23.

23 11 0
                                    


Ceye selalu berharap Aira akan tetap disana disaat dirinya saat ini sedang menggila. Tidak bukan menggila yang aneh-aneh, Ceye hanya menggila karena ulah salah satu pelaku yang mengunci hatinya yang dulu datang lagi dengan semua permohonan yang sangat sulit Ceye tolak hanya karena sebuah rasa kemanusiaan. Ya hati Ceye masih menghadap Aira, pemilik hatinya saat ini.

Ceye berfikir Aira akan mengerti tanpa harus Ceye jelaskan. Tapi, Aira tetap Aira, dia seorang manusia yang punya prasangka yang kadang prasangka itu bisa jadi prasangka baik atau buruk tergantung situasi.

Perempuan mana yang akan berfikir bahwa saat dia mendengar kekasihnya dengan perempuan lain, dengan ucapan yang sangat ambigu seperti yang terdengar di telfon, dan perempuan itu masih berprasangka baik terhadap kekasihnya?

Ceye melupakan sesuatu, batas kesabaran memang tidak akan pernah ada batasnya kalau orang itu masih memberinya kesempatan lagi. Tapi saat pertanyaan yang muncul di otak Aira dan Aira tidak pernah di beri kesempatan untuk mendapatkan jawaban apakah Aira tidak boleh lelah dengan sikap Ceye?

Ceye yang entah karena apa tiba-tiba mendiamkan Aira tanpa Aira tau sebab. Aira bukan orang piintar yang bisa membaca pikiran orang lain tanpa dia harus bersusah payah bertanya. Aira bukan tidak berjuang agar pertanyaannya terjawab.

Aira berjuang, dia mencari pria itu pagi, siang, malam. Seseorang disana sudah tau perjuangan Aira mencari Ceye bagaimana dan Satu kampus tidak akan menjamin Aira akan bertemu dengan mudahnya dengan Ceye. Aira menyadari titik awal saat semuanya pelan-pelan berubah. Aira meragukan apakah Ceye bisa dipercaya?

Aira mematikan sambungan telfonnya, menarik nafas dalam, dan mencoba menetralkan semua perasakan yang tidak ingin Aira rasakan. Mencoba menghilangkan sejenak pemikiran negatif yang muncul hanya karena tidak ingin ia merusak harinya saat ini karena semalam Ceye berjanji untuk bertemu.

Tuuuut

Tuuutt

"hallo cey?" dan ya sambungan di jawab juga.

"ha? Eh-iya sayang?" terdengar suara helaan nafas di sebrang telfon sana.

"kamu dimana??"

"aku di kos an sayang"

"beneran di kosan kan?"

"iyah, emang pagipagi aku mau kmna coba?"

"jangan bohong cey, aku mesti bikin poster orang ilang niih kyanya"

"apa sii kamu pake poster segala"

"lah iya, biar aku ga perlu cari kamu, biar duduk manis trus nunggu laporan orang yg liat kamu lagi dmna" jawab Aira dengan tawa garing

"e-mang kamu dimana?"

"kamu mau aku jujur atau aku bohong?"

"jujurlah, masa mau jawaban bohong. Mana ada yang mau"

"sama kya aku hehe"

"ha? Maksudnya?"

"iya, kamu lagi dimana?"

"di kos—"

"jangan bohong Cey"

"kamu di kosan ya?" tibatiba suara Ceye jadi mengecil bahkan sangat kecil

"iyah aku dikosan hhe"

"jgn kmna mana tunggu aku " perintah ceye

Dan sambungan telfon itu Aira akhiri. Dengan jawaban yang Ceye berikan, kini Aira semakin berfikir. Sebenarnya sudah berapa kali Aira di bohongi Ceye? Apakah selama ini Ceye sering membohonginya? Apakah Aira salah jika sepercaya itu pada pria itu? Tapi Pria itu tanpa di sengaja menjanjikan segala nya ke Aira, tidak salahkan kalau Aira mulai bergantung pada prianya?

Aira duduk di sofa sambil menatap kosong televisi yang menyala di depan sana. Bahkan siapapun akan tau kalau Aira tidak baik-baik saja. Bang umin yang duduk si sebelah Airapun sampai menghela nafas berat berulang-ulang karena dia tau ada yang sedang tidak beres di sini.

Lima belas menit kemudian, terdengar suara mobil. Ya itu mobil Ceye dan Aira masih belum menyadarinya. Ceye datang lalu mengelus kepala Aira lembut, dan menjatuh dirinya di sofa berbantanlkan paha Aira. Aira tersentak kaget dan membuat mata Ceye melebar. Ceye tau ada yang perlu di jelaskan sekarang, di perjalanan ke kos-an Ceye sudah menyiapkan diri bahwa Aira akan membentak atau bahakan mendiamkannya.

Tapi ternyata dia salah. Aira memang sedikit kaget saat tiba-tiba Ceye menjadikan pahanya sebagai bantal. Ceye tersadar bahwa Aira melamun. Anehnya kini sikap Aira seperti tidak ada kesalahan yang Ceye lakukan.

"Bego sii jadi cowok" celetukan bang Umin sebelum menghilang di balik pintu kamarnya

First Love - ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang