Part 13

7.2K 305 5
                                    

Dia menarik tanganku dengan kasar. "Ayo pergi dari sini!"  kata lelaki yang sudah resmi jadi suamiku.

"Hai bro, lepaskan dia! Kenapa kau kasar sekali sama wanita?"

Ryandra memegang dan mempertahankan sebelah tangaku yang lainnya.

"Kau tidak tau apa-apa, lepaskan dia!" katanya  Setengah berbisik namun dengan penekanan yang kuat. Muka mereka saling berhadapan. Mata mereka saling tatap penuh emosi.

Aku berada diantara mereka dengan tangan kanan dalam genggaman Dimas dan tangan kiri di genggaman Ryandra.

"Aku akan lepaskan dia, tapi perlakukan dia dengan semestinya. Hanya laki-laki pecundang yang berbuat kasar pada perempuan," ungkap Ryandra kemudian melepaskan tanganku. 

"Sudah kubilang, kau tidak tau apa-apa. Jauhi dia, aku tidak suka kau dekat-dekat dengannya!" pekiknya dan menunjukku dengan dagunya.

Ryandra menatapku nanar. Sepertinya dia khawatir dengan keadaanku. Namun kugelengkan kepala, menunjukan bahwa aku akan baik-baik saja.

Dimas menarikku menjauhi Ryandra dan membawaku ke tempat yang agak sepi.

Setelah yakin berada di tempat sepi dia hempaskan tanganku dengan kasar. Hampir saja aku terjerembab seandainya saja aku tidak memegang dahan pohon kemboja yang berada tepat di depanku.

"Jadi begini kelakuanmu di belakangku, hah? Mencari kehangatan laki-laki lain.  Dasar perempuan jalang!"  Bentaknya. Kumenoleh padanya dan menggeleng cepat.

"Tidak Mas, kami hanya ngobrol," jelasku.

"Wow...wow, sudah pintar cari alasan kamu rupanya." katanya sambil bertepuk tangan mengejekku.

Dia mendekat ke arahku. Direngkuhnya bahuku lalu daguku diangkatnya dengan sebelah tangan. Manik coklat dengan tatapan setajam elang itu menatapku penuh amarah. Aku hanya diam dalam ketakutan.

Kutolehkan mukaku ke samping agar tak kulihat amarahnya lagi. Namun kembali dia menarik mukaku agar menghadapnya. Lalu tiba-tiba dengan tergesa dia menciumku.

Aku tersentak, sesaat aku diam bagai terhipnotis. Namun kesadaran kembali menyambutku. Kudorong dadanya yang bidang. Aku meronta sampai dia melepaskan tubuhku.

kuhapus bibirku cepat-cepat dengan punggung tangan. Menunjukan bahwa aku tidak suka dengan perlakuannya. Terlihat dadanya naik turun menandakan nafasnya yang tersengal.

"Apa yang kau lakukan Mas? Bagaimana kalau ada orang yang melihatnya!" Pekikku yang tertahan isakan.

"Bukankah itu yang kau inginkan, hah?" Bentaknya padaku.

Aku menggeleng lalu berlari meninggalkannya yang masih berdiri mematung.

"Hai Kasih, kenapa kamu nangis?" Aku tersadar mendengar sapaan Sherly.

"Eh a-anu Mbak, tadi saya kesandung, sakit sekali rasanya," jawabku bohong. Tak mungkin rasanya aku menjawab dengan jujur pertanyaan Sherly.

"Oh, coba sini aku lihat, takutnya ada luka,"

"Tidak usah Mbak, saya tidak apa-apa. Tadi cuma kesandung kaki meja kok," jelasku agar dia tidak lagi memaksa.

"Oh ya udah kalau gitu."

"Mmh, kamu lihat Dimas gak?" tanyanya sambil celingak celinguk.

"Acaranya udah mau dimulai nih, dia malah menghilang gitu aja. Ayo kita kumpul di sana!" Ajaknya.  Akupun mengangguk dan mengikutinya.

Terlihat orang-orang sudah berkumpul untuk mengikuti acara tiup lilin dan potong kue.

Jenny nampaknya baru keluar mengenakan gaun hitam dengan belahan paha yang tinggi,  begitu anggun dan memukau. Kulitnya yang eksotis terlihat berkilat tertimpa cahaya lampu yang agak temaram.

ISTRI JADI PEMBANTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang