ISTRI_JADI_PEMBANTU
part 9Hari ini selepas salat subuh segera aku membereskan semua pekerjaan rumah. Dari mulai nyapu, pel, cuci piring cuci baju dan lain sebagainya.
Aku tak ingin nanti mengecewakan Sherly jika aku ikut dengannya namun pekerjaan rumah masih belum beres.
Walaupun dalam hati sebenarnya aku ragu untuk ikut ke acaranya Sherly, tapi akupun tak berani menolaknya.
Jam delapan kulihat Dimas sudah bersiap berangkat ke kampus. Mungkin ada kuliah pagi. Aku pura-pura membereskan bekas sarapan mereka, padahal sebetulnya aku sudah mandi dari tadi.
Teringat pesan Sherly tadi malam, dia menyuruhku sudah siap saat Dimas berangkat ke kampusnya.
Kulihat Dimas pamitan pada Sherly lalu menghilang di balik pintu. Dari jauh terlihat Sherly mengedipkan sebelah matanya padaku. Sesaat setelah yakin Dimas sudah berlalu dengan mobilnya dia langsung menghambur ke arahku.
Ditariknya tanganku ke kamarnya. Lebih tepatnya lagi kamar Sherly dan Dimas.
"Sini, aku dandanin kamu dulu ya! gak perlu menor, make-up yang tipis aja. Ok!" kerlingnya padaku.
Saat memasuki ruangan itu, aku takjub. Sebuah spring bed ukuran besar dan terlihat sangat bagus ada di tengah ruangan. Sebuah lemari yang sangat besar, menyatu dengan dinding. Sebuah TV LED ada di depan tempat tidur mereka. Dan meja kecil ada di kiri kanannya. Lalu sebuah meja rias yang sangat indah ada di samping kiri.
Sempat terbersit dalam hatiku, seandainya Dimas menganggapku sebagai istrinya, aku pasti tidur di kamar yang indah ini.
Sherly Membuka salah satu pintu lemarinya. Terlihat baju-baju yang berderet tersusun rapi dan ada juga yang di gantung.
Dia ambil salah satu celana dari tumpukan baju-bajunya dan diserahkannya padaku.
"Nih pegang dulu," ungkapnya sambil kembali memilih-milih kembali baju dalam lemarinya.
"Aku yakin ukuran badan kita sama. Cuman kamu lebih tinggi dari aku sedikit. Malah tadinya aku pikir kamu itu keturunan luar. cuman baju kamu aja yang kurang modis. Uups...sorry ya Kasih." Katanya sambil menghentikan kegitannya dan berbalik padaku.
Aku hanya tersenyum cengengesan. "Gak apa-apa lagi mbak, emang aku gak pernah punya baju yang bagus. Keturunan luar apa maksudnya Mbak? Luar angkasa?" Kamipun tertawa bersama.
Sherly kembali mencari baju yang entah seperti apa baju yang dicarinya itu. Aku menunggu di belakangnya.
"Nah ini dia, kaos panjang sama outer ini bisa kamu pake," ungkapnya. Sebuah kaus berlengan panjang warna ungu muda dan sebuah baju luaran yang Sherly sebut outer warna senada diserahkannya padaku.
"Tapi sebelum itu, kamu kupermak dulu sedikit ya." Katanya sambil mendudukanku di kursi depan meja riasnya.
"Kamu diem ya, jangan banyak gerak," ungkapnya. Dan diapun mulai mengeluarkan peralatan tempurnya. Entah apa itu namanya, karena aku tak pernah pakai. Yang kutahu hanya pelembab, bedak dan lip gloss agar bibirku tidak kering.
Dia menyuruh agar aku merem saja, takut kena mata katanya. Kuturuti saja perintahnya.
Sekitar lima belas menit dia mengotak atik mukaku. Entah seperti apa jadinya. Sherly pun menghentikan gerakan tangannya di wajahku.
"Eng..ing..eng, sudah tuh. Kasih kamu cantik bangeeeeeet!" ungkapnya sedikit lebay.
Kulihat pantulan wajahku di kaca, rasanya aku terlihat aneh. Muka yang biasanya terlihat kusam terlihat berkilauan. Entah apa yang dipakaikannya dimukaku.
"Aduh Mbak, apa gak terlalu menor?" tanyaku.
"Menor apanya Kasih, ini tuh cuman kupakein pelembab, fondation sama bedak doang. Lipstik juga cuman kukasih warna nude," ungkapnya.
Aku sama sekali tak mengerti istilah-istilah yang diucapkan oleh Sherly.
"Udah sekarang kamu ganti baju aja dulu di kamar mandi ya. Aku tunggu sambil mau nyari jilbabnya juga. Kalo gak salah aku maaih punya beberapa koleksi. Tapi gak pernah aku pake."
Akupun menurut dan mengganti bajuku di kamar mandi.
Aku keluar dengan menggunakan baju yang diberikan oleh Sherly. Saat dia melihatku terlihat jelas ekspresi wajahnya yang terpukau melihatku. Aku keluar dengan malu-malu.
"Mbak apa nggak terlalu seksi ya?"
"No...no, kamu cantik banget Kasih. Teman-temanku pasti gak akan menyangka kalau kamu pembantu di rumah ini," ungkapnya masih dengan wajah yang terpukau melihatku.
"Ini, ganti jilbabmu. Sini aku pakaikan." Kemudian dia menyuruhku duduk kembali dan memakaikan jilbabnya di kepalaku.
"Omaygat Kasih...kalo diperhatikan kamu itu kok mirip sama Nabila Syakieb sama Tasya Farasya!"
Siapa lagi orang-orang yang dia bilang itu. Aku hanya tersenyum saja menanggapi kelebayannya.
"Kamu pake sepatu nomor berapa?"
"Mmh...nomor 39 Mbak. Waduh Mbak Sherly mau minjemin sepatu juga? Saya pake sepatu saya aja deh Mbak. Gak enak kalo pake punya Mbak Sherly,"
"Pas banget, sepatu kita juga senomor. Gak pa-pa Kasih, aku cuman mau berbagi aja sama kamu. Baju ini juga buat kamu aja, udah gak pernah aku pake kok."
Aku tersenyum. Begitu baiknya tuhan padaku. Dia memberikan aku seorang suami yang jahat, namun Dia-pun memberikan seorang teman yang baik seperti Sherly.
Terimakasih tuhan.
"Ayo kita berangkat. Kasian mereka pasti nungguin!"
Dalam gandengan tangannya aku serasa memiliki seorang kakak perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI JADI PEMBANTU
RomanceMenceritakan tentang seorang gadis yang dipaksa menikah dengan seorang laki-laki jahat. Namun perjalanan hidupnya yang menyedihkan justru membawanya menuju kesuksesan. Cerita ini sudah terbit dengan novel.berjudul Kasih.