Part 10

7.1K 257 0
                                    

Setelah perjalanan selama kurang lebih setengah jam kami akhirnya sampai di sebuah restauran ternama. Terlihat Sherly dan teman-temannya saling melambaikan tangan. Ada tiga orang wanita dan dua orang laki-laki.

Yang satu tampak klimis, berbaju necis berbadan tidak terlalu tinggi dan nampak gemulai. Sementara yang satu lagi tampak gagah dan pendiam. Semua teman wanitanya cantik-cantik tampak modis dan berbaju seksi menurutku.

Suasana cafe yang begitu nyaman, suara gemericik air yang meluncur di dinding kaca menambah asri suasana.

Sherly dan teman-temannya sepertinya sengaja memilih di bagian out door. Meja yang dipesannya berada di atas rumput dengan beratapkan payung besar.

Gadis-gadis cantik itu menyambut kedatangan kami, kedatangan Sherly tepatnya. Mereka saling berpelukan dan cipika cipiki.
Aku hanya terdiam memperhatikan mereka. Sampai seseorang laki-laki yang nampak gemulai menanyakan siapa aku.

"Hai, sebentar siapa ini? Temen lo ya Sher? se-agency sama lo?"  Tanyanya tanpa jeda dan matanya memandangku. kusunggingkan senyuman ke arahnya.

"Iya ini temen gue, tapi bukan model ko," jawab Sherly.

"Oh ya kenalin ini, namanya Kasih. Dia sodara pacar gue. Daripada dia sendirian di rumah, mendingan gue ajakin ke sini. Biar ketemu ame lu pada." Sambung Sherly pada teman-temannya.

Satu persatu dari mereka memperkenalkan dirinya padaku.

"Hai, gue Grace." Kata gadis berambut pendek.

"Kasih."

"Hai Kasih, aku Olivia" Sapa gadis yang paling feminim berambut panjang seperti Sherly.

"Gue Jenny," gadis berambut ikal dan berkulit eksotis mengulurkan tangannya padaku. Aku menyambutnya, dan kamipun berjabat tangan.

Lalu laki-laki kemayu itu menghampiriku, memperkenalkan dirinya.

"Hai, aku Michael. Tapi aku lebih seneng dipanggil Michi." ujarnya dengan gemulai.  Mendengar namanya jujur aku merasa aneh. Sudah bagus-bagus namanya Michael, malah seneng dipanggil Michi. Kadang orang memang aneh ya!.

"Eheemm..."

Saat aku terdiam menahan tawa, terdengar deheman dari belakang Michi. Dia laki-laki yang satunya lagi. Michi langsung menengok ke belakang.

"Halah elu kalo liat yang bening aja, gak sabaran banget sih!" Dengusnya sambil mengibaskan sebelah tangannya.

Kulihat laki-laki itu hanya tertawa mendengar ujaran Michi.

"Awas ya Kasih, dia ini diam-diam menghanyutkan. Kayak pendiam tapi sebenernya dia ini playboy cap beruang!" ungkap Michi. Kami semua pun tertawa mendengarnya.

"Apaan sih lu, fitnah banget! Gak usah dipercaya deh Kasih. Hoax itu!" ujarnya dan mendekat padaku.

"Hai, aku Ryandra. Mau panggil Ryan boleh mau panggil Andra juga boleh," ungkapnya. Aku tersenyum sambil menangkupkan kedua tanganku di dada.

"Ups, sorry! Bukan muhrim ya?" Ryandra kembali menarik tangannya yang terulur.

Aku terssnyum dan mengangguk tanda setuju dengan pendapatnya.

Aku duduk di sebelah Sherly, sambil mendengarkan percakapan mereka yang sebetulnya aku tidak mengerti.

Merekapun terlibat obrolan panjang. Aku hanya diam memperhatikan.

Ditengah obrolan kami Michi nyeletuk bertanya sama Sherly.

"Sher, beneran dia ini bukan model? Padahal badannya udah proporsional lho kalo jadi model. suuweer deh!" ujarnya sambil mengangkat dua jarinya di depan muka Sherly.

"Kalo gue ajarin bergaya, mau gak lo?" Tanyanya dengan mata mengarah padaku.

"Ma..Maksudnya?" tanyaku gelagapan.

"Yaelah elo, masa kagak ngarti sih! Ya elo gue ajarin bergaya lenggak lenggok jadi model gitu. Mau gak lo?" Ulangnya lagi dia bertanya padaku.

Mendengar itu kami semua terdiam memperhatikan ke arah Michi lalu padaku. Aku jadi kikuk.

"Asli? Beneran lo mau ngajarin dia Chi?" Sherly yang terkejut mendengar itu lalu bertanya memastikan.

"Ya beneran lah. Gue suka lihat mukanya unik. Masuk agency gue juga boleh lah," ungkapnya.

Sherly langsung berpaling ke arahku.

"Kamu mau gak? Lumayan lho Kasih biar kamu cari pengalaman."

Aku bingung, aku yakin banget kalo Dimas tau dia tidak akan suka. Jangankan kasih ijin, yang ada pasti marah.

"Saya gak tau Mbak Sher. Saya harus minta ijin dulu sama Mas Dimas,"

"Yaelaah elo, emangnya Si Dimas itu siapa elo? cuman sodaraan doang kan. Kalo dia itu suami elo, baru deh lo minta ijin sama dia" Dengus Michi kesal.

Ya memang dia itu suamiku. Boleh tidaknya semua tergantung dari ijinnya. Sebetulnya saat ini aku ikut Sherly pun ada rasa sesal dalam hatiku. Karena aku tidak meminta ijinnya. Aku berdosa ya Allah. Gumamku dalam hati.

"Nanti aku obrolin ini sama Dimas deh!" ungkap Sherly menyadarkanku dari lamunan.

"Kalo kita ngasih alasan yang bagus, Dimas pasti kasih kamu ijin. Kesempatan gak akan datang dua kali. Kamu terima aja tawaran dari Michi" ucapnya lagi.

"Dan lo bisa belajar bergaya depan kamera pada fotographer playboy ini!" Tujkuk Michi pada Ryandra.

Aku harus jawab apa?

Bersambung

ISTRI JADI PEMBANTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang