30. 잃어버린 | Lost

9.1K 837 150
                                    

"Dari mana saja kau Dey?"

Bibi Jung menahan langkah Deyra yang baru saja sampai di rumah. Raut mukanya mengintrogasi, jelas sekali jika banyak sekali daftar pertanyaan tergambar pada tatapan matanya yang menajam. Tangannya sudah meremas sticky note hingga tak berbentuk.

Jika sudah begini Deyra pasti pusing menghadapi bibi Jung yang ingin memberikan wejangan serupa celotehan nasihat dan peringatan. Ia memutar bola matanya malas, mengharapkan---bisa tidak sih bibi Jung menyingkir saja? Tidak usah peduli begitu. Sedangkan Jeymin sudah ia biarkan sedari tadi menuju kamarnya, katanya ingin ke kamar mandi.

"Hanya keluar sebentar bi," jawab Deyra santai sekali kemudian berlalu begitu saja meninggalkan bibi Jung yang masih butuh penjelasan, tapi buru-buru tangannya bibi Jung tahan.

"Apa? Sebentar katamu?" bibi Jung mendongak, menatap jam dinding putih elegan yang terletak pada sisi tembok atas ruang tamu. "Lihat, sudah jam 3 sore. Kau pergi selama enam jam Dey, dengan keadaanmu yang seperti ini bagaimana bibi tidak cemas kebingungan huh?" Nadanya penuh penekanan, karena terlalu khawatirnya bibi Jung pada majikan mudanya yang satu ini.

"Maaf bi. Tadi aku hanya merasa perginya sebentar sekali. Tidak tahu kalau sampai selama itu."

"Lalu kenapa kalian meninggalkan ponsel di kamar?" Bibi Jung memijat pelipisnya sendiri. Astaga,  tau bagaimana dia kebingungan setengah mati saat mengetahui majikannya tiba-tiba hilang, tanpa ijin juga tanpa kabar? Sontak menimbulkan bayang-bayang jika ia akan dimarahi oleh ibu Park, yang sudah menitipkan amanah untuk menjaga menantunya. "bibi panik sekali, kau mengerti tidak sih? Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu, saat kau pergi tadi? Ha? Jadi nanti siapa yang akan disalahkan. Pasti bibi, Dey." Menggebu-gebu emosinya.

Deyra menunduk mengerucutkan bibir seperti habis dimarahi oleh ibunya sendiri. Ya, baginya bibi Jung itu sudah seperti ibunya juga. "Maaf bibi... Kami hanya sekedar jalan-jalan diluar aku merasa bersalah sejak Jeymin seperti ini dia jadi jarang keluar dari rumah---pasti suntuk sekali."

"Tidak apa-apa membawanya keluar. Tapi nanti Dey, yang penting kau sembuh dulu. Mau kau bawa Jeymin pergi kemanapun bibi tidak masalah. Yang paling utama kau itu harus sehat dulu."

Deyra menggeleng, ia pikir bibi Jung tidak mengerti apapun. Arti kata 'Sehat' itu sudah tidak penting lagi baginya. Bibi Jung tidak paham Deyra sudah selelah ini, sudah ingin menyerah saja. Hanya dengan segala keberatan hatinya yang tak lagi bisa diungkpakan, Deyra hanya bisa  memeluk bibi Jung erat-erat.

Tak ingin banyak pembicaraan lagi, Deyra hanya ingin bibi Jung memaafkan dirinya dengan permainan batin. Deyra ingin bibi Jung tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya.

Tapi ia juga amat sangat berterimakasih telah dipedulikan sampai sebegininya dengan bibi Jung. Ia menitihkan air mata diam-diam dibalik sana.

Namun bibi Jung bisa merasakan bagaimana air mata Nyonya mudanya terjatuh di helai pakaian dan menembus kulit. Hati bibi Jung mencelos seketika, dan tangannya terulur ke surai Deyra dan mengusapnya dengan sayang.

"Dey, bibi tidak melaporkan ini kepada ibu mertuamu. Bibi mengerti, karena kau pasti punya alasan membawa Jeymin pergi ke luar. Bagaimana bisa hati bibi setega itu pada kalian, sementara..." bibi Jung menjeda. Nafasnya tiba-tiba tercekat. Ia tahu segalanya tentang Deyra, sangat tahu. Ibu Park sudah menceritakan semuanya pada bibi Jung.

Sebagai orang tua yang mengerti bagaimana keseharian keduanya di rumah ini, bagaimana bisa bibi Jung mengadu. Kisah mereka terlalu menyakitkan secara keseluruhan. Semua orang tahu itu. Saat bibi Jung berpikir untuk melaporkan saja pada ibu Park, rasa-rasanya itu keterlaluan. Hanya perpisahan dan perpisahan yang ada di benak bibi Jung sedari tadi, maka dengan beratnya ia merelakan kedua majikannya pergi entah kemana. Tapi satu yang pasti, bibi Jung tidak akan merasa berdosa andai jika takdir nyonya mudanya benar-benar berakhir.

5. LIGHTS | PJM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang