19

1.1K 156 7
                                    

***

Malam semakin larut, dan syuting di hentikan. Sudah saatnya orang-orang sibuk itu beristirahat. Satu persatu dari mereka berpamitan kemudian pergi ke hotel untuk beristirahat di kamar masing-masing. Jiyong yang pertama pergi, pria itu memberi salam kepada beberapa orang namun ia menghindari Lisa dan langsung masuk ke dalam mobilnya untuk pergi ke hotel– dengan Taehee tentunya. Di perjalanan kembali ke hotel, yang hanya di temani oleh Taehee dan seorang supir, Jiyong memejamkan matanya lantas mengingat kembali semua yang ia lakukan seharian ini.

Kwon Jiyong bertanya-tanya, apa ucapannya hari ini sudah sangat keterlaluan. Di detik ini ia menyesali sikap kekanakan yang tadi ia lakukan, namun di detik berikutnya ia merasa kalau Lisa pantas mendapatkan sikap kekanakan itu. Tapi di luar seluruh pemikiran itu, ada satu hal yang Jiyong khawatirkan– mampukah ia membuat Lisa jatuh hati padanya?

"Hyung, bagaimana caranya membuat seorang wanita jatuh cinta padamu?"

"Jadi G Dragon saja, G Dragon selalu disukai banyak orang, bukan begitu?" jawab Taehee, seadanya. Jiyong mengangguk, seolah ia menyetujui apa yang Taehee katakan, hanya saja pria itu mulai kembali merasa ragu. Mungkinkah Lisa akan menyukai G Dragon? Padahal selama ini wanita itu hanya menganggap G Dragon sebagai seorang bocah kecil yang perlu di perhatikan. Sepertinya hari-hari tidak akan jadi lebih baik.

Sampai pada akhirnya syuting di London selesai dan mereka semua kembali ke Seoul. Di penerbangan pulang, Lisa masih duduk di sebelah Jiyong namun gadis itu kembali mengunci rapat mulutnya seperti di penerbangan sebelumnya. "Kenapa noona diam? Diet lagi?" tanya Jiyong setelah dua jam ia membiarkan Lisa berdiam diri seperti sebelumnya.

"Aku sedang berfikir,"

"Apa?"

"Apa pesawat ini akan kembali ke London kalau aku memintanya?"

"Tanpa noona minta, pesawat ini tetap akan kembali ke London. Kenapa? Noona tidak ingin kembali ke Seoul?" tanya Jiyong dan Lisa menganggukan kepalanya.

Bagaimana hubungan Lisa dan Jiyong saat ini? Setelah beberapa hari terjebak dalam rasa canggung yang menyiksa, pada akhirnya, tanpa berbincang lebih dulu, tanpa diskusi maupun membuat sebuah permohonan, Lisa dan Jiyong sama-sama memutuskan untuk berpura-pura tidak pernah terjadi apapun diantara mereka. Keduanya melupakan obrolan mereka di Oxford street seolah obrolan itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Lisa mengabaikan fakta kalau Jiyong menyukainya dan Jiyong juga mengabaikan fakta kalau Lisa menolaknya. Tanpa meminta persetujuan satu sama lain, keduanya menganggap seluruh hal yang terjadi di London sebagai bagian dari syuting MV mereka. 

"Hm... Aku tidak ingin pulang, bertemu eomma, appa, Jiyeon eonni, Dongwook juga- heish aku tidak ingin kembali ke Seoul, apa yang harus ku lakukan?" jawab Lisa yang kemudian berdiri, melihat keadaan di sekelilingnya– sepi karena semua orang sibuk dengan diri mereka masing-masing.

"Duduk saja, lalu begitu sampai di bandara nanti, bergegaslah membeli tiket penerbangan lainnya," jawab Jiyong, ia perlu menarik Lisa agar gadis itu segera duduk kembali. Lisa duduk dan Jiyong yang duduk di sebelahnya menoleh untuk memperhatikan wajah Lisa yang terlihat sangat tidak nyaman. "Kenapa noona tidak ingin pulang?"

"Menurutmu apa yang akan terjadi kalau aku pulang?" tanya Lisa, ia sandarkan kepalanya di kursi pesawatnya, kemudian menatap Jiyong– membuat mereka berdua seolah tengah berbaring bersama, saling tatap sebelum kemudian terlelap.

"Makan malam keluarga? Berbagi oleh-oleh, noona sudah membeli banyak oleh-oleh kemarin,"

"Hm... Itu,"

"Lalu? Kau lupa membelikan Gummy noona oleh-oleh? Wah... Itu bisa jadi masalah besar,"

"Bukan oleh-olehnya," balas Lisa dengan tangan yang tanpa sadar bergerak, terulur menyentuh bagian bawah kerah kemeja Jiyong dan mengancingkan kancing ketiga kemeja itu. "Jangan membukanya sampai kancing ketiga, kau jadi terlihat berantakan. Cukup di kancing kedua dan kau akan terlihat seksi, berapa kali aku harus memberitahumu? Kau tidak pernah mengingat ucapanku," gumam Lisa sementara Jiyong justru membeku, menahan nafasnya karena khawatir ia akan cegukan saking gugupnya.

"Kenapa noona berfikir aku tidak mengingatnya? Bisa saja aku sengaja melakukannya untuk mendapatkan perhatianmu," jawab Jiyong, sedangkan Lisa hanya terkekeh dan menyuruh Jiyong untuk menutup mulutnya dengan sinis. "Jangan membual seperti itu, itu benar-benar menyebalkan," keluh Lisa. Wanita itu hendak mengganti posisi duduknya, hendak berpaling dari Jiyong namun Jiyong tidak membiarkannya berpaling begitu saja. Jiyong tahan tangan Lisa, membuatnya tidak dapat merubah posisi duduknya dan membuat mereka tetap berpandangan. 

"Kalau bukan masalah oleh-oleh, jadi kenapa noona tidak ingin pulang?"

"Kau penasaran?" tanya Lisa, bersikap seolah ia sama sekali tidak terganggu dengan perlakuan Jiyong padanya. Seolah jantungnya baik-baik saja setelah mendapatkan perlakuan pria itu.

"Tidak, aku hanya ingin membantu noona untuk mengurangi rasa gugup itu."

Lisa menyipitkan matanya, menerka-nerka apa yang sebenarnya tengah Jiyong rencanakan. Lisa akui kalau saat ini ia memang merasa tidak nyaman, namun sepertinya rasa tidak nyaman itu bukan karena ia merasa gugup, bukan juga karena Jiyong ada di sebelahnya. Lisa merasa tidak nyaman karena pulang punya arti yang sama dengan menawarkan diri untuk di musuhi. Bukan hanya kedua orangtuanya, tapi keluarga besarnya juga sangat marah karena pernikahan yang dibatalkan itu.

"Noona pikir kalau noona tidak pulang, mereka tidak akan membicarakanmu di setiap pertemuan keluarga?" tanya Jiyong, membuat Lisa terkekeh dan menarik tangannya sampai lepas dari genggaman Jiyong. Gadis itu berdiri untuk meluruskan punggung dan kakinya kemudian menoleh pada Jiyong– mengatakan kalau ia sudah terlalu tua untuk duduk terlalu lama.

"Mereka pasti membicarakanku, tentu saja mereka akan selalu membicarakanku tapi kalau aku ada disana, mereka tidak hanya membicarakanku, mereka juga akan menuntutku untuk menjelaskan alasanku, selalu, bahkan setelah aku memberitahu apa alasanku membatalkan pernikahannya. Aku ingin melupakan masalah itu tapi mereka terus mengingatkanku kalau aku baru saja membatalkan pernikahanku,"

"Kira-kira kenapa mereka begitu?"

"Karena itu topik yang menarik untuk di bicarakan," jawab Lisa, memberitahu seseorang yang sudah bertahan bertahun-tahun bersama omongan bahkan cibiran orang lain. "Hmm... membahas gagalnya pernikahanku adalah topik yang menarik untuk di bicarakan? Jadi, saranmu, aku harus memberi mereka bahan pembicaraan lain?"

Jiyong menganggukan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Lisa. Ia mengiyakan pertanyaan Lisa itu kemudian ikut bergerak mengganti posisi duduknya– menatap punggung kursi di depannya, sama seperti Lisa.

"Topik seperti apa?"

"Sepertiku?" jawab Jiyong mengundang Lisa untuk memberinya sebuah lirikan sinis. Lisa pikir Jiyong sudah benar-benar tidak waras sekarang. "Apa yang bisa dibicarakan dari hidupmu?"

"Banyak, semua orang tertarik dengan hidupku," jawab Jiyong, sedikit menyombong. "Noona bisa mengatakan pada mereka kalau pernikahan noona batal karena noona menyukaiku? Kalau noona ingin bilang karena aku yang memaksamu, aku juga tidak keberatan,"

"Wah... Kau sudah benar-benar gila rupanya. Apa kau sangat menyukaiku? Sampai-sampai kau jadi gila begini?"

***
Sekedar ngasih tau, minggu depan aing kuliah full senin sampe jumat, terus tugasnya lagi pas numpuk. Jadi sampe minggu depan ga sempet ngetik kayanya.... Jadwal normalnya sih cuma senin sampe kamis, tapi minggu depan tuh banyak jam tambahan

CelebrityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang