16. 걱정 | Worry

5.8K 637 47
                                    

"Dey... kau tau sepanik apa bibi semalam? Bibi memapahmu ke kamar lalu menggantikan bajumu agar kau bisa beristirahat dengan tenang. Namun kau justru..." bibi Jung memijat pelipisnya sendiri seakan kehabisan kata-kata.

Bibi Jung tak pernah mengerti kenapa ada wanita semacam ini, kuat namun tidaklah kuat dalam arti yang sebenarnya, keras kepala, dan juga berpikiran positif. Seolah tak ada yang mengganggu hidupnya sejauh ini, wanita itu terus bersikukuh ingin melancarkan hidupnya sendiri dan tak mengindahkan perkataan orang lain. Bahkan niat bibi Jung jelas, karena ia semakin khawatir dan tak ingin terjadi sesuatu yang lebih mengerikan lagi nantinya.

Bibi Jung berkacak pinggang, menuangkan aksinya untuk menghentikan Deyra yang masih berkutat dengan peralatan makeup-nya. "Rasanya semalam bibi ingin berteriak ketika menemukanmu dalam keadaan seperti itu, tapi bibi urungkan karena bibi tau ada Jeymin yang tidak boleh tau soal ini. Dan kau ingin membuat bibi panik sampai berapa kali Dey? Sudahlah... istirahat saja di rumah. Toh Jongin masih memberimu libur kerja, kan?"

Kim Deyra bergeming sejenak sembari mengamati wajahnya dari pantulan kaca di ruang pribadinya. Mungulang ingatan semalam yang tak pernah ia duga, akan berakhir semengenaskan itu. Dengan lipstick merah muda yang menggantung, ia menoleh dan menatap bibi Jung dengan santai. "Mau sampai kapan aku terus libur bi? aku tidak enak karena bisa bertindak semau-mau di perusahaan teman dekatku sendiri. Lagi pula kemarin aku sudah mengatakan pada Jongin jika aku akan masuk kerja hari ini."

Bibi Jung membuang nafas kasar, tak habis pikir. "Kau sama saja dengan Jeymin, sulit sekali diberi tahu." Kemudian bibi Jung memutar pundak Nyonya mudanya, hingga mereka kini saling beradu tatap. "Bagaimana jika terjadi sesuatu yang lebih parah lagi nantinya?"

Bibi Jung pun semakin bingung ketika menghadapi senyum Deyra yang begitu hangat seakan bisa meluluhkan hatinya. "Do'akan saja hari ini kegiatanku lancar tanpa hambatan ya bi," ucapnya melembut lalu mengambil tas hitamnya.

"Tapi Dey..." cegah bibi Jung seraya menggenggam lengan Deyra.

Sejenak Deyra berpikir untuk membuat semua orang mengerti akan dirinya. Bibi Jung boleh saja mencegah, hanya saja bibi Jung benar-benar harus paham jika ingin mencegahnya. Tak ada alasan lain, mungkin urusan finansial adalah salah satu kunci untuk membuka pikiran bibi Jung saat ini.

Kini bibi Jung semakin tidak mengerti kenapa Deyra menggengam satu tangannya seolah meminta restu serta kemurahan hati bibi Jung. Seakan genggaman itu mengubah dirinya untuk menjadi seorang ibu yang harus pengertian. Lalu berakhir dengan tatapan tulus yang Deyra berikan, bibi Jung seakan terhipnotis dalam diam.

"Bibi Jung tau bukan? Aku bukanlah orang berada saat ini. Menjalankan bisnis suamiku sendiri bukan berarti aku memiliki hak atas semua uangnya. Aku tau perihal harta milik suami adalah milik isteri juga. Terlebih lagi aku menjalankan semua itu atas dasar tanggung jawabku. Aku tidak bisa, mengklaim hartanya adalah milikku. Dan aku sadar diri, mungkin setelah Jeymin kembali bisa melihat. Bisa saja kami berpisah saat itu juga karena tanggung jawabku telah usai." Kim Deyra menghirup nafas panjang agar ia kembali bisa berpikir matang. "Maka dari itu bibi, biarkanlah aku bekerja untuk menyelesaikan tanggung jawabku padanya. Operasi donor mata Jeymin juga butuh dana besar, di samping itu aku juga akan melakukan transplantasi. Aku hanya ingin berkerja lebih giat lagi mencari uang untuk keperluan kami sendiri. Dan Jongin, aku tidak akan membiarkan pria itu terus mengasihaniku dengan memberiku gaji buta."

Detik di mana Deyra menjabarkan semuanya, bibi Jung hanya terpaku dan tak berkutik.

"Aku berangkat dulu bibi," lanjut Deyra kemudian berlalu.

✨✨✨✨✨✨

Terhitung hampir satu minggu lebih ibu Park tidak mendatangi kediaman puteranya. Bukan tanpa alasan, sebenarnya kehidupan ibu Park dan suami lumayan terbilang sibuk untuk mengurus usaha manufaktur kecil-kecilannya. Dan setelah ia mengingat hari kelahiran sang putera jadilah ia berencana untuk menginap dua malam di sana.

5. LIGHTS | PJM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang