14. SEBUAH PERASAAN

274 29 0
                                    

Rere berusaha menahan ringisan saat menggerakkan tangannya. Rere menoleh saat pintu terbuka.

"Kenapa Re.?" Bianca mendekat saat melihat raut wajah Rere.

Rere tersenyum "Gak apa-apa kok Mbak."

"Gak apa-apa giana, muka kamu pucat gitu." Bianca mendekat dan mengecek suhu tubuh Rere.

"Aku udah mendingan kok Mbak."

Bianca menghela nafas, Ia sangat tahu Rere tidak ingin merepotkannya namun Bianca sangat menyayangi Rere. Hingga memaksa Rere untuk menginap dirumahnya. Awalnya Rere menolak namun Bianca dengan wajah penuh permohonan belum lagi Aura yang menelponnya, Rere sangat merasa bersalah, seharusnya Ia bisa lebih hati-hati.

"Kamu istirahat disini, kalau ada apa-apa panggil Mbak atau Mbak Ani ya."

Rere tersenyum dan mengangguk patuh "Maaf ya Mbak, aku gak bisa jaga diri sendiri."

"Ini hanya kecelakaan kecil."

"Kecelakaan kecil gara-gara kecerobohannya." Tiba-tiba saja Tama muncul dan bersandar di pintu yang terbuka.

Rere menoleh kearah lain dengan kesal.

"Kenapa dia masih disini sih Mbak.?"

Bianca menganggkat bahu tak acuh "Gak tahu."

"Bee, Gue nginap disini."

"Apaa???"

Rere dan Bianca saling menatap tak percaya.

"Bee, Tama tadi udah izin." Dion muncul dengan raut polosnya. "Kamu bisa pakai kamar sebelah."

Tama mengangguk dan mengikuti langkah kaki Dion.

Menyempatkan diri tersenyum meremehkan.

"Mbak." Rengek Rere.

Bianca benar-benar speechless.

"Aku pulang aja deh." Rere baru akan turun dari tempat tidur.

"Diam disana. Istirahat." Nada perintah itu membuat Rere menatap malas Tama yang seolah memberinya peringatan.

"Ck." Decak Rere lalu menatap Bianca penuh permohonan.

Bianca menatap Rere dan Tama bergantian "Kamu masih ada hutang cerita sama Mbak, kalau kamu lupa."

***

Tama mencoba memejamkan matanya, setelah mandi dan berganti pakaian—yang Ia beli via online kini Ia sedang mencoba mengistirahatkan pikirannya juga degub jantungnya.

Ia kembali memutar apa yang sudah terjadi sebelumnya.

"Ada apa ini.?" Gumam Tama.

Sebelumnya Ia tidak pernah merasakan hal ini. Atau saat ini dia terlalu berlebihan menanggapi apa yang terjadi. Tama pun pusing sendiri memikirkannya.

Niat awalnya Ia ingin merefreshkan pikirannya, bahkan Ia memilih kembali kekota—yang seolah memanggilnya untuk terus kembali tiap malam dan bertemu Rere disbanding menghabiskan wkatu bersama keluarganya.

Atau ini hanya salah stau cara Tama membuka hatinya juga hati Rere.

Menyadarkan hatinya juga hati Rere.

Tama memikirkan hal itu terus menerus. Meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang Ia lakukan saat ini sudah benar.

Ditengah malam seperti ini Ia tidak mampu memejamkan matanya. Walau pikiran dan raganya merasa lelah, namun matanya tidak ingin terpejam. Berulang kali Tama bergerak gelisah tidak menemukan jawaban.

SAYAP YANG PATAH [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang