17

16.7K 1.2K 180
                                    

Kafe yang menjadi tempat di mana Scarletta dan Caroline bertemu agaknya sedikit ramai. Scarletta beranggapan kalau ada acara kecil-kecilan yang diadakan di sini dan itu membuat beberapa meja dipenuhi oleh remaja-remaja yang baru mencicipi suasana dunia malam.

Ia duduk di salah satu meja yang berada di sudut sambil menyesap Milkshake Strawberry miliknya. Di depannya, Caroline juga hadir. Wanita itu duduk tegang sambil menatap tidak nyaman kepada sekelilingnya yang ramai.

"Ja-jadi... Kau mau berkata apa?" Tanyanya kemudian setelah hampir 15 menit berada di tempat ini tanpa ada satu pun yang mau membuka pembicaraan. Caroline gugup karena ia merasa tertekan dengan ekspresi Letta yang seperti menggambarkan segalanya. Wanita itu terlihat santai seperti tanpa beban walau masih ada luka yang terpancar dari pantulan matanya.

"Aku mau mendengar sesuatu tentang dirimu."

"Sesuatu? Apa maksudmu?"

Scarletta menjauhkan gelas dari hadapannya lalu dengan serius dia menatap ke dalam bola mata Caroline yang menyendu,"Apa yang selama ini kau tutupi dari semua orang? Aku menanyakan ini karena aku butuh jawaban dan alasan kenapa kau melakukannya."

Caroline sempat terdiam. Rona di wajahnya muncul karena ia semakin merasa takut akan sesuatu. Ia sudah bisa menebak maksud pertanyaan Scarletta dan itu bukanlah sesuatu hal yang baik. Apa mungkin Letta sudah lebih mengetahui semua rahasia yang ia tutupi selama satu minggu ini?

"Aku tidak mengerti dengan apa yang kau bicarakan..."

"Tidak mengerti? Bagian mana yang membuatmu tidak mengerti? Jelaskan padaku!"

Kedua tangan Caroline gemetar dan ia semakin tertekan dengan ucapan Scarletta. Tanpa ia minta air matanya mulai meluruh membasahi pipi dan membuat Scarletta nampak seperti orang jahat karena telah melukai perasaan Caroline.

"A-aku... Aku minta maaf padamu, Letta. Aku salah dan tak seharusnya aku termakan ego untuk mendapatkan suamimu."

Tangan Letta terkepal di atas meja, tapi dia berusaha untuk tidak menunjukkan kalau dirinya marah ataupun kecewa. Semuanya sudah terjadi dan perceraian antara dia dengan Axelle juga akan segera dilakukan. Memang, jika saja sebelum menikah dengan Axelle, ia menanyakan terlebih dahulu mengenai urusan hati yang tidak jelas ini mungkin dirinya tak akan mendapati situasi di mana ia akan menderita karena dikhianati seperti sekarang. Siapa yang salah dan yang patut untuk disalahkan atas semuanya?

"Aku tidak mau mendengar itu. Jelaskan kepada ku kenapa kau rela membohongi semua orang soal kehamilan mu?! Kenapa kau melakukannya?!"

Bibir Caroline sedikit menganga, tapi ia tidak lagi bersuara. Jacob pasti telah memberitahukan semua kepalsuan yang ia buat kepada Scarletta dan kini, Letta meminta ia menjelaskan segala tujuannya melakukan itu. Apa yang harus ia jelaskan? Bagaimana caranya?

"Scar, aku sangat tidak bermaksud untuk datang sebagai orang ketiga. Namun, saat itu aku hamil dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Di sisi lain aku masih mencintai Axelle dan kupikir dia mau bertanggungjawab, tapi... Setelah aku mendapatkan semuanya, dokter memvonis kalau ada gangguan di dalam rahimku dan itu mengganggu perkembangan janin serta diriku sendiri hingga, aku memutuskan untuk aborsi... Lagi."

Kali ini Scarletta yang terdiam. Walau ia kesal, tapi hatinya tetap mengiba. Ia mengerti bagaimana berada di posisi seperti Caroline saat ini. Kehilangan bayi karena kondisi tubuh yang tidak sanggup membawanya lalu divonis berbagai macam hal soal kesehatan reproduksi serta yang menyangkut mentalnya sendiri. Dia tahu Caroline tertekan dengan keadaan, tapi tindakan yang wanita itu buat juga tidak bisa ia benarkan. Berbohong soal kehamilan bahkan sampai berhari-hari tanpa ada solusi bukanlah suatu jalan untuk menyelesaikan masalah.

Can I Have Your Husband, Too? ✔️ |GRISSHAM SERIES #4| [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang