ingin Lisa sampaikan. "Maaf karena kata-kata kasarku tentang perasaanmu tempo hari dan maaf karena aku tidak bisa menerima perasaanmu," ucap Lisa, dengan sangat pelan– khawatir seseorang akan mendengarnya dan membuat Jiyong malu karenanya.
Jiyong seharusnya tidak terkejut, sudah beberapa hari terakhir ini ia membayangkan kata-kata itu keluar dari mulut Lisa, namun ternyata ucapan itu tetap tidak baik untuk jantungnya. Alih-alih menjawab ucapan Lisa, Jiyong justru meminum es kopi yang gadis itu berikan– sampai habis dalam sekali minum.
"Apa hanya ini? Noona punya minuman lain?" tanya Jiyong, sembari melihat tangan Lisa yang menerima gelas kosong pemberiannya.
"Jiyongie-"
"Stop! Aku harus syuting sekarang, kita bicara lagi nanti, ya?" potong Jiyong yang kemudian bangkit dari duduknya. Ia berjalan menjauhi Lisa kemudian meraih pakaian yang Saeron ulurkan padanya. "Sutradara, apa kita akan merekam adegan di kamar mandi sekarang? Suasana hatiku sedang sangat sesuai dengan adegan itu," ucap Jiyong begitu ia berdiri tepat di sebelah sutradara MV-nya.
Syuting di mulai, dan begitu seluruh kamera merekamnya, Jiyong mulai mengikuti instruksi sutradaranya– menangis. Pria itu menangis juga berteriak, di depan Lisa dan seluruh staff tanpa mengatakan pada mereka kalau ia sedang benar-benar terluka. "Taehee-ya," bisik Lisa, menarik perhatian pria yang berdiri di sebelahnya.
"Hm? Bukankah kemampuan akting Jiyong semakin hari semakin bagus? Dimana dia belajar akting? Kau tahu?" jawab Taehee, juga berbisik.
"Entahlah, tapi Taehee-ya... Aku ingin membatalkan semua rencanaku, aku tidak bisa memberinya pesta kejutan. Jadi tolong batalkan semuanya, ya?"
"Huh? Kenapa?"
"Jiyong tidak akan menyukainya,"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity
Fanfiction"Nanti, saat kau menikah, kau harus mengajak istrimu berjalan-jalan berdua. Kalian berdua bisa berjalan-jalan seperti sepasang saudara, dan itu akan membuat orang-orang iri, bukan begitu?" ucap seorang wanita kepada pria yang duduk di sebelahnya, di...