EXTRA PART.

662 46 4
                                    


"Kita menikah bulan depan." Tama menatap Rere yang kini melotot tajam.

"Kamu pikir semua persiapan itu cukup cuma sebulan."

"Kamu meragukanku.?" Tama meniakkan sebela alisnya.

"Hahh. Terserah Mas, aku ikut aja. Aku mau balik kerja." Rere bangkit dari duduknya dan menuju casier.

Tama tersenyum senang, sebenarnya sebelum Ia melamar Rere Ia sudah menemui beberapa EO membicarakan hal-hal penting, nantinya Ia akan mengajak Rere untuk mencek semuanya.

Ia menatap punggung Rere yang berjalan menjauh darinya. Tama tak menyangka Ia malah berakhir dengan gadis lugu itu. Namun, Ia pun merasakan euphoria yang meledak dalam hatinya.

Ia akhirnya tahu, pilihannya pada Rere tidak pernah salah.

"Mau santai dulu." Gumam Tama, lalu membaringkan tubuhnya.

Kota tempat Ia melarikan diri, toko yang menjadi awal cerita, Rere yang menjadi penyembuh luka.

Tama, bersyukur atas rasa sakit yang sebelumnya pernah Ia rasakan. Karena kini Ia lebih menghargai sebuah perasaan dan menemukan seseorang yang memilihnya, bukan hanya sebuah cinta bertepuk sebelah tangan.

Rerenya ada untuk menjadi tempat Ia pulang.

Dan Ia ada untuk menjadi sandaran Rere.

***

Pernikahan.?

Rere tidak pernah sebelumnya memikirkan sebuah pernikahan. Terlebih secepar ini, baru seminggu yang lalu Ia selesai siding dan menunggu wisuda. Bukannya melamar kerja di kantor eh malah Ia yang dilamar.

Rere terkekeh, merasa lucu dengan apa yang terjadi.

Ia memaafkan Ibu Melda dan yang Ia dapat adalah Tama beserta kebahagiaan yang Tama janjikan. Rere tahu Tama bukan seseorang yang sempurna tapi Ia sadar kisah ini bukan hanya Tama yang berjuang, Ia juga harus ikut berjuang. Agar sama-sama bahagia.

"Sebulan lagi." Gumam Rere, lalu mengigit ibu jarinya.

"Apa terlalu cepat.?"

Rere menggeleng. "Semua pasti udah diurus sama Mas Tama. Jangan dipatahkan semangatnya."

Rere sangat tahu, bujang lapuk itu tentu saja ingin menikah segera selain karena tuntutan usia Ia juga pasti iri dengan kehidupan rumah tangga seperti sahabatnya.

Rere akan berusaha menjadi seseorang yang lebih baik kedepannya.

Dan menjadi penyeimbang Tama.

***

Pernikahan.?

Dalam waktu sebulan namun yang didapat Rere sungguh menakjubkan.

Gaun mewah.

Dekorasi megah.

Makanan yang lezat.

Tamu undangan yang membeludak.

Ia bertemu banyak orang baru.

Kado yang menggunung.

Rere tidak percaya dengan apa yang didapatkannya saat ini. Rasa bahagia tentu, haru juga Ia terima. Tama sudah mewujudkan semua mimpinya. Dan Ia sangat berterima kasih atas itu.

"Mas Tama, makasih." Gumam Rere tulus.

Tama menoleh dan tersenyum lebar meski kantung mata terlihat jelas.

"Semuanya untuk kamu."

***

"Da..da." Tama yang sejak tadi tiduran membiarkan sang bayi mungil berjemis kelamin perempuan itu duduk diatas perutnya tak lupa air liur yang menetes mengenai bajunya bahkan wajah tampannya namun saat mendengarsuara anaknya Ia langsung mendirikan tubuhnya dan memeluk Natasha—Tasha yang menggemaskan dengan dua gigi yang mulai tumbuh.

"Mommyyyyyyyyyyyyyyy." Jerit Tama antusias—tanpa memperdulikan dua perempuan kesayangannya itu yang terkejut, bahkan Tasha menangis histeris tapi Tama tetap saja tersenyum bahagia mencium-ciumnya.

"Ya Allah Daddy, itu anak diapain sampai nangis gitu." Rere yang datang dari dapur berkacak pinggang lalu membawa anaknya kedalam gendongannya.

Rere membawanya duduk di salah satu sofa menghapus aliran sungai air mata dan liur anaknya "Cup cup sayang, anak Mommy kenapa nangis.? Daddy nakal.?"

Balita itu terus aja menangis seolah mengiyakan perkataan sang Mommy. Rere menatap Tama sinis namun Tama tetap saja cengegesan tidak jelas membuat Rere tambah jengkel.

"Kamu apain sih Mas, kamu kan baru pulang. Baru pulang bikin anak nangis." Omel Rere.

"Aku seneng banget." Tama menciumi wajahanaknya yang masih terus menangis dan mencuri sekilas untuk mencium istrinya.

"Ih jangan cium-cium, banyak bakteri. Kenapa emang.?" Rere mengambil stok tisu basah terdekat mengelap wajah anaknya lalu wajahnya sendiri.

"Gak gitu juga dong Mommy, Daddy kan wangi dan bersih lagi."

"Hem." Fokus Rere hanya pada anaknya yang kini tertawa merasakan dinginnya tisu basah.

"Lihat Daddy dulu Mommy."

"Apalagi.?"

"Tadi kan—"

Rere memotong ucapan Tama saat ingat ikan yang sedang di goreng "Tuh kan hangus deh ni, kamu jaga Tasha dulu. Awas aja kalau nangis lagi. Tidur sendiri kamu Mas."

Rere menyempatkan mencium kening sang anak saat Tasha sudah tenang di pangkuan sang Daddy yang melongo melihat kelakuan istrinya itu. Herannya kemarin Rere itu pendiam, tidak banyak bicara –apa bedanya. Tapi kok makin kesini makin bar-bar.

"Daddy nya ngak sekalian.?"

"Gakkkk."

"Dasar pilih kasih." Cibir Tama "Apa sayang.? Tasha pengen adik.?" Tasha menatap Tama bingung. " Mommmy kata Tasha, dia pengen punya adik." Teriak Tama

Dan mendapat balasan teriakan membahana "Tasha bicara aja belum bisa, akal-akalan kamu aja Mas."

EXTRA PART SUPER SHORT. Bye!

14/10/2019.

SELESAI.

SEMOGA SUKA.

IG: SA.ARISKA

SAYAP YANG PATAH [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang