PART 15

217 18 0
                                    

Budayakan Vote And Coment

***

Ali melajukan mobilnya dengan sangat pelan, sorot matanya terlihat sangat gelisah, ia menghentikan mobilnya tepat ketika sampai didepan rumahnya. Ali menunduk dan mengambil sebuah amplop persegi panjang, ia menatapnya tanpa berkedip lalu iapun keluar dari mobilnya. Ketika sampai diruang tamu ia meletakan amplop ke atas meja dan berlalu meninggalkan ruang tamu. Ia terduduk disisi ranjang ketika sudah memasuki kamarnya, Ali terlihat memijit pelipisnya dengan frustasi, nafasnya memburu dan matanya ia pejamkan.

"Maafkan aku zahra, entahlah keputusanku benar atau tidaknya aku tidak tahu tapi itu sudah pasti menyakiti hatimu lagi" gumamnya.

Ali beranjak mendekati lemari ia mengambil sebuah koper yang terletak diatas lemari, lalu dengan telaten ia memasukan pakaian-Nya kedalam koper, setelah selesai, ia memasuki kamar mandi dan membersihkan dirinya. 10 menit berlalu ia keluar dari kamar mandinya dan langsung memakai kaos oblong berwarna putih dan celana levis hitam, ia menderek kopernya menuju mobilnya yang ia parkirkan didepan rumahnya.

***

Semilir angin menyapu wajah zahra yang masuk dari sela jendela yang sengaja ia buka, matanya tertuju pada pejalan kaki yang berlalu lalang, kilasan-kilasan wajah Ali selalu mengganggu fikiranya, jika boleh berkata jujur Zahra akan mengatakan bahwa ia sangat merindukan suaminya, ia sangat sangat merindukan kekasih halalnya yang satu minggu ini tak terlihat oleh matanya.

"Mas Zahra kangen sama mas, Zahra mohon, mas jangan tinggalkan zahra" Ucap batin-Nya.

Satu tetes air matanya lolos, Zahra memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya dengan kasar, tatapan-Nya ia alihkan ke depan ketika mobil yang ia tumpangi melaju kembali setelah lampu merah.

"Permisi sudah sampai neng" Ucap pak sopir yang tatapannya tertuju pada kaca mobilnya, ketika sisopir tak mendapat respon dari penumpangnya ia langsung membalikan badannya.

"Neng, neng" panggilnya.

"Masya Allah, maafkan saya pak" Ucap Zahra tertegun.

"Neng menangis"

"Oh ini iya saya tidak papa, ini pak ongkosnya terimakasih" Ucap Zahra berlalu.

Zahra terhenti ketika didepan rumahnya, ia memandang takjub kearah rumah yang ia tempatkan sebagai tempat tinggal dan ibadahnya, ia tersenyum sambil berjalan dengan santainya. Zahra terus berjalan hingga sampai ke pintu dan membukanya, tak lupa Zahra mengucapkan salam meski ia tahu tak akan ada yang menjawabnya, satu tetes air matanya lolos terjatuh, dengan sangat lembut Zahra menghapusnya dengan mengukirkan senyuman, hatinya resah tak tau arah seolah akan ada sesuatu yang datang, Ia memutarkan tubuhnya mengelilingi setiap sudut rumahnya dengan mengingat kilasan kilasan ketika bersama suaminya. Zahra terus menerus menatap isi rumahnya hingga ia tak sengaja menyenggol vas bunga yang ada diatas meja ruang tamu.

"Prangk"

"Astagfirullahaladzim"

Zahra terkejut, matanya langsung tertuju kepada vas yang sudah hancur lebur dengan berserakan kemana-mana. Ia berniat berjongkok untuk memunguti beling tetapi ia urungkan karna ia melihat sebuah amplop yang tergeletak diatas meja. Zahra langsung mengambilnya ia mendongakkan kepalanya kedepan berharap akan ada suami dihadapan-Nya, tetapi nihil tak ada tanda-tanda keberadaan seseorang. Tangan Zahra mulai membuka amplop dengan mata yang masih berkeliaran kesudut-sudut rumahnya, ia langsung menundukkan kepalanya dan tatapan-Nya tertuju terhadap tangannya yang bergulat untuk membuka surat, seketika air mata Zahra lolos dan tubuhnya terjatuh dengan tangan yang mengenai beling vas bunga yang berserakan, ia menatap surat dengan air mata yang sangat deras mengalir dipelupuk nya, darah yang terus juga mengalir dari tangannya ia biarkan. Hingga dering telfon terdengar nyaring ditelinga nya, ia meletakan suratnya kemeja lalu mengambil handphone-Nya didalam tas, tertera nama "Bunda-Ku Tersayang" Zahra tersenyum memandang nama yang tertera di ponselnya.

"Assalamualaikum Bunda" Ucap Zahra bergetar menahan tangis.

"Innalilahi waina ilaihi ro'ziun"

Seketika tangan Zahra melepas ponsel yang sudah berlumur darahnya hingga terjatuh, ia membekap mulut dengan kedua tangannya seketika air mata nya lolos dan bahkan Isak tangisnya lolos dengan begitu keras.

"AAAYAAAH BUNDAAA hiks" Teriaknya sambil berlari keluar rumahnya.

"Ayyahhh bunndaa"

***

Nayla Pov

"Please kak Rey kita pulang yah" Ucap Nayla.

"Engga Nay kak Rey masih banyak kerjaan"

"Engga mau tau pokoknya kakak harus pulang bareng nay, lagian kakak tidak kangen apa sama Zahra, nay juga kangen tuh meski saling komunikasi, lah kak Rey gapernah sama sekali masa iya engga kangen"

"Apaan sih kamu nih. Mana ada ngangenin wanita yang sudah bersuami, haram juga hukum-Nya"

"Hemm iya deh iya, tapi hayolah kak kita pulang nay mohon plieass"

"Oke baiklah, besok kak Rey urus tiketnya"

"Beneran, Alhamdulillah dari tadi kek gitu, makin sayang deh hehe" Ucap Nayla berlalu meninggalkan kakaknya.

Tut Tut (Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif)

"Masya Allah ni anak kebiasaan amat yah pasti nomernya tidak aktif karna baterainya low, ceroboh deh. Padahalkan aku hanya ingin nanya soal yang semalam ia perbincangkan, terus yang katanya akan menemui sahabat pena-Nya, tapi apa sekarang zahra sudah bertemu belom yah, ahh sudahlah lagian besok aku juga menemuinya" Ucap batin-Nya.

***

Senyuman tipis terukir dibalik cadar gadis itu, matanya menatap handphone yang ia genggam, beberapa rasa syukur ia ungkapkan didalam hatinya, ia beranjak dan keluar dari kamarnya, mencari seseorang yang amat ia sayangi, sudut ke sudut mata gadis itu berkeliaran. Tetapi tidak ada seseorang yang dicarinya, ia berjalan menuju dapur dan tidak ada pula tanda tanda keberadaan seseorang.

"Cari siapa toh" Ucap seseorang tiba-tiba.

"Masya Allah Ummi, ada disitu toh Novia cari ke sudut-sudut ruangan tapi umi tidak ada dan ternyata malah ada dibelakang Novi" ucapnya merajuk.

"Umi habis kesupermarket, bahan makanan sudah tinggal sedikit sayanng, jadi ummi berfikir sebelum bahaya habis umi belanja, Ayo bantu umi" Ajak uminya.

Noviatul Khoiriyah namanya, gadis bercadar yang sangat dikagumi oleh banyak ikhwan, gadis yang hanya memperlihatkan matanya yang membentuk bulan sabit ketika tersenyum dibalik cadarnya, gadis yang setiap malam menangis dihadapan rabb-Nya, gadis yang selalu memperbincangkan satu nama Ikhwan yang selalu mengganggu hatinya. Ia tinggal di Paiton Probolinggo jawa timur, dan bulan lalu keluarganya pindah ke Jakarta ketika ia masih berada di Mesir.

"Umi apakah Abi pulang malam ini" Tanya Novia sambil mengikuti uminya dari belakang.

"Sudah pasti, kenapa toh" Ucap uminya.

"Emm itu mi, emm akan ada seseorang yang ingin menemui abi"




Roudoh
Serang_Banten
1 September 2019
21.22

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kekasih Halal kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang