Part 18

11.2K 377 12
                                    

Lima hari dirawat  membuat  Sherly sudah jauh lebih baik. Kemarin  dia sudah bisa pulang. Dari kejadian ini akupun jadi tahu jika Sherly  sudah tidak punya Ibu dan ayahnya menikah lagi dan sekarang menetap di  Surabaya bersama Istri barunya juga anak-anaknya. Setelah lulus SMA  Sherly kuliah di Jakarta menyambi peruntungan di dunia model. Postur  tubuh dan kecantikannya membuatnya mudah memasuki dunia modeling.

Semakin  aku merasakan iba padanya. Pantas saja kehidupannya bebas, itu karena kurang perhatian dari orang tuanya.

Sore ini hari libur Dimas, dia terlihat sedang asik menonton siaran  langsung sepak bola dari salah satu stasiun TV. Sherly sedang ada jadwal  pemotretan walaupun dengan kondisi masih belum fit. Sedangkan aku,  sudah mulai mengurangi kegiatanku di dunia modeling. Tak ada lagi  kontrak yang aku terima, karena Dimas yang memintanya.

Kuhampiri dan duduk di sebelahnya. “Mas,” sapaku.

“Hmm,” Matanya masih tertuju pada TV.

“Mas aku mau bicara,” ulangku.

“Apa sayang?” tanyanya.  Blush…. Pipiku langsung memerah mendengar  panggilannya untukku. Wajahnya menoleh ke arahku dan tangannya  mulai  menjalar menggenggam tanganku. Hal yang tidak bisa dilakukan jika ada  Sherly di rumah.

“Apa? Kamu mau ya? Ayolah, siapa takut!”  godanya dengan alis yang dinaik turunkan dan bibir yang dimonyongkan ke  arahku. Ish, dasar otak mesum.
.
“Dih, apaan sih Mas. Aku mau bicara serius nih.” Ucapku.

“Lah, emangnya aku gak serius? Aku juga serius.” Katanya masih dengan wajah yang menggoda.

“Maaass,” sergahku.

“Iya sayang, mau bicara apa? Tapi janji abis ini, kita…” sebelah matanya berkedip. Aku melengos.

“Ck, dasar lelaki!”  Dia tertawa mendengar ocehanku. Kuposisikan diriku menghadap ke arahnya.

“Mas, tak bisakah kau nikahi Mbak Sherly?” tanyaku pelan, namun wajah Dimas langsung terlihat merah padam.

“Apa maksudmu? Tak cukupkah masalah yang terjadi sekarang? Masalah ini  saja aku belum tahu bagaimana memecahkannya! Lalu sekarang mau kau  tambah lagi dengan menyuruhku menikahi Sherly!”

Ucapnya berapi-api.

“Tidak Kasih, aku tidak akan sanggup bersikap adil pada kalian.” Dimas menggeleng dan menutupi mukanya.

“Kalau begitu, ceraikan aku,” ucapku yang membuat Dimas terlonjak kaget..

“Apa?”

Aku tertunduk dalam tak ingin melihat amarahnya.

“Apa yang baru saja kamu katakan?” Dia menggenggam erat tanganku, wajahnya memandang ke arahku, lekat.

“Aku tak mau melihatmu berbuat dosa lagi Mas. Kau tinggal seatap  dengannya tanpa ikatan pernikahan. Jika aku tak mengingatkanmu, aku juga  ikut dosa Mas?” Kubalas tatapannya.

“Jika keberadaanku bisa  menghambatmu untuk menikahi Mbak Sherly, aku mohon ceraikan aku Mas.  Tapi jika kau inginkan aku tetap ada di sisimu, nikahilah dia dan  katakan yang sebenarnya tentang hubungan kita. Aku ikhlas Mas, sungguh.”

“Tapi aku sudah tak pernah berhubungan lagi dengannya,” jawabnya dengan tatapan nanar.

“Lalu, apakah kita akan seperti ini terus? Tanpa kejelasan yang pasti? Hah?” tanyaku lagi.

“Setan itu sangat kuat godaannya Mas. Suatu saat kau bisa terjerumus lagi.”

Dia lepasan tanganku, dan berbalik menghadap ke depan, menyugar rambutnya kasar.

“Nikahilah dia walaupun hanya pernikahan siri, setidaknya kalian sah di  mata Tuhan.” Pungkasku, lalu berdiri meninggalkannya dalam kekalutan.

Jika masalah ini tak diakhiri, dosa kami akan semakin membesar. Masalah  aku sakit atau tidak, bukannya aku sudah tersakiti sejak awal?  Setidaknya aku telah menyelamatkan suamiku dari perbuatan zina.

ISTRI JADI PEMBANTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang