15. SEHARI BERSAMA

286 31 0
                                    

Seperti janji malam tadi, kini mereka sudah berada diarea cfd. Mata Bianca berbinar melihat anak-anak yang tampak menggemaskan dan juga jajanan yang tampak menggoda. Ia tampak menarik kesana dan kemarin Dion. Sedangkan Rere dan Tama memperhatikan sekitar, matanya masih menyesuaikan.

"Kalian jalan aja berdua dulu, nanti kita ketemu di bubur Ayam Pak Ahmed ya." Dion menatap Rere dan Tama dan akhirnya pasrah mengikuti langkah Bianca.

Rere menggeleng gemas melihat tingkah Bianca, sedangkan juga merasa kasihan dengan Dion. Akhirnya Ia berjalan santai dengan Tama yang sejak tadipun diam—karena masih merasa ngantuk.

Setelah berjalan cukup jauh "Duduk disitu dulu." Pinta Tama.

Memastikan Rere duduk dengan nyaman.

"Bentar Gue beli minum." Rere mengangguk dan duduk matanya masih memperhatikan sekitarnya.

Rere masih bisa melihat punggung Tama yang mulai berjalan menjauh. Ia tersenyum tidak membayangkan mulai terbiasa akan sosok yang satu itu.

"Ngapain Lo disini.?"

Rere menoleh saat mendengar nada ketus itu.

Memutar bola mata malas, Ia enggan menjawab.

"Eh, Gue nanya."

"Menurut Lo, ngapain.?"

"Cari mangsa pria tajir—atau om-om tajir disini." Sosok itu tertawa bersama dua temannya.

"Kalau Gue cari om-om kaya, seharusnya malam tadi dong bukan sekarang." Balas Rere enteng.

"Dasar mata duitan."

"Terserah."

"Sis, lihat tangannya."

"OMG." Rere menatap malas Siska dan dua temannya itu.

"Mending kalian pergi, merusak udara pagi."

"Eh sialan ya Lo." Mata Rere terpejam menunggu tangan Siska akan mengenai wajahnya namun Ia tidak merasakan apapun.

"Perempuan cantik, jangan main tangan. Nanti gak cantik lagi." Rere menoleh mendapati Tama yang berdiri menahan tangan Siska.

Siska dan dua temannya menatap kagum pada sosok Tama.

"Kenalkan, Gue pria tajir pacar Rere. Jadi, jangan usik Rere lagi."

***

Tama memperhatikan wajah kusut Rere sejak tadi. Ia masih kesal dengan kehadiran teman kampusnya yang selalu mencari masalah dengannya.

"Minum." Tama mengulurkan sebuah botol air mineral.

Rere menerimanya dengan enggan "Makasih."

"Gue baru tahu, Lo bisa sesantai itu menghadapi musuh Lo."

"Gue udah biasa."

"Jangan jadikan biasa kalau dia mukul Lo. Lo harus jaga diri."

"Gara-gara tangan Gue ini Gue gak bisa melawan, biasanya juga Gue lawan." Sungut Rere kesal.

Tama tersenyum "Gue tahu, Lo perempuan kuat."

"Emang." Balas Rere enteng.

Tama berdiri dan mengulurkan tangannya "Mau jalan lagi, atau makan.?"

Rere tampak berpikir dan menatap tangan Tama yang diudara "Hem, terserah."

Tama berdecak "Terserahnya perempuan itu sungguh tidak bisa dimengerti."

Rere menerima uluran tangan Tama "Gue bukan tipe perempuan yang banyak menuntut kalau Lo perlu tahu."

"Dan Gue bersyukur tahu itu."

SAYAP YANG PATAH [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang