Epilog

14.3K 1K 612
                                    

Hai selamat malam. 😂😂




Ibu Park dan Jongin memutuskan untuk membawa Deyra ke rumah sakit. Dalam situasi darurat seperti ini sangat tidak memungkinkan keduanya membawa Deyra kembali ke yayasan lagi. Ketakutan mendominasi, namun mereka sendiri lebih memilih yakin jika hal baik masih bisa terjadi.

Tak ada yang bisa dilakukan oleh ibu Park selain cemas juga menitihkan air mata berkali-kali, sembari mengusapi darah menantunya dengan banyak helai tisu. Ibu Park terus menunduk, menatapi wajah menantunya yang berbaring dan menopangkan kepala di pahanya—Deyra sudah tak lagi memiliki harapan hidup. Sesekali ia juga mengusap dengan lembut wajah menantunya yang dingin dan halus. Ibu Park gemetaran setelah ia mendapati menantunya membuka mata perlahan, namun tidak sepenuhnya.

"D-dey... ya ampun syukurlah..." lirih ibu Park sembari mengusapi wajahnya yang basah.

"Ibu..." bahkan suaranya pun serak dan sangat lemah. "kenapa aku tidur di sini?"

"Kita akan ke rumah sakit sayang. Tahan sebentar lagi ya, ibu yakin kau pasti sembuh." Tidak peduli bagaimana rasa sakit Deyra saat ini, sudah pasti teramat sangat menderitanya—yang hanya bisa dilakukan ibu Park adalah terus memberi dorongan. Kedua iris coklatnya menatap penuh kehangatan, sangat lekat dan juga terpancar sejuta harapan.

Sedangkan Jongin masih tetap terfokus membelah jalanan dengan kecepatan di atas rata-rata demi menyelamatkan nyawa seorang Deyra.

Atmosfer mencekam kini sudah menguasai seluruh isi ruangan mobil. Lagi-lagi Deyra membuat semua orang panik, dari lubuk hatinya ingin mengatakan pada mereka semua untuk berhenti. Berhenti sampai di sini, sudah tak ada lagi yang bisa ia pertahankan. Seketika Deyra meraih tangan ibunya yang sedang mengusapi wajah, yang dalam sekejap mampu menghentikan pergerakan wanita paruh baya itu.

"Ibu... ibu pernah bilang kan kalau ibu sudah mendengar semuanya dari dokter Song?"

Napas ibu Park memburu, ia sudah tak sanggup lagi mendengar ataupun menjawab. Pertanyaan yang menantunya lontarkan saat ini menjelma bagaikan momok mengerikan yang tak ingin ia lihat, maka ibu Park memejamkan mata. Tanpa berniat menjawab dan akhirnya Deyra bersuara kembali.

"Ibu akan tepati apa yang dikatakan dokter Song, kan?!

Detik itu juga ibu Park ingin sekali menulikan telinga. Tolong Dey ini belum berakhir

Genggaman tangan Deyra mengerat, tatapan matanya sangat memohon. "Ku mohon jangan membuat anakmu terlalu lama menderita bu... aku sudah mengikhlaskan diriku sendiri untuk anakmu."

Ibu Park menggeleng kuat dan tak lagi mampu membendung air mata. Ia begitu sakit, kenapa pengorbanan menantunya harus sebesar ini untuk putranya. "Dey..."

"Ku mohon... Jeymin harus hidup dengan baik."

Ibu Park tertohok di antara dua pilihan, tidak, lebih tepatnya ini adalah sebuah takdir yang memang harus di akhiri. Keduanya sama-sama menderita, keduanya berhak lepas dari segala bentuk penderitaan. Maka ibu Park sangat berpasrah diri seraya menjatuhkan kepalanya di kening sang menantu, lalu mencium kening menantunya penuh afeksi serta mengangguk pelan. "Ya... akan ibu turuti permintaanmu."

"Terimakasih ya ibu..."

Tak lama mobil mereka akhirnya sampai di rumah sakit yang dituju. Jongin bergegas keluar dan langsung saja membopong kembali tubuh Deyra untuk di letakkan di ranjang rumah sakit yang langsung mengantarkannya ke ruang operasi.

Dokter Kang dan dokter lainnya sudah bersiaga di ruang operasi karena sudah dihubungi sebelumnya oleh Jongin. Prosedur melakukan transplantasi memang banyak, namun Deyra sendiri sudah melewati semua prosedur itu dan bisa langsung dilaksanakan tindakan penyelamatan.

5. LIGHTS | PJM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang