21

1.9K 162 1
                                    

***

"Kalau aku bersikap dewasa, akankah noona menerimaku?" tanya Jiyong dan Lisa menggelengkan kepalanya tanpa sedikitpun rasa bersalah di wajahnya. "Kenapa? Noona benar-benar tidak pernah menepati kata-katamu. Aku benar-benar tidak bisa memahami noona dan apa yang noona inginkan,"

"Apa kau bisa memahami dirimu sendiri? Apa kau tahu apa yang kau inginkan?"

"Noona," jawab Jiyong dengan pasti. "Aku menginginkanmu, noona,"

"Apa yang kau inginkan dariku? Hanya berkencan? Walaupun aku tidak menginginkanmu? Baiklah, ayo berkencan," santai Lisa, ia tarik kakinya dari pegangan Jiyong kemudian duduk bersila menghadap Jiyong.

"Noona, apa yang kau-"

"Ayo berkencan denganku. Aku lelah melihatmu bersikap seperti ini, jadi ayo kita berkencan dan kau bisa membuangku begitu kau bosan, seperti yang kau inginkan di London waktu itu,"

"Noona mengingatnya?"

"Hm... Bagaimana mungkin aku melupakannya? Kau mengingatkanku setiap saat. Kau datang, menggangguku kemudian memintaku menjadi milikmu," jawab Lisa tanpa ada sedikitpun kenaikan dalam intonasi nadanya. "Kenapa kau hanya diam? Aku bilang aku akan berkencan denganmu, seperti yang kau inginkan, kau tidak senang?"

"Hm... Aku tidak senang," jawab Jiyong dengan kepala yang dianggukan. "Aku ingin berkencan dengan noona, tapi kenapa aku tidak merasa senang?"

"Karena Jiyong yang ku kenal tidak bisa menipu dirinya sendiri,"  jawab Lisa, ia raih tangan Jiyong, menggenggamnya kemudian berucap padanya, "kau tahu aku tidak menyukaimu seperti bagaimana kau menyukaiku. Kau tahu perasaanku padamu tidak sebesar perasaanmu untukku. Kau tahu gadis yang kau inginkan hanya akan melukaimu. Dan kau tidak cukup bodoh sampai-sampai memaksakan dirimu sendiri untuk percaya kalau aku akan membuatmu bahagia. Kau sangat tahu kalau hanya memilikiku tidak akan membuatmu bahagia,"

Lisa benar, Jiyong sama sekali tidak merasa senang saat itu. Seharusnya ia menjadi orang yang paling bahagia saat itu karena gadis yang ia sukai sejak lama bersedia berkencan dengannya. Seharusnya ia merasa luar biasa senang karena akhirnya ia dapat mengencani gadis yang ia cintai. Akan tetapi hatinya saat itu tidak berdebar-debar. Alih-alih merasa senang, Jiyong justru merasa sedih.

"Aku menyukaimu, aku menyayangimu. Jiyongku yang manis, aku senang kau ada di sisiku. Bertemu denganmu, berinteraksi denganmu, memperhatikan dan diperhatikan olehmu, aku menikmati segalanya. Tapi semua perasaan itu, kurasa tidak sama seperti perasaan yang kau simpan untukku. Apa yang ku inginkan, tidak sama seperti apa yang kau inginkan," ucap Lisa, dengan begitu lembut namun tetap menusuk jauh ke dalam hati Jiyong.

"Lalu apa yang noona inginkan? Berteman denganku bahkan setelah noona menolakku berkali-kali? Bukankah itu terlalu egois?"

"Aku setuju mengenai egois, aku gadis yang egois, aku mengakui itu," jawab Lisa masih dengan seluruh kelembutan yang ada di dalam dirinya. "Tapi bukan berteman denganmu bahkan setelah menolakmu yang aku inginkan. Kalau boleh berharap, aku berharap bisa mengetahui perasaanmu lebih awal... Jadi aku tidak akan melukaimu sedalam sekarang. Tapi karena hubungan kita jadi seperti sekarang, aku tidak tahu bagaimana harusnya aku bersikap. Haruskah aku menolakmu dengan kejam lalu meninggalkanmu? Atau haruskah aku menangis dan memohon pengampunan darimu karena tidak bisa membalas perasaanmu? Aku memikirkannya setiap hari dan memberitahumu kurasa adalah jalan terbaik,"

"Memberitahuku kalau noona akan berkencan denganku walaupun noona tidak mencintaiku? Itu terlalu kejam,"

"Bagaimana pun kemasannya, penolakan tetap akan selalu kejam," jawab Lisa dengan tangan yang meraih tangan Jiyong. Ia usap punggung tangan pria itu kemudian menatap mata pria itu dengan tatapan tegas yang amat sangat serius. "Jiyongie, maafkan noona karena tidak bisa membalas perasaanmu. Biasanya aku tidak pernah merasa bersalah karena tidak menyukai pria yang menyukaiku, tapi aku benar-benar merasa bersalah kepadamu. Selama ini aku sudah banyak menyulitkan dan melukai perasaanmu, jadi dengan tulus aku minta maaf kepadamu. Tapi dunia tidak diciptakan sebagai tempat untuk mendapatkan semua yang kau inginkan. Disini, semua orang terluka. Bukan hanya kau, semua orang di dunia ini terluka,"

"Augh! Rasanya menyebalkan mendengarkan ucapan itu darimu, noona," protes Jiyong, hendak bangkit dari duduknya karena sudah tidak tahan lagi berada di rumah itu. "Aku marah karena kau terus menolakku, tapi terimakasih karena kau tidak berpura-pura ingin jadi kekasihku hanya karena merasa bersalah. Boleh aku menanyakan sesuatu?" tanya Jiyong, setelah pada akhirnya ia bangkit dan memutuskan untuk benar-benar berhenti mengejar gadis yang tidak bisa membalas perasaannya.

"Hm, apa itu?"

"Bisakah noona memberiku satu alasan kenapa noona menolak perasaanku? Berkali-kali? Noona bilang, noona menyayangiku tapi kenapa noona menolakku?"

"Karena aku tidak punya perasaan yang sama sepertimu. Aku menyayangimu sebagai seorang adik kecil yang sangat menggemaskan. Aku tidak ingin mencoba berkencan denganmu, memberimu kesempatan semu kemudian melukaimu. Bukan karena aku masih menyukai Eun Jiwon, sejujurnya kau lawan yang berat untuk Jiwon. Untuk beberapa kesempatan aku berdebar-debar karenamu. Kalau kau bukan Jiyong, kalau kau bukan pria lain yang ku kenal sejak kecil, aku akan menerima tawaranmu dengan senang hati. Tapi kau Kwon Jiyong, pria luar biasa yang sudah cukup lama ku kenal dan aku tidak ingin memperlakukanmu seperti aku memperlakukan Janghyuk,"

"Bahkan walaupun aku G Dragon, aku tidak bisa mendapatkan semua yang ku inginkan. Aku akan pergi sekarang, aku terluka dan aku butuh waktu untuk sembuh," ucap Jiyong tanpa melemparkan pandangannya kepada Lisa. Pria itu hampir saja menangis di depan Lisa namun kecepatannya melarikan diri berhasil menyelamatkan harga dirinya. Akan tetapi, sebelum Jiyong benar-benar pergi, ia meminta Lisa untuk tidak muncul di depannya selama beberapa waktu– setidaknya sampai Jiyong berhasil mengendalikan perasaannya sendiri.

***
Tamat

CelebrityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang