Caroline menunggu dengan gugup di ruang tamu. Ia memegang mug berwarna biru tua itu dengan rasa yang tidak tenang. Axelle belum pulang sejak sore tadi dan ia bertanya-tanya tentang kemana suaminya pergi bersama istri pertamanya, Scarletta. Ia tidak mempermasalahkan jika Axelle makan malam dengan Letta, tapi kenapa tidak ada kabar sampai kini bahkan jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
"Axey... Kau dimana sebenarnya?"
Ia memandang tiga buah tiket liburan atau lebih tepatnya bulan madu ke Saint Lucia, Karibia. Paman Harold memberinya tiket ini di saat hari pernikahannya dan mengatakan kalau Caroline harus segera pergi bulan madu. Tahu kenapa ada tiga tiket? Paman Harold hanya beralasan kalau tidak etis rasanya jika Scarletta tidak ikut karena mereka juga tahu kalau Letta adalah istrinya Axelle juga.
Walau ia keberatan, tapi Caroline berusaha untuk rela. Ia hadir sebagai yang kedua dalam pernikahan ini, jadi dirinya tak boleh bersikap seolah-olah menjadi ratu. Masih ada Scarletta yang memiliki kuasa penuh di dalam rumah ini.
"Kuharap Scarletta bisa menurunkan sedikit egonya."
Caroline menaruh kembali mug itu ke atas meja tamu lalu ia beranjak untuk kembali ke dalam kamar karena hari sudah begitu larut.
Di tempat lain, suara isak tangis masih terdengar walau tidak terlalu besar.
Axelle memutuskan untuk membawa Scarletta ke hotel lalu mengurung wanita itu bersamanya. Tidak bisa dibayangkan bagaimana kasarnya dia ketika membawa Scarletta ke dalam kamar hotel hanya untuk melampiaskan kemarahannya atas sikap wanita itu. Berulangkali Letta meneriakkan kata umpatan padanya bahkan tak segan mengancam akan melakukan tindak bunuh diri jika Axelle masih bersikap brengsek.
Scarletta mengeratkan selimut yang menutupi tubuh telanjangnya. Matanya sembab karena menangis tanpa henti dan ia sangatlah rapuh. Rambutnya telah begitu berantakan seperti tidak pernah disisir. Ia menggeram jijik ketika mengingat kalau Axelle menyentuhnya dengan kasar beberapa waktu yang lalu.
Wanita itu tersentak saat mendengar pintu kamar yang terbuka dan langsung saja tubuhnya kembali bergetar saat melihat sang suami kembali muncul dengan bingkisan di tangannya yang ia tebak merupakan pakaian.
Scarletta ketakutan. Ia takut Axelle akan kembali memaksakan kehendak padanya di saat ia membenci dan tidak mau terhadap pria itu. Bukankah menyakitkan melihat orang yang dicinta ternyata bisa berbuat kejam seperti itu?
Axelle memandang lirih ke arah ranjang. Perasaan bersalah kembali menyusup ke dalam hatinya melihat gelagat Scarletta yang tampak trauma. Pria itu menghembuskan napas panjang sebelum melangkah tepat ke samping ranjang untuk menenangkan sang istri.
"Letta... Aku minta maaf. Aku tidak berniat untuk membuatmu seperti ini, sayang."
Ia meraih telapak tangan Scarletta, tapi wanita itu dengan cepat menolak dan menggeleng keras.
"Aku mau pulang! Antar aku pulang!"
"Aku tahu, kita akan pulang ke rumah. Aku tidak akan meninggalkan mu, Letta."
Letta kembali menggeleng. Emosinya kian naik ketika mendengar ucapan Axelle yang tidak bisa ia mengerti.
"Aku mau pulang ke rumah Ayah Alex. Aku tidak mau kembali bersamamu. Aku membencimu!"
Genggaman tangan Axelle terlepas begitu saja mendengar balasan menyakitkan itu. Jujur, ia juga kecewa pada dirinya sendiri, tapi semuanya sudah terjadi. Axelle telah menghancurkan hidup Scarletta dan sulit untuk memperbaiki semua kesalahannya karena saat ini pun sudah muncul masalah baru sejak ia memutuskan untuk menikahi Caroline.
"Tidak, Letta. Pulang bersamaku, jangan kemana-mana," Putusnya.
Scarletta menangis sampai akhirnya Axelle menyerah dengan mengatakan ia akan mengantar Letta ke Mansion Grissham-- tempat dimana dirinya tumbuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Have Your Husband, Too? ✔️ |GRISSHAM SERIES #4| [END]
RomancePART MASIH LENGKAP 18+ BUKU KE EMPAT DARI GRISSHAM SERIES ❤️ Scarletta tidak menduga kalau pernikahannya dengan Axelle hanya akan menimbulkan konflik baru antara suaminya dan ayah mertuanya. Alex Grissham tidak memberi restu bahkan terkesan tidak me...