Part 15

7.9K 320 5
                                    

Part 15

Hingar bingar dunia modeling kini mulai menyapaku. Akhirnya suratan nasibku mengantarkan aku ke dunia ini. Dunia yang tak pernah sedikitpun terlintas dalam benakku akan berada di dalamnya. Tentu saja semua itu dengan seijin suami yang terus merahasiakan keberadaanku.  Sakit, namun aku sudah mulai terbiasa.

Semenjak aku bergabung dengan agencynya Michi, tawaran fashion show  dan pemotretanpun mulai berdatangan. Tentu saja aku masih mempertahankan jilbabku. Hanya fashion show baju muslim saja yang kuambil. Kini aku mulai memiliki penghasilan sendiri, namun Dimas masih tetap memberikanku uang belanja walaupun kini di rumah itu sudah ada ART baru. Dia bilang itu hakku sebagai nafkah darinya, tentu saja tanpa sepengetahuan Sherly. Sempat terbersit rasa haru, namun segera kutepis lagi. Aku tak ingin terpuruk dan jatuh ke lobang yang sama. Bukan atas dasar cinta Dimas memberikan nafkahnya padaku, tapi karena kewajiban.

Akhirnya posisiku mulai bergeser, kamarku pun berpindah ke sebelah kamar suamiku. Namun entah seperti apa posisiku di hatinya. Aku mulai kebal dengan keadaan ini.

Sherly semakin sibuk juga dengan kegiatannya. Kami jadi makin jarang bertemu, padahal kami tinggal di atap yang sama.

Dimas mulai berubah, yang dulu hanya foya-foya dengan kekayaan orang tuanya sekarang dia sudah mau bekerja. Ya, setelah lulus kuliah dia mulai bekerja pada sebuah konsultan pajak. Pekerjaannya seperti apa, aku tak pernah tahu.

Hari ini aku ada janji dengan Ryan untuk pemotretan di sebuah resort, bersama dengan kru yang lain tentu saja. Namun Ryan sudah mewanti-wanti bahwa dia akan menjemputku.

Jam tujuh aku sudah bersiap, kulihat Dimas sedang sarapan di meja makan sebelum berangkat kerja. Aku beranjak menghampirinya. Untuk sarapan tentu saja.

Kutarik kursi di depannya. Kubalik piring yang sudah tersedia di hadapanku. Kuambil sebuah roti panggang, lalu koleskan selai kacang. Kemudian kutuangkan juga jus jeruk ke gelas disamping kananku.

Aku bisa melihat dengan ujung mataku  Dimas menghentikan sarapannya dan memperhatikanku dengan seksama.

Tak kuhiraukan. Aku terus melanjutkan sarapanku. Aku tak mau terbawa emosi dengan setiap perkataannya yang selalu menyudutkanku, atau kadang  tuduhannya tentang Ryan yang Dimas pikir Ryan menyukaiku. Sesuatu hal yang tidak mungkin bagiku. Huh, ada-ada saja suamiku ini. Tak mungkin juga kalau dia ini sedang cemburu padaku.

“Kamu mau kemana hari ini?” tanyanya memecah keheningan di antara kami.

Kuhentikan suapanku, kuangkat mukaku dan menghadap padanya.

“Ada pemotretan untuk produk make up baru, di Pulau Umang.” Jawabku.

“Siapa fotographernya?” tanyanya, yang sudah aku duga dia curiga kalau kepergianku ini ada main-main sama Ryan.

“Ryandra, siapa lagi.” Jawabku.

“Tak bisakah diganti fotographer lain?” sebuah pertanyaan memaksa yang aneh bagiku.

“Memangnya kenapa kalau dia Mas?” Aku balik bertanya.

“Aku gak mau kamu dekat-dekat dengan dia!” Jawabnya dengan sorot mata tajam.

Aku diam, menggeleng lalu tertawa. “Memangnya kenapa dengan dia Mas? Dia itu baik padaku, juga pada model yang lain Mas,” ungkapku.

“Kau terlalu naïf, Kasih. Kebaikan seorang lelakipun tak bisa kau rasakan bahwa dia menaruh harap padamu.” Katanya penuh penekanan.

Kugelengkan kepala. “Tidak Mas, dia hanya menganggapku teman.” jawabku lagi.

“Hah, teman katamu? Teman seperti apa yang kemanapun kau pergi selalu dia yang antar?” Bentaknya.

“Sebagai suamimu, aku tak suka kau dekat dengannya!” Katanya di depan mukaku, lalu dia beranjak meninggalkan meja makan.

Kuhirup nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Mengumpulkan keberanian.

“Kau bilang Suami?” Balasku tak kalah nyalang.  Dia berhenti melangkah.

“Suami macam apa yang membiarkan istrinya diantar oleh lelaki lain?”

“Suami macam apa yang tak pernah menganggap aku ada?” kataku penuh tekanan dan berurai air mata

“ Suami macam apa yang punya istri tapi masih kumpul kebo dengan perempuan lain?”

“Kau ingatkan aku akan derajatku sebagai seorang istri, tapi kamu sendiri lupa dengan kewajibanmu sebagai seorang suami!”  Tuduhku padanya.

‘Tin, tin, tin’

Ku dengar suara klakson mobil Ryan.Tak tahan lagi aku berlari keluar meninggalkannya yang masih diam terpaku di tempatnya. Setelah sekian lama, akhirnya pertahananku jebol. Aku sudah tak tahan lagi dengan sikapnya yang semena-mena.

Bersambung

Di KBM akan segera berakhir ya.

Bakalan seperti apa nantinya kisah mereka ya?

Ada yang mau novelnya gak? Yang pasti di novel lebih detail ya.

ISTRI JADI PEMBANTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang