Rere menatap jendela kamar yang saat ini ditempatinya dengan pikiran kosong, Ia masih terkejut atas apa yang terjadi kemarin mala, jujur saja Ia tidak dalam keadaan baik-baik saja namun dihadapan orang-orang yang menyayanginya Rere harus berusaha kuat dan memberikan senyuman baik-baik saja miliknya.
Ia memakai topeng.
Tok.Tok.Tok.
"Re." Rere tersentak—segera menormalkan raut wajahnya. "Mbak Masuk ya."
Rere memberikan senyumnya pada sosok Aluna yang kini berdiri dibalik pintu.
Rere belajar menerima semuanya dengan lapang dada. Mungkin jodohnya bukan Auva juga Tama.
"Kamu lagi apa Re.?" Aluna mendekat dan duduk disamping Rere.
Rere menggeleng pelan dan memberikan senyum tipisnya.
Tanpa aba-aba Aluna memeluk Rere.
"Kamu boleh nangis sekarang."
Hanya kata-kata itu namun membuat air mata Rere mengalir dengan derasnya.
"Kita sekarang adalah keluarga, jangan memendam semuanya sendiri lagi ya." Aluna terus mengusap pelan punggung Rere yang bergetar, suara isakan terdengar didalam kamar itu.
Aluna tahu Rere sedang menyimpannya sendiri sejak semalam. Kini Ia duduk menemani dan siap menjadi sandaran Rere.
Rere menangis tanpa bisa Ia kendalikan lagi. Sakit yang Ia rasakan bukan hanya sebuah tamparan keras diwajahnya namun juga sebuah rasa sakit direlung hatinya dan Itu hanya Ia yang tahu.
***
Tama sejak tadi diam didalam mobilnya memperhatikan rumah keluarga Dimitri—Ia ingin menemui Rere namun penjagaan dirumah itu sungguh susah Ia tembus.
Ia ingin bertemu dengan Rere meminta maaf dan memohon agar Rere tetap berada disampingnya. Masalah Ibunya itu akan menjadi urusannya. Tama sudah berjuang sejauh ini dan tidak ingin semua sia-saia dan berakhir luka untuknya juga Rere.
Tama segera keluar dari mobilnya saat melihat sosok Andri yang keluar dari rumah megah itu menggunakan sepeda motornya.
"Andri." Panggil Tama.
Sepeda motor itu berhenti disamping Tama, Andri membuka kaca helmnya dan menatap Tama dengan bingung.
"Kenapa Mas Tama.?"
"Rere ada di dalam.?"
Dengan ragu Andri menggangguk "Ada kok Mas."
Tama tersenyum lega "Dia..hem baik-baik saja kan.?"
Lagi Andri mengangguk "Tapi pagi ini saya tidak ada lihat Mbak Rere. Tadi juga dianterin makan kekamarnya sama Mbak Aluna."
"Aluna." Gumam Tama.
"Iya, Mbak Aluna istrinya Mas Auva."
Tama terdiam.
"Mas kalau mau ketemu masuk aja, saya mau sekolah dulu."
Tama tersentak dan membiarkan Andri berlalu setelah berpamitan dengannya.
***
Tama mendesis jengkel saat panggilannya diabaikan oleh Arza. Tama tahupasti saat ini Ia sedang menikmati pagi yang indah bersama istrinya.
Membuat Tama jengkel.
"Angkat." Gumam Tama.
Hingga paggilan kelima baru diangkat.
"Apa mau Lo.?" Suara itu terdengar ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYAP YANG PATAH [SELESAI]
ChickLitUntuk mereka yang patah hati karena terlalu menaruh harapan lebih, mencintai sebanyak-banyaknya namun hanya dalam diam. Dan akhirnya patah sendiri, terluka dengan hebatnya. Namun bukan berarti mereka tidak menginkan cinta, mereka juga ingin merasa...