Tama memperhatikan Rere hingga masuk kedalam kos-kosan yang ditempatinya. Saat sudah tak lagi melihat punggung Rere, Tama segera mencari taxi online .
Sebelum akhirnya benar-benar pergi Tama sekali lagi menoleh kebelakang dan pergi.
"Renata." Gumanya saat didalam taxi.
Ia sedikit tersenyum membayangkan berbagai ekspresi Rere yang terekam dalam ingatannya.
Dia sedang tidak mencari pelarian ataupun berniat memainkan hati gadis itu.
Tama tersentak saat merasakan getaran ponselnya, Ia menatap layarnya sebuah pesan yang dikirim Rere mampu membuatnya tersenyum kecil
'Lo masih punya hutang dengan Gue.'
'Hutang.?'
'Perlu Gue ingetin.?'
"Ya.?"
'Tumpangan dan menjadi pendengar curhat.'
'Baiklah, lain kali Gue traktir.'
'Jangan omong doang.'
'Ya.'
Tama mengakhiri percakapan mereka mulai memejamkan mata.
Kembali mengingatnya, Tama kemari bukan hanya untuk bersenang-senang tapi dia mencari ketenangan dan dia juga mendapat teman untuk berbagi cerita.
Gadis lugu yang usianya terpaut lima tahun. Tama yakin sahabatnya akan mengejeknya jika tahu Ia ditemani gadis muda. Terlebih Rere merupakan salah satu karyawan di Toko Aura.
Tama menggelengkan kepalanya menatap jalanan yang dipenuhi beberapa kendaraan dan lampu jalan yang menemani jalannya.
Tama kini duduk diruang tunggu. Menyandarkan punggungnya Ia kembali memejamkan matanya. Kembali kesana artinya Ia harus kembali menata hatinya. Ia ingin menetap tapi tidak punya alasan untuk disana.
Drtt.Drtt.
'Semoga selamat sampai tujuan.' Tama menatap pesan itu cukup lama hingga Ia mematikan ponselnya.
***
Setelah mengirimkan pesan dan tidak mendapat balasan Rere bergerak tak tentu arah diatas tempat tidurnya. Kadang menghirup nafas lalu menghembuskannya dengan keras. Ada sebuah perasaan aneh yang tidak Ia mengerti. Sebelumnya Ia tidak pernah sedekat itu dengan lelaki. Tama adalah laki-laki asing pertama yang dengan beraninya masuk dalam hidup Rere.
"Kenapa aku segila ini." Gumamnya.
Rere mengambil laptopnya dan mulai menulis diblognya. Rere tidak punya tempat bercerita, Ia ingin bercerita dengan Aura atau Bianca namun Ia tahu setiap orang punya masalah, keluhan masing-masing dan Rere tidak ingin merepotkan mereka lebih banyak lagi.
"Apa aku sedang membuka hati.?"
Rere menggeleng.
"Kami hanya cocok sebagai teman cerita. Tidak lebih."
Rere terus memikirkan apa saja yang mungkin terjadi kedepannya.
Namun Ia mencba memutuskan pemikiran itu.
"Kami hanyalah dua orang yang sedang patah hati, bukan dua orang yang saling mencintai."
Rere menatap jendela terdengar suara rintik hujan dan beberapa tetes air mengenai kaca jendelanya "Apa ini sudah masuk musim penghujan.?"
Cinta pertama tidak selalu berhasil.
Tapi benarkah Ia sudah jatuh cinta pada Auva.
Atau Ia hanya menyukai sosok itu.?
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYAP YANG PATAH [SELESAI]
Chick-LitUntuk mereka yang patah hati karena terlalu menaruh harapan lebih, mencintai sebanyak-banyaknya namun hanya dalam diam. Dan akhirnya patah sendiri, terluka dengan hebatnya. Namun bukan berarti mereka tidak menginkan cinta, mereka juga ingin merasa...