Matahari belum benar-benar terbit ketika Axelle memutuskan untuk segera membereskan beberapa barang milik Caroline untuk dipindahkan ke rumah baru yang memang telah ia siapkan. Axelle sudah menduga kalau ini akan terjadi, maka dari itu ia menyiapkan rumah baru tersebut.
Scarletta masih tertidur di atas ranjang dan untungnya wanita itu tidak merasa terganggu dengan keributan di luar kamar yang diciptakan oleh Caroline.
Istri keduanya itu masih bersikeras untuk tinggal serumah dan melemparkan janji-janji kalau ia tidak akan mengacau. Namun demi pernikahannya dengan Scarletta, Axelle harus tetap melakukan ini. Caroline tidak bisa tinggal di tempat yang sama dengan Scarletta, terlalu banyak risiko.
"Lalu bagaimana jika aku tiba-tiba sakit dan kau sedang tidak ada di rumah?" Tanyanya ketika Axelle baru selesai menaruh koper ke dalam bagasi mobilnya.
"Akan ada belasan pelayan yang akan menemanimu, Carol. Aku juga sudah mengatur jadwal untuk tinggal bersamamu. Besok malam sampai tiga hari ke depan aku akan di rumah baru kita."
Axelle menutup bagasi mobil lalu dengan pelan dia menarik tangan Caroline untuk duduk di kursi penumpang. Wanita itu terdiam dan ia tidak memberontak. Pikirannya masih sedikit kacau, tapi dia tidak berani untuk mengungkapkannya kepada Axelle.
Mobil perlahan bergerak meninggalkan pekarangan rumah Axelle dan Scarletta. Caroline meremas ujung gaun selutut yang ia kenakan dengan rasa sakit hati. Secara tidak langsung memang ia telah diusir dari rumah itu, hanya saja Letta tidak mengatakannya secara terang-terangan.
"Di mana rumah barunya?"
"Cukup jauh."
"Kenapa harus jauh?" Tanyanya sedikit kesal.
"Untuk meminimalisir kekacauan."
"Kau kira aku ini pengacau? Aku tidak sebodoh itu dengan marah-marah kepada Scarletta atau bertindak kekerasan!" Balasnya dengan nada yang agak tinggi.
"Tolong, jangan buat kepala ku terasa ingin meledak. Aku sudah pusing memikirkan pernikahan ku dengan Scarletta dan jangan menambah pikiran ku lagi," Pinta Axelle. Ia berbicara selembut mungkin agar tidak semakin membuat suasana tambah tegang. Sejak perselingkuhan ini terjadi, hatinya memang tidak pernah terasa tenang. Namun bodohnya, dia malah terjurumus ke dalam pernikahan gila ini.
Caroline lantas memilih diam. Dia mengunci bibirnya rapat-rapat sampai akhirnya mereka sampai ke sebuah rumah sederhana yang tampak asri dengan bunga-bunga cantik yang menghiasi halaman rumah. Ada air mancur berbentuk hati di tengah-tengah taman kecil tersebut-- membuatnya kian sempurna.
Seseorang membantu Axelle menurunkan koper dan beberapa barang pribadi milik Caroline lalu mulai menyusunnya ke dalam rumah. Caroline mengikuti langkah kaki suaminya sampai ke ruang tamu dan bisa ia lihat kalau para pelayan tampak berbaris di samping tangga.
"Selamat pagi, semuanya. Mulai hari ini Caroline akan tinggal di sini dan aku harap kalian bisa membantunya jika ia membutuhkan sesuatu atau ada hal darurat yang terjadi. Tolong perhatikan semua kebutuhan istri kedua ku dan jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak baik untuk kandungannya."
Kepala pelayan itu dengan segera mengangguk mengerti. Ia akan mengarahkan semua pelayan rumah untuk bekerja sebaik mungkin kepada majikan mereka walau Caroline hadir sebagai istri kedua yang mana sedikit menimbulkan rasa ingin tahu para pelayan rumah.
"Ada yang ingin kalian tanyakan?"
"Tuan Grissham--"
"Jangan... Jangan panggil aku dengan nama itu. Ayahku... Dia tidak menyukainya. Cukup panggil aku dengan namaku saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Have Your Husband, Too? ✔️ |GRISSHAM SERIES #4| [END]
RomancePART MASIH LENGKAP 18+ BUKU KE EMPAT DARI GRISSHAM SERIES ❤️ Scarletta tidak menduga kalau pernikahannya dengan Axelle hanya akan menimbulkan konflik baru antara suaminya dan ayah mertuanya. Alex Grissham tidak memberi restu bahkan terkesan tidak me...