Part 17

8.2K 329 13
                                    

Kulihat telepon selulerku, ternyata banyak sekali voice call dan pesan yang belum kubaca. Kucek, ternyata banyak sekali telepon tak terangkat dari Ryan juga dari Dimas.

Mengingat kejadian semalam, membuatku tersipu malu, sepertinya mukaku memerah . Aku tersenyum sendiri.

Kubaca pesan dari Dimas.

[Udah makan siang belum?]

Wah, tumben dia menanyakan aku udah makan siang atau belum. Lalu kubalas.

[Udah, kalo Mas?]

Centang dua, masih abu. Beberapa saat kemudian berubah biru.

[Udah dong, sampe nambah malahan. Tenaga terkuras semalam. (Emot ketawa.)Masih sakit gak? Emot tersenyum]

Hah, sakit? Masudnya? Oh itu. Aku makin tersipu.

[Udah mendingan Mas]

Centang dua langsung biru

[Kalo gitu, bisa diulang lagi ya nanti malam?]

Diih, dasar mesum.

[Mbak Sherly udah pulang Mas]

Jawabku

[Oh]

Jawaban singkat, lalu lama tak ada lagi balasan. Kemudian terlihat di bawah namanya  bahwa dia sedang mengetik. Sambil menunggu, aku buka chat dari Ryan.

[Kasih, kamu masih utang satu penjelasan padaku, Berikan aku alasannya ]

Huft, alasan apa yang harus kuberikan padanya? Jujur bahwa aku adalah istri Dimas? Kalau aku mengatakan itu sekarang pasti akan timbul masalah baru.

Biarlah kugantung saja pertanyaan dari Ryan. Kemudian kulihat ada chat masuk lagi dari Dimas.

[Aku akan segera memberitahu Sherly tentang kita. Aku sudah tak kuat menahan rindu sama kamu]

Balasnya. Aku tersipu. Benarkah dia rindu padaku?

***

Sebelum pulang, Bibi ART yang biasa kerja pada kami telah menyiapkan aneka hidangan di meja makan untuk makan malam nanti. Dia memilih pulang pergi karena rumahnya tidak terlalu jauh dari komplek ini. Lagipula beliau masih memiliki suami dan dua orang anak yang harus diperhatikan. Jam kerjanya pun tak kami patok, asalkan semua pekerjaan sudah beres, dia boleh pulang.

Selesai salat Isya, aku keluar kamar. Terlihat Sherly tengah asyik dengan telepon selulernya. Lalu suara mobil Dimas pun tak lama terdengar.  Dalam hati, ingin sekali aku menyambutnya tapi aku masih menghargai perasaan Sherly. Walau bagaimanapun, Sherly adalah orang pertama yang ada sebelum kedatanganku . Walaupun memang mereka tidak memiliki ikatan yang sah dalam pernikahan, namun aku tidak ingin menyakitinya.

Kedatangan Dimas disambut dengan antusias oleh Sherly. Pasti dia merasa kangen, karena beberapa hari tak bertemu.

Saat Dimas baru masukpun, Sherly langsung berhambur memeluknya. Aku melihatnya dari jauh dengan tatapan nanar.  Sepertinya Dimas bisa merasakan, dalam pelukan Sherly dia menoleh ke arahku dengan tatapan sedih. Aku tersenyum ke arahnya, lalu berlalu ke meja makan. Tak kuasa lagi melihat kepalsuan diantara mereka. Rasanya aku ingin segera mengakhiri ini semua.

Sherly membawakan tas kerja Dimas, lalu disimpan ke kamarnya. Ada perasaan iri yang mulai menjalar di hati. Kemana saja perasaan itu selama ini? Kenapa dulu aku tak pernah merasakan akan hal ini?

Apakah karena sekarang aku tahu bagaimana Sherly yang sebenarnya? Apakah karena aku sudah tahu bahwa Dimas  mencintaiku? Atau justru karena aku telah jatuh cinta pada Dimas?

Kutahan desakan air mata yang hampir saja tumpah. Kenapa mata ini tak bisa diajak kompromi? Kenapa selalu saja kompak dengan suasana hati?

Dimas mengikuti Sherly ke kamarnya. Aku tunggu saja mereka di meja makan sambil menjelajah dunia maya.  Kulihat foto-fotoku di Pulau Umang yang tadi pagi sempat ku upload mendapat banyak tanggapan. Ribuan like dan ratusan komentar. Ada salah satu komentar yang mendapat banyak balasan.

‘Aku rindu kamu’

Kulihat namanya Reynand Ryandra Basyar. Itu akun Ryan.  Memang di fotonya sengaja aku tag Ryan, karena ada foto aku bersama Ryan juga kru yang lain.  Berbagai tanggapan yang dilontarkan para netizen, yang kebanyakan adalah teman model juga fans.

‘Wah kayanya ada yang jadian nih?’

‘Suiit..suiit, selamat ya. Semoga segera ke pelaminan’

‘Congrat ya kk, semoga langgeng’

What? Aku geleng-geleng kepala membacanya. Dan masih banyak lagi komen yang tak sempat kubaca.

Kudengar knop pintu diputar, Dimas keluar sudah dalam keadaan segar dan berganti pakaian. Sepertinya dia baru mandi. Lalu diikuti Sherly di belakangnya berjalan ke meja makan di mana aku sudah menunggunya.

Dimas mengambil posisi di depanku seperti biasanya, dan Sherly di sebelahnya. Sherly mengambilkan makanan untuk Dimas, lalu menaruh di depannya.  Entah kenapa, aku semakin cemburu melihatnya. Aku  menunduk, agar tak melihat lagi adegan itu.

“Terimakasih,” ucap Dimas.

“Wah, sekarang udah jarang banget ya kita bisa makan bertiga kaya gini,” ungkap Sherly sambil menyendok nasi ke piringnya.

“Ayo Kasih, makan yang banyak. Kamu kulihat makin kurus aja deh. Jadi ngiri aku!” Katanya diselingi tawa renyah .

Aku tersenyum dan mengangguk. “Iya Mbak.”

“Eh, Sabtu besok Ryandra ngajakin nonton film terbaru. Dia bilang sih pengen double date. Emang kalian udah jadian ya Kasih?” Tanyanya.

“Uhuuk,”

Ternyata Dimas tersedak. Reflek aku ambilkan minum untuknya. Dimas langsung menyambutnya.

“Widiih, kalian so sweet banget sih. Nah gitu dong, kalo sodaraan itu harus saling menyayangi.”

Ungkapnya dengan ketawa cengengesan. Terlihat Dimas sangat kikuk lalu meninggalkan meja makan.

ISTRI JADI PEMBANTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang