Setiap hari harus minum obat itu melelahkan dan memuakkan, tapi itu adalah syarat agar dirinya bisa sembuh. Deyra selalu mengeluh malas, obat itu pahit, tidak seperti coklat kesukaannya. Maka setelah minum obat, ia menetralisir semua itu dengan meminum secangkir air madu hangat di pagi hari sembari menikmati sejuknya udara dan ramainya kicauan burung yang memanjakan telinga.
Wanita itu menyesap minumannya penuh kenikmatan seraya memejamkan mata, sesekali ia mendongakkan kepala guna menyerap sinar matahari yang masih menguntungkan untuk wajah dan yang lebih penting---untuk merileksasi tubuhnya kembali yang sempat mengalami pegal-pegal.
Hangat mentari pagi kini turut menghangatkan tubuh serta hatinya. Maka Deyra tersenyum simpul, menikmati bagaimana proses dunia mempermainkan hidupnya, menikmati pancaran matahari yang setiap hari menyapa untuk mengirimkan semangat.
"Kau senyum-senyum sendiri seperti itu, ada apa Dey?"
Suara ibu Park memulihkan kesadarannya, Deyra pun segera memperbaiki posisi duduk dan malu-mau pun ia menjawab, "Tidak apa-apa." Dilihatnya ibu Park yang memakai pakaian rapi juga membawa tas, Deyra memperhatikannya dari atas hingga bawah. "Ibu mau kemana?"
"Ibu mau pulang dulu sebentar, nanti sore ibu akan kembali lagi," ucap ibu Park yang lantas mendekat lalu mengusapi surai menantunya. Deyra mengaggukkan kepala senang dan menorehkan senyum yang begitu lebar. Pagi ini Deyra memang terlihat berbeda, itulah yang ibu Park perhatikan dari menantunya hari ini. Apa Deyra bahagia setelah bertemu Jeymin? Ntahlah, yang pasti ibu Park turut senang. "dan Jangan pergi kemana-mana, kau istirahat saja di rumah. Jangan lupa diminum obatmu ya!"
Senyum Deyra berubah, gigi-giginya lebih terlihat hingga senyum itu bisa menenggelamkan kedua matanya. Deyra menutupi segalanya dengan senyuman yang lantas ia berikan satu anggukan pasti. Deyra berencana untuk pergi hari ini, dan tak boleh ada seorangpun yang menggagalkan rencananya untuk bersenang-senang.
"Ibu hati-hati ya..."
Deyra berdiri sekaligus melambaikan tangan pada sang ibu mertua yang ingin melangkah pergi. Ditatapnya punggung ibu Park yang kian detik keberadaannya mulai menghilang dari pandangan. Setelahnya Deyra menghembuskan napas lega lalu mulai mengambil langkah juga ke dalam kamarnya.
Entah kenapa hari ini Deyra tak bisa berhenti tersenyum, bahkan saat ia sudah memasuki kamarnya sendiri dan melihat suaminya yang sedang mengenakan kemeja berwarna biru. Sangat serasi dengan apa yang ia kenakan juga, dress biru polos berlengan panjang dan bagian bawahnya yang hanya sebatas lutut.
"Biar aku saja," ucapnya seraya mengambil alih mengancingi baju suaminya dengan lihai. Dengan begitu Jeymin berhenti pada aktivitasnya, dan membiarkan istrinya saja yang membereskan penampilannya.
"Aku benci jika aku selalu salah saat mengancingkan pakaianku sendiri," ucap Jeymin tiba-tiba dan itu sejenak menghentikan pergerakan Deyra.
"Maka dari itu, aku saja yang lakukan." Sebisa mungkin Deyra menjawabnya dengan tenang. Deyra tahu apa maksud dari ucapan suaminya itu seakan mencurahkan kata 'Aku benci buta, aku ingin melihat lagi dan melakukan segalanya dengan benar' itulah yang ditangkap oleh pemikirannya. Namun ia berusaha pura-pura tidak mengerti.
"Memangnya kita mau pergi kemana?" tanya Jeymin pada akhirnya. Dan ia sudah pasti penasaran.
"Sekedar mencari udara segar di luar. Kau pasti bosan juga kan di dalam rumah terus?"
"Sangat!" singkatnya berseru.
Deyra sudah selesai pada kancing baju terakhir tak lupa ia benarkan juga kerah kemeja suaminya. Gaya berpakaian Jeymin sangat casual layaknya anak muda yang akan berangkat berkencan, dan Deyra suka sekali. Tak hanya itu, ia pun berinisiatif juga menyisirkan rambut dan juga memberikan pengharum badan di beberapa titik tubuh. Sempurna, suaminya tampan sekali sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
5. LIGHTS | PJM ✔
Fiksi Penggemar[Bukan seperti cerita pernikahan yang sering kamu baca. Karena di sini wanitalah yang dominan bertanggung jawab. ] "Sudah ku duga. Bahkan kau juga tidak sudi memiliki suami buta seperti ku." -Park Jeymin. Bagaimana cara menuntaskan rasa bersalahmu...