Tama menatap layar ponselnya disana ada foto dirinya dan Aluna yang diambil saat wisuda Aluna, Ia sangat menyukai foto itu, seolah tercipta dengan sempurna. Namun nyatanya perasaan Tama hanyalah sebuah perasaan yang tidak ada arti apa-apa untuk Aluna, hadirnya Tama juga hanya sebagai pengganti pemeran utama.
Tama tersenyum getir "Ternyata hanya aku."
Tama menghela nafas berat, pikirannya sedang kacau mau berpikir pun tidak akan sanggup. Semua terasa seakan meledak hanya tinggal waktunya saja lagi.
"Aku tidak pernah tahu kamu akan sekejam itu." Gumamnya sendiri.
Tama kini hanya tinggal sendiri, setelah memberikan kuliah singkat tentang cinta Arza meniggalkannya begitu saja merenung tentang hidpnya, cintanya juga perasaannya kini.
Memejamkan matanya, Ia merasa sangat lelah.
"Tama cepat." Panggil Aluna yang kini berjalan cepat di depannya.
"Tunggu." Tama sedang memperhatikan kemali penampilannya.
"Tama." Aluna gemas sendiri dengan kelakuan Tama.
Tama datang mendekat dan memberikan senyum lebarnya "Maaf."
Aluna memutar bola mata jengah dan kembali berjalan.
Tama memperhatikan ruangan yang tampak berkelas dan orang-orang yang datang pun tidak kalah mempesona membuat Tama bingung sebenarnya sedang apa. Aluna hanya mengajaknya dan Tama langsung mengiyakan saja ajakan Aluna. Selama bersama Aluna Ia akan ikut saja. Tapi kini Ia seperti orang bodoh yang duduk ditengah acara tanpa tahu apa yang terjadi.
"Luna." Tama menatap Aluna yang berbicara dengan temannya.
Aluna menoleh menyadari kebingungan Tama, Ia terkekeh.
"Sorry lupa bilang, kita diacara amal. Aku ajak kamu karna Arza gak mau ikut. Mana tahu kamu mau berbagi dengan sesama."
Tama mengerjab beberapa kali memahami perkataan Aluna.
"Oh begitu." Tama kembali memperhatikan sekitar hingga acara dimulai dan tulisan acara amal terpampang di panggung.
'Salah paham Gue.'Batin Tama.
Tama hanya mampu tersenyum memperhatikan Aluna yang tampak begitu cantik dimata Tama, Ia hanya memperhatikan Aluna, tapi telinganya mendengarkan apa yang dikatakan orang sekitarnya.
Tama terus saja berjalan dan berada didekat Aluna menemui orang-orang baru, begini saja Ia sudah merasa bahagia, beruntung apalagi mampu menghabiskan banyak waktu hanya berdua dengan Aluna.
Tama bahkan memimpikan masa tuanya yang akan diisi penuh dengan Aluna.
Ia tersenyum seperti orang bodoh.
Benar, Tama hanyalah seorang pria bodoh yang mengharapkan wanita pintar seperti Aluna. Bisakah Tama bertahan dengan semua resiko yang mungkin akan Ia terima diakhir. Atau menyerah sebelum Ia mencoba.
Tama membuka matanya "Apa cinta sebercanda ini."
Banyak kenangan tentang Aluna yang tidak bsa dilupakannya begitu saja, terlebih saat semua waktu yang dilaluinya dengan Aluna selalu dianggapnya sebagai waktu berharga yang dimilikinya. Dan tidak akan dengan mudah dilupakannya.
Tama tahu Aluna tidak mencintainya, tapi Ia selalu berharap dengan hadirnya bisa membuat Aluna membuka hati. Tama mengerahkan semua yang dibisanya agar bisa memiliki cinta Aluna, Ia akan mengabdikan hidupnya untuk Aluna.
Namun takdir berkata lain, cintanya sudah kandas. Bahkan sebelum Ia berusaha lebih.
Ia sudah ditolak sejak awal, tapi hatinya terlalu kuat memintanya untuk bertahan. Nyatanya semua sia-sia, semua terasa sia-sia. Tama tahu, kisahnya tidak pernah seindah harapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYAP YANG PATAH [SELESAI]
ЧиклитUntuk mereka yang patah hati karena terlalu menaruh harapan lebih, mencintai sebanyak-banyaknya namun hanya dalam diam. Dan akhirnya patah sendiri, terluka dengan hebatnya. Namun bukan berarti mereka tidak menginkan cinta, mereka juga ingin merasa...