***
Sutradara menghentikan proses syutingnya, ia memuji akting Jiyong sekali lagi sementara sang aktor utama di MV itu masih duduk di set bilik kamar mandi dan menghapus air matanya. Taehee menghampirinya, ia memberikan selembar tissue kepada Jiyong kemudian ikut memuji akting pria itu. Tapi saat itu Jiyong tidak sedang berakting, pria itu benar-benar menangis, benar-benar sedih dan merasa sangat buruk. "Hyung, Lisa noona benar-benar menolakku," ucap Jiyong menanggapi pujian yang Taehee berikan terhadapnya. "Bagaimana ini? Aku rasa, aku tidak bisa menemuinya lagi,"
"Gadis itu Lisa? Bukan Kiko? Atau Taeyeon?"
"Kau benar-benar harus bersikap seperti ini?" tanya Lisa menyela obrolan Jiyong dan Taehee. Jiyong masih duduk di atas lantai, Taehee berjongkok di sebelahnya dan Lisa berdiri di depan mereka sembari memberi tanda pada para staff agar tidak mendekati mereka. "Disaat seperti ini aku tidak bisa berharap banyak darimu, baiklah... Haruskah aku kembali ke Seoul saja? Aku akan pergi kalau itu bisa membuatmu merasa lebih baik,"
Lisa tidak tahu siapa yang lebih dewasa diantara Seunghyun dan Jiyong, namun keduanya punya cara yang berbeda dalam mengatasi penolakannya. Seunghyun cenderung akan berusaha keras untuk tidak menunjukan rasa sakitnya, sedangkan Jiyong mencari alasan untuk menunjukkan bagaimana sakitnya penolakan itu. Seunghyun akan tertawa, berpura-pura seolah tidak pernah terjadi apapun sebelumnya, sedang Jiyong melakukan sebaliknya. Lisa tidak menganggap Jiyong terlalu kekanakan, hanya saja gadis itu tidak tahu bagaimana caranya ia mengatasi perasaan Jiyong.
Dengan egois, Lisa berharap Jiyong tidak akan membebaninya dengan sebuah perasaan yang tidak mungkin ia balas. Kau berhak menyukaiku dan aku juga berhak menolakmu, kenapa kau justru membuatku merasa bersalah karena tidak membalas perasaanmu?– berkali-kali Lisa menanyakan pertanyaan itu dalam hatinya, dan tidak ada seorang pun yang dapat menjawab pertanyaannya. Lisa tidak tahu alasan Jiyong begitu menyukainya, karena menurut pendapatnya sendiri, dirinya tidak layak di cintai, bahkan Lisa sendiri merasa tidak mencintai dirinya sendiri.
"Jangan bicara disini, ayo bicara di tempat yang lebih tenang," tahan Taehee sebelum orang-orang menjadikan obrolan mereka sebagai tontonan.
Detik berikutnya, Jiyong duduk di mobil bersama Lisa di sebelahnya mengelilingi Oxford street yang terkenal itu. Lisa yang mengemudi, sementara Jiyong duduk di sebelahnya dan menatap keluar. Jalanan yang mereka lalui sangat ramai sampai mobil mereka hanya dapat merayap di jalanan beraspal itu. Namun suasana di dalam mobil justru terlampau sepi hingga terasa begitu menyesakan bagi Jiyong maupun Lisa.
"Maafkan aku," ucap Lisa membuka pembicaraan di antara mereka. "Aku benar-benar tidak tahu bagaimana caranya menghadapimu. Aku merasa bersalah, juga khawatir. Apa yang harus kulakukan? Untukmu,"
"Jangan mengasihaniku, aku membencinya,"
"Aku tidak mengasihanimu," jawab Lisa dengan jari yang tanpa sadar mengetuk-ngetuk roda kemudi di tangannya– gugup. "Aku merasa bersalah-"
"Kenapa? Noona bisa menolakku seperti noona menolak Seunghyun hyung,"
"Aku minta maaf, aku tidak bisa membalas perasaanmu," jawab Lisa, kata-kata serta nada bicaranya sama persis sama seperti ketika Seunghyun menyatakan perasaannya. Namun Jiyong tetap tidak merasa lebih baik karena sejatinya penolakan bukanlah hal yang ingin Jiyong dengar. Apapun bentuknya, bagaimana pun susunan katanya, selama itu penolakan, Jiyong tidak bisa menerimanya.
"Kenapa? Karena Jiwon hyung?" tanya Jiyong dan Lisa langsung membatahnya. "Tapi kalau alasan itu bisa membuatmu merasa lebih baik, kau bisa menganggapnya begitu," lanjut Lisa usai ia mengatakan tidak.
"Hm... Aku merasa lebih baik," balas Jiyong sama sekali tanpa menatap Lisa. Pria itu masih menatap keluar dan mengabaikan lirikan heran gadis di sebelahnya. "Tapi harga diriku terluka, sangat parah. Aku senang noona menolakku bukan karena ada yang salah dari diriku. Tapi... Kenapa aku selalu kalah dari Jiwon sunbaenim? Aku G Dragon, aku menulis lebih banyak lagu dari Jiwon sunbaenim, aku lebih muda darinya, aku belum pernah menikah dan bercerai sepertinya. Tentu saja, dia debut lebih dulu dariku, dan Sechskies termasuk boygroup terhebat pada masanya, aku juga menyukai musik mereka, aku juga menyukai musik Jiwon sunbaenim. Tapi aku tidak lagi merasa ada di bawahnya, kenapa aku tetap kalah?"
"Bukan begitu, Jiyong-"
"Noona masih menganggapku sebagai anak kecil yang hanya tahu caranya bermain-main? Baiklah, kalau begitu aku akan bersikap kekanakan. Aku akan membuatmu menyukaiku kemudian mencampakanmu," Jiyong mendeklarasikan niatannya dan sukses membuat Lisa terkejut karenanya. Saking terkejutnya, gadis itu sampai menginjak pedal rem mobilnya dan mendadak berhenti– hampir menciptakan sebuah kecelakaan di jalanan ramai itu.
"Apa katamu?" tanya Lisa, masih sembari menginjak pedal remnya walaupun mobil di belakangnya sudah mulai menyerangnya dengan bunyi klakson.
"Noona yang memberitahuku, Jiyongie kau baru akan benar-benar sukses saat idolamu berubah menjadi sainganmu. Dengan bilang kalau noona menolakku karena Jiwon sunbaenim, noona membuat harga diriku terluka dan noona juga membuat Jiwon sunbaenim menjadi sainganku. Jadi noona harus menjadi tropinya, aku akan mendapatkanmu lalu meninggalkamu di lemari, seperti sebuah tropi," sinis Jiyong, sangat serius hingga Lisa merasa terhina karenanya.
"Ya!" teriak Jiyong dan Lisa bersamaan. Lisa berteriak karena kesal mendengar ucapan Jiyong sementara Jiyong berteriak karena Lisa yang memukul kepalanya. "Kenapa noona memukulku?!" protes Jiyong, sembari mengusap-usap kepalanya yang baru saja Lisa pukul. Lisa hendak menjawab ucapan pria di sebelahnya, namun mobil di belakang mereka sudah mulai mengamuk dengan klaksonnya dan membuat Lisa harus buru-buru menginjak pedal gasnya lagi.
"Bisa-bisanya kau bilang akan menjadikan seorang wanita sebagai sebuah tropi! Dimana sopan santunmu?!" omel Lisa, seolah Jiyong baru saja membicarakan gadis lain. "Jangan mempermainkan wanita seperti Dongwook! Kau ingin bernasib seperti Dongwook? Yang ditampar dan disiram kopi di cafetaria?! Augh sial disini tidak ada kopi untuk menyadarkanmu!"
"Aku tidak bilang kalau aku akan mempermainkan wanita! Aku hanya bilang kalau aku akan mempermainkanmu!" balas Jiyong seolah mereka tengah beradu suara siapa yang paling kencang. Lisa memutar arah mobilnya, kembali menyetir kembali ke lokasi syuting sementara Jiyong hanya diam di kursinya dan mengatur nafasnya.
Keduanya sibuk mengatur nafas masing-masing. Jiyong marah karena cara Lisa menolaknya yang terkesan sangat santai, sedangkan Lisa marah karena Jiyong baru saja bilang ingin mempermainkan wanita. Selama perjalanan kembali ke lokasi syuting, tidak satupun dari mereka yang bicara. Keduanya sibuk menenangkan emosi masing-masing.
"Aku minta maaf," gumam Jiyong kemudian, dengan ego yang membuatnya enggan menatap Lisa. Pria 25 tahun itu terlihat seperti seorang anak sekolah dasar yang dipaksa berbaikan dengan teman sekelasnya.
"Hm... Jangan memperlakukan wanita seper-"
"Bukan untuk itu," potong Jiyong dengan gumaman yang masih sama. "Maaf untuk ucapanku semalam, aku tidak ada di pub itu untuk menolongmu jadi tidak seharusnya aku marah seperti semalam. Tapi aku tetap akan mempermainkanmu, noona. Bukan wanita lain, hanya noona. Tolong anggap itu sebagai biaya ganti rugi yang harus kau bayar karena melukai harga diriku,"
"Jiyongie-"
"Aku tidak bisa berpura-pura tidak terjadi apapun seperti Seunghyun hyung. Aku sudah menyukaimu sejak pertemuan pertama kita dan kau sudah berkali-kali melukai perasaanku, jadi izinkan aku membalasmu sekarang. Walaupun kau tidak peduli pada apa yang ku lakukan, pada perasaanku, berpura-puralah peduli. Walaupun kau tidak terluka karenaku, berpura-puralah terluka karena sikapku. Walaupun kau tidak cemburu, berpura-puralah cemburu. Dengan begitu aku bisa merasa lebih baik, karena aku tidak terluka sendirian. Aku ingin noona merasakan apa yang aku rasakan,"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity
Fanfiction"Nanti, saat kau menikah, kau harus mengajak istrimu berjalan-jalan berdua. Kalian berdua bisa berjalan-jalan seperti sepasang saudara, dan itu akan membuat orang-orang iri, bukan begitu?" ucap seorang wanita kepada pria yang duduk di sebelahnya, di...