16. MIMPI TENTANG KITA

272 31 0
                                    

"Baru tahu Gue, Lo bisa nyanyi." Ucap Rere yang baru saja duduk disalah satu kursi.

"Lo aja yang gak mau tahu tentang Gue." Cibir Tama.

Rere memutar bola mata jengah "Oh ya.?"

Tama terkekeh "Kita masih banyak waktu untuk mengenal satu sama lain, bukan.?"

"Hem." Rere bergumam.

"Suara Gue bagus kan?." Tama mengedip-ngedipkan matanya.

Rere berdecak "Ck. Mau jujur atau bohong.?"

"Jika jujur itu menyakitkan dan bohong itu membuat Gue senang, Gue lebih milih Lo katakn apapun yang ingin Lo katakan."

"Apa Lo akan terima-terima aja saat Gue bohong.?"

Tama mengenggeleng "Tentu saja tidak, tidak ada yang dinamakan kebohongan putih."

"Lalu.?"

"Gue hanya mau Lo mulai mengutarakan apapun yang Lo pikirkan."

Rere tertarik dengan perbincangan mereka "Kenapa.?"

"Karena Gue mau mengenal Lo dari awal. Gue bakalan menerima Lo apa adanya."

Rere menatpakkan wajah terkejut "Wah, terharu."

Tama menampilkan raut wajah sebalnya.

Tak lama pesanan mereka datang.

Rere memperhatikan Tama yang mengaduk bubur ayamnya.

"Kenapa diaduk.?"

"Biar Lo biar merasakan semuanya secara bersamaan."

"Oh ya.?"

"Lihat lah, nanti Lo bakalan ninggalin bawang goreng, potongan daun sop, bahkan kacang."

Rere terkekeh "Apa Lo begitu memperhatikan Gue segitunya.?"

Tama tersenyum tipis.

Mata Rere menatap sekitar "Bukankah ini seperti dejavu.?"

"Pertemuan pertama kita.?"

Rere mengangguk "Ya. Dan di warung bubur ayam lagi."

"Ya, sama persis."

"Rereee." Mereka menoleh menatap Ibu hamil yang berjalan mendekat.

"Sedikit berbeda, waktu itu kita hanya berdua. Sekarang berempat."

Rere menggeleng "Tidak, berlima."

Dan Tama yang mengerti ucapan Rere terkekeh mata mereka memperhatikan keribetan yang diciptakan Bianca dan Dion yang mampu memancing perhatian orang disekitar mereka.

***

"Itu tadi Lo kan yang nyanyi." Bianca yang duduk bersandar dibelakang bersama Rere menatap Tama.

Tama menoleh "Ya."

"Lumayan."

Rere menatap Bianca bingung "Apanya yang lumayan Mbak."

"Lumayan, suaranya pas-pasana, tapi muka dan kharismanya menolongnya. Setidaknya Ia tidak mempermalukan dirinya sendiri."

Mereka terkekeh bersama membuat Tama berdecak kesal.

"Untungnya Lo gak bikin drama nembak cewek tadi."

"Iiii. Berasa nonton drama Gue." Cibir Bianca.

"Maunya gitu."

"Kalau dianya juga mau sama Lo, kalau gak tambah malu Lo." Cibir Bianca.

Lagi mereka tertawa bersama mengisi suasana mobil yang terasa cukup sepi awalnya. Mereka yang sudah lelah berjalan dan merasa kenyang setelah menjelajah jajanan yang begitu menggoda. Kini memutuskan pulang-setidaknya bmembersihkan tubuh mereka dan beristirahat sejenak.

SAYAP YANG PATAH [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang