Selamat membaca.
Hari ini cuaca di luar sangat terik. Sangking gerahnya Deyra berpeluh sangat banyak. Walau sempat ia mengusapkan wajahnya dan sekujur lehernya dengan tisu pun tak menyurutkan peluh nya untuk keluar semakin banyak. Padahal ia baru saja keluar dari kantor lima menit yang lalu, namun tubuhnya seolah kebanjiran.
Setelah insiden itu terjadi, dan Choi Jongin berhasil menuntaskan semuanya. Deyra tetap bekerja di kantor Jongin, bukan tanpa alasan ia harus tetap bekerja. Tentu saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Walaupun ia baru saja tertimpa masalah, Deyra tidak akan membuat alasan sekalipun. Deyra tidak ingin memakan gaji buta dari Jongin.
Bahkan Jongin pun sudah menwarkan Deyra untuk mengambil libur satu minggu, tapi tetap saja‒Deyra tidak mau urusan pekerjaannya menjadi berbelit karena ia harus mengambil libur. Namun Jongin memberi Deyra kemudahan untuk bekerja setengah hari saja.
Jongin begitu paham jika Deyra memiliki masalah yang harus di selesaikan juga.
Berterimakasihlah Deyra pada Tuhan karena telah mengirimkan seseorang berhati malaikat seperti Jongin.
Karena sangking teriknya cuaca di Busan, akhirnya Deyra menyempatkan diri untuk membeli sesuatu terlebih dahulu di supermarket dekat kantornya.
Ia membeli beberapa buah-buahan dan beberapa jus kemasan favoritnya. Setelah membeli itu semua, Deyra beralih menuju kasir untuk membayar belanjaannya. Kemudian ia bergegas menuju mobilnya kembali. Deyra menghidupkan Ac mobilnya hingga suhu paling minimum sembari meneguk jus buah yang telah ia beli tadi. Dirasa kondisi tubuhnya sudah terkondusif, lekas Deyra melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit.
Berjalan santai disepanjang koridor rumah sakit, dengan satu tangannya yang menggantung plastik putih berukuran sedang. Matanya melirik kesana kemari melihat orang-orang yang sedang berkutat dengan pekerjaannya masing-masing. Aroma alkohol yang terhisap kuat ke dalam indera penciumannya juga dentuman besi-besi kecil yang bersumber dari beberapa ruangan yang terdengar begtu kentara.
Deyra sedikit mengulas senyum‒tak lagi merasakan keraguan ataupun rasa takut. Entah apa yang membuatnya ingin cepat sampai ke ruangan Jeymin kali ini.
Begitu sampai di ruang rawat inap yang di tempati Jeymin, Deyra membuka pintu dengan sangat hati-hati. Dan mulai masuk membenamkan diri di rangan itu. Namun yang Deyra dapati hanya Jeymin seorang disana, sedangkan ibu Park tidak ada.🌛🌛🌛🌛🌛🌛
Tenggorokan Jeymin terasa kering sedari tadi namun ia tak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa menunggu sampai ibunya benar-benar kembali. Setelah ia mendengar suara pintu terbuka, lantas Jeymin segera meminta tolong pada ibunya.
“Ibu sudah kembali?” tanya Jeymin dengan suara seraknya. “ibu aku ingin minum...”
Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Deyra menaruh semua barang bawaannya di atas nakas. Lalu ia beralih mengambilkan minum untuk Jeymin.
Deyra mengamati wajah Jeymin yang berbeda hari ini. Meskipun Deyra kemarin melihatnya menangis pun, namun paras Jeymin tak separah ini. Mata, hidung, dan pipi nya memerah. Begitu pula sedikit warna hitam yang melingkar di matanya. Suara Jeymin juga terdengar sangat serak tadi. Apa yang terjadi pada Jeymin?
Lekas Deyra mengarahkan gelas, agar air minum itu bisa masuk ke mulut Jeymin yang kehausan. Jeymin meneguk air itu perlahan hingga habis.
“Tuan ingin lagi? Kalau kurang nanti aku ambilkan lagi,” tanya Deyra berinisiatif.
Mendengar suara orang yang ada di depannya, hati Jeymin seakan terbakar. Ia mengira jika yang masuk tadi adalah ibunya, tapi ternyata bukan. Spontan Jeymin melayangkan lengannya keras mendorong wanita itu hingga Deyra tersentak kebelakang dan gelasnya yang ia bawa jatuh pecah. Suara pecahan kaca itu terngiang di telinga dan makin menambah kadar emosi Jeymin makin memuncak.
KAMU SEDANG MEMBACA
5. LIGHTS | PJM ✔
Fanfic[Bukan seperti cerita pernikahan yang sering kamu baca. Karena di sini wanitalah yang dominan bertanggung jawab. ] "Sudah ku duga. Bahkan kau juga tidak sudi memiliki suami buta seperti ku." -Park Jeymin. Bagaimana cara menuntaskan rasa bersalahmu...