Rere menatap was-was sekelilingnya, Ia sedang menghindari sosok Tama. Ya sejak saat itu Ia berharap hubungan mereka tidak ada apa-apa lagi. Rere selalu berusaha menganggapnya begitu. Sejak saat itu pula Rere berusaha hidup lebih baik.
"Liatin apa sih.?" Rere tersentak saat mendapat tepukan dibahunya.
"Ngagetin deh Rin."
Rina ikut memperhatikan sekitar "Apa.?"
"Gak, gak ada."
Rere berjalan mendahului Rina menuju mesjid yang akan digunakan untuk ijab kabul pagi ini.
Mesjid yang sama saat akad Auva. Rere kembali memperhatikan ujung anak tangga—Ia ingat saat bertemu dengan Tama dua orang yang edang patah hati.
Rere menyadarkan pikirannya Ia kembali melangkah dengan pasti menghalau segala bayangan itu.
"Pelan-pelan Re." Rina berusaha memperingati.
"Iya."
"Mbak Aura nikah, makin jarang ke toko dong ya Re."
Rere melirik Rina yang berjalan dengannya "Mbak Aura pantas mendapat kebahagiaannya Rin."
"Iya, lihat Gummy seneng jadi ikut seneng juga."
Mereka terus melangkah, sebenarnya cukup sulit karena rok yang digunakan Rere begitu pas dengannya.
"Kamu kapan.?"
Rere menoleh tangannya masih memegangi roknya "Nikahnya.?"
"Ntar aku nyusul, kalau sempet."
"Ih becanda mulu."
"Calonnya aja gak ada, gimana sih kamu."
"Lah yang kemarin mana.?" Tanya Rina heran.
"Yang kemarin mana.?"
Rina memutar bola mata jengah "Kayak banyak aja, yang kemarin itu loh."
"Hem, udah yuk masuk." Rere segera menarik Rina memasuki mesjid dan duduk tak jauh dari Bianca yang melambai pada mereka.
Rere kembali melirik isi mesjid—mencari sosok Tama.
Rere menggeleng 'Apasih Re.' Batinnya.
"Mbak Aura cantik ya Re." Rere menoleh saat merasa senggolan dibahunya.
Ia mempeprhatikan Aura yang tampak keluar dari ruangan dituntun Ibunya. Rere tersenyum lebar—Ia ikut senang melihat seseorang yang sudah Ia anggap kakak kini meraih kebahagiaannya.
***
Tama menggeliat dalam tidurnya, Ia merasa sudah lama tidur. Merenggangkan tubuhnya, Ia meraih ponselnya yang ada dinakas.
"Jam 09.22 Wib." Gumamnya.
Ia kembali memejamkan matannya menggaruk tubuhnya.
"Ini hari sabtu, nikahan Arza.?" Gumamnya.
Tak sampai sepuluh detik matanya kembali terbuka.
"APAAAAA.?"
Tama terduduk dan kembali meraih ponselnya.
"Mati.!!! Telat Gue, telat ketemu Rere."
Tama bergegas menuju kamar mandi, Ia ingin mandi dengan cepat namun takut dia tidak menampilkan dirinya dengan baik di depan Rere nantinya. Jadi Ia mulai semuanya dengan pelan namun pasti.
"Tama bego. Kenapa bego.!!!"
Tama meraih pakaian yang sudah Ia siapkan sejak lima hari yang lalu, Ia cek kembali sebelum tidur. Salah Tama yang tidak bisa tidur cepat malam tadi, Ia terlalu memikirkan apa yang akan dikatakan dan dilakukannya jika bertemu Rere. Ia memikirkan banyak cara agar Rere mau kembali dengannya lagi tanpa kesan memaksa.
![](https://img.wattpad.com/cover/200132011-288-k138039.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYAP YANG PATAH [SELESAI]
ChickLitUntuk mereka yang patah hati karena terlalu menaruh harapan lebih, mencintai sebanyak-banyaknya namun hanya dalam diam. Dan akhirnya patah sendiri, terluka dengan hebatnya. Namun bukan berarti mereka tidak menginkan cinta, mereka juga ingin merasa...