13. MENCOBA BERSAMA.

272 32 0
                                    

Tama memperhatikan Rere yang kini sedang sibuk berdiri diatas kursi. Melangkah mendekat Tama melihat salah teman Rere yang bertugas dibawah terkejut menatapnya.

"Sttt." Tama memintanya untuk diam.

Menutup mulutnya Rina mengangguk namun matanya masih menatap tak percaya sosok Tama.

"Kamu boleh pergi." Bisik Tama.

Dengan ragu dan melirik Rere, akhirnya Rina mengangguk mulai berjalan pelan.

Tama melihat Rere yang sibuk, menanti Rere menyadari kehadirannya.

"Rin, bohlam barunya." Sebelah tangan Rere terulur.

Tama masih berdiam, menunggu Rere menoleh.

"Rin." Desak Rere.

"..."

"Rin—Astagfirullah."

Tama menatap Rere malas.

"Turun."

Menggaruk tengkuknya Rere bergerak turun "Kok ada disini.?"

"Disini gak ada laki-laki.?"

Bukannya menjawab Tama malah bertanya balik.

"Ada kok." Jawab Rere pelan.

"CK, Jadi apa harus Lo yang ganti bohlam sendiri.?"

Rere merasa takut "Mereka sibuk."

"Ya, tunggu kalau sudah tidak sibuk."

"Tapi kan lamaaa." Rengek Rere memperhatikan Tama yang kini sibuk memasang bohlam.

"Mending nunggu lama, daripada Lo kenapa-kenapa."

Rere terdiam, matanya terus mengikuti pergerakan Tama yang kini turun dari kursi dan memperhatikan Rere dengan tegas.

"Iya, maaf." Rere tertunduk merasa bersalah.

Tama mengusap puncak kepala Rere "Jangan lagi."

"Iya."

Setelah mengembalikan kursi yang dipakai, Tama bergegas menuju lantai atas. Rere mengekorinya.

"Kok ada disini.?" Tanya Rere lagi yang masih bingung dengan kehadiran Tama.

"Mau main." Tama terus saja berjalan.

Kening Rere berkerut "Kok jauh banget, main kesini.?"

"Disana kan gak ada Lo."

Rere yang berjalan dibelakang Tama, terhenti dianak tangga ketiga, memperhatikan tubuh tegap Tama yang tampak begitu keren meski kini hanya menggunakan pakaian casualnya.

***

Rere terus memikirkan apa yang dilakukan Tama disana.

Tama kemari untuk mengajaknya menghabiskan hari libur bersama.? Benar begitukan.

Jika iya, Rere sangat merasa bersalah karena mengabaikan Tama.

Naun ini adalah pekerjaan Rere, Ia tidak bisa melepas tanggung jawabnya begitu saja.

Setelah banyak pertimbangan Rere ditengah jam kerjanya, menyempatkan mendatangi Tama, memperhatikan apa yang dilakukan Tama.

Rere menatap malas juga tak percaya, Tama kini sedang bermalas-malasan di salah satu saung yang tersedia.

"Mending Lo tidur di hotel aja."

Tama bangkit dari posisi baringnya menatap Rere lalu melirik jam yang leingkar ditangannya "Sebentar lagi."

SAYAP YANG PATAH [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang