Kim Deyra begitu cepat berjalan disepanjang koridor rumah sakit dengan membawa semua luka yang begitu kentara. Ia terus berjalan tanpa mempedulikan semua orang yang memperhatikannya. Bahkan beberapa suster ada yang mencoba berbaik hati datang menghampirinya dengan menawarkan bantuan untuk mengobati luka ditangannya. Namun Deyra menghiraukan.
Deyra terus menangis disepanjang jalan. Ia menundukkan kepala tatkala ia sampai di sebuah lobby rumah sakit. Disana sangat ramai, hingga Deyra harus menyembunyikan wajah hancurnya. Ia malu dilihat seperti itu oleh banyak orang.
Selama ia menundukkan kepala hingga berjalan sampai keluar rumah sakit, tiba-tiba ia tak sengaja menabrak seseorang di depannya. Lekas ia menunduk meminta maaf ke pada seorang pria dengan balutan jas hitam berdasi coklat layaknya seperti orang kantoran.
“Maafkan aku Tuan aku tidak sengaja.” Ia menunduk berkali-kali dengan mata sayu nan pasrah.
“Deyra.”
Suara itu sangat tak asing baginya. Seketika ia membulatkan matanya penuh dan kembali berdiri tegap. Ia juga menyembunyikan sebelah telapak tangannya yang dilumuti banyak darah agar tak terlihat oleh pria di hadapannya.
“Jongin.”
“K-kenapa kau ada di sini?”
Jongin masih mengamati wajah Deyra yang berantakan entah karena apa. Meski Jongin tak tau sebabnya namun ia bisa begitu merasakan betapa pilu hidup teman baiknya ini. Jongin menampakan raut kesedihan yang mendalam atas apa yang terjadi pada Deyra. Deyra seperti baru saja di hancurkan oleh seseorang.
Jongin sedikit merapihkan tatanan rambut Deyra yang panjangnya hanya sebahu, membelai lembut surainya, kemudian mengusap air matanya yang membekas dibeberapa bagian wajah.
Dengan seluruh kemurahan hatinya pada seorang teman baik, Jongin membawa Deyra dalam dekapannya. Memberi segalanya. Segalanya yang hilang dari Deyra. Mengalirkan berjuta-juta kekuatan, untuk sang wanita yang terus berada di sisinya sejak lama.
Jongin begitu sakit saat melihat Deyra begitu menderita. Hanya Jongin lah tempat Deyra mengadukan semuanya. Hanya Jongin lah tempat Deyra bersandar. Hanya Jongin lah yang mempertahankan Deyra hingga saat ini. Jongin rela memberikan semuanya, kepeduliannya, kasih sayangnya, apapun itu termasuk dirinya. Tak ada lagi yang Deyra butuhkan di dunia ini terkecuali seseorang yang mengerti akan dirinya. Dan Jongin adalah satu-satunya malaikat penolong bagi Deyra.
Deyra bersandar dan membenamkan wajahnya diatas balutas jas hitam Jongin. Menutup matanya begitu lama tatkala Jongin menepuk-nepuk pelan pundaknya. Disana terlihat jelas oleh Jongin betapa runtuhnya pertahanan Deyra saat ini. Hanya ada satu kata untuk gadis yang sedang ada di pelukannya saat ini. Menyedihkan.
Deyra sama sekali tidak menangis dalam dekapan Jongin. Ia hanya butuh penopang untuk meredakan semua lukanya. Deyra hanya ingin terlihat begitu tegar didepan Jongin. Meski Jongin tau Deyra mengubur semuanya dalam-dalam saat wanita itu terlihat baik-baik saja. Sungguh, Deyra tidak ingin memberatkan dan merepotkan Jongin‒sekalipun Jongin ini teman baiknya.
Setelah dirasa cukup lama ia menenangkan diri, Deyra menjauhkan tubuhnya sedikit mundur. Wanita itu menatap Jongin intens seolah Jongin adalah sumber kekuatannya saat ini. Matanya yang begitu sayu seakan memancing Jongin untuk menanyakan apa yang telah terjadi padanya. Seketika Jongin menaruh kedua telapak tangannya ke pundak Deyra dan menatap wanita itu penuh afeksi.
“Ada apa Deyra? Kenapa kau seperti ini ? Hmm...?”
“Choi Jongin... aku...”
“Kenapa Deyra...katakan semuanya pada ku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
5. LIGHTS | PJM ✔
Fanfiction[Bukan seperti cerita pernikahan yang sering kamu baca. Karena di sini wanitalah yang dominan bertanggung jawab. ] "Sudah ku duga. Bahkan kau juga tidak sudi memiliki suami buta seperti ku." -Park Jeymin. Bagaimana cara menuntaskan rasa bersalahmu...