Tama berulang kali melirik toko kue yang mulai tutup itu, sejak tadi kakinya enggan menjauh. Senyumnya mulai terbit saat melihat punggung Rere yang kini tengah mengunci pintu toko.Tama segera melangkah mendekat.
"Astagfirullahhalazim." Rere mengusap dadanya terkejut saat melihat sosok Tama yang berdiri tak jauh darinya.
"Mau apalagi.?" Tanya Rere jengah.
Melangkah mendekati sepeda motornya yang terpakir.
"Gue ikut."
"Ikut.?" Tanya Rere bingung.
Tama mengangguk "Iya." Mendekati Rere dan mengambil kunci sepeda motor matic dan dengan semangatnya duduk dibaik kemudi menatap Rere dengan senyum liciknya.
"Sana, sana pergi." Rere berusaha mendorong Tama dari motornya.
Tama masih mempertahankan posisinya "Ayolah berikan Gue tumpangan."
"Gak, gak mau."
Tama memberikan tampang memelas "Sekali aja."
"Sekali enggak ya enggak."
Mereka mulai menjadi tontonan para pejalan kaki yang melintas.
"Apa mereka sepasang kekasih yang sedang bertengkar.?"
"Kasihannya Pria itu."
"Semoga wanita itu tidak sekejam itu lagi."
"Berbaikanlah segera."
Tama dan Rere mulai menyadari mereka menjadi tontonan dan juga suara bisik-bisik mereka terdengar jelas. Membuat Rere dan Tama tidak nyaman.
Tik.
Tik.
Rere mengadah saat merasakan sebuah rintik hujan, langit memang tampak gelap.
Tama segera menarik Rere semakin dekat dan memberikan helm pada Rere "Ayo cepat nanti hujan."
Rere bagai boneka mengikuti saja perkataan Tama, memakai helmnya lalu duduk dibalakang Tama.
Mereka mulai melintasi jalanan ditemani rintikan hujan juga dinginnya udara saat ini. Tama focus dengan kemudinya sedangkan Rere terdiam, pikirannya melayang jauh.
"Kita mau kemana.?" Rere sedikit berteriak.
"Ada tempat yang mau Gue kunjungi." Jawab Tama yang berusaha focus saat matanya berulang kali terkena rintik.
"..."
Rere terdiam, Ia tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Dibawah guyuran hujan, Ia mempercayai seorang pria mengemudi motor kesayangannya dan membiarkan Ia duduk ikut kemana pria itu membawanya.
Apa Ia terlalu mudah percaya.?
"Lo gak berniat macam-macam dengan Gue kan.?"
"Gue gak berminat buat main-main dengan Lo."
"..."
"Gue cuma butuh orang buat nemani Gue."
Rere berusaha melihat kaca spion untuk dapat melihat bagaimana ekspresi pria yang sedang mengendarai motor, Rere dapat melihat raut sedih diwajah itu—bahkan saat dari pertama kali bertemu diwarung bubur. Rere juga merasa selama ini sendiri namun Ia berusaha tidak ingin bergantung dengan siapapun. Karena akhirnya akan menyakitkan, saat ditinggalkan.
***
Mereka duduk disalah satu saung tempat makan, setelah hujan itu memang menyenangkan menyantap makanan berat dan hangat maka kini mereka duduk disana, menatap langit yang tampak indah. Bintang mulai menampakkan wujudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYAP YANG PATAH [SELESAI]
Literatura FemininaUntuk mereka yang patah hati karena terlalu menaruh harapan lebih, mencintai sebanyak-banyaknya namun hanya dalam diam. Dan akhirnya patah sendiri, terluka dengan hebatnya. Namun bukan berarti mereka tidak menginkan cinta, mereka juga ingin merasa...