Jisa tak bisa berhenti tersenyum. Ia akan menikah dengan Jeno. Bulan ini.
Walaupun dirinya tau, pasti berat bagi orangtuanya untuk melepas dirinya diusia muda seperti ini.
"senyum terus." Jeno memeluk Jisa dari belakang. Malam ini, malam terakhir Jisa tinggal dirumah Jeno. Besok ia akan pulang, dan melarang mereka untuk bertemu selama persiapan pernikahan.
Itu permintaan mamanya Jisa, tentu, Jeno tak bisa menolak, mereka pasti ingin menghabiskan waktu bersama anak perempuan satu satunya.
"masa nangis terus, capek tau."
Jeno terkekeh. Ia mengeratkan pelukannya sambil mengelus perut Jisa.
"tapi aku sedih."
Jisa mengerutkan keningnya. "kok sedih?"
"kamu besok udah gadisini. Gabisa tidur bareng lagi. Kan aku sedih."
Mendengar jawaban Jeno, Jisa malah tertawa. "yaampun Jen, nanti juga tidur sama - sama setiap hari. Gausah manja gini deh. Kasi aku waktu sama mama papa aku, hm?"
Jisa memutar tubuhnya dan mengusap kedua pipi Jeno dengan ibu jarinya.
Wajah Jeno yang murung itu, mengangguk.
"lima belas hari lagi kita ketemu"
Jeno semakin murung, "itu lama, hampir setengah bulan." rengek Jeno.
"ih apasih manja."
Jeno kembali merengek. Ia menunduk dan memeluk Jisa seperti memeluk seorang ibu. "gamau pisah."
"gausah lebay Jen."
"nanti kalau bayinya minta dielus papanya gimana?"
"hm, gapapa, kan ada mama aku"
Jeno mengeratkan pelukannya. "yaudah ayo tidur. Mau sama kamu terus."
"belum ngantuk." jawaban Jisa tertahan. Ia melepas Jeno dari pelukannya dan menatap laki laki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.
"aku mau minta sesuatu." kata Jisa.
"hm?"
"ini permintaan aku, bukan bayinya."
"iya apa?"
Jisa sedikit ragu, atau malu? Entahlah.
"aku, minta cium."
Jeno terdiam. Ia seperti berpikir.
"Jeno,kok diem?" giliran Jisa yang bertingkah seperti anak kecil. Ia merentangkan tangannya ingin di gendong Jeno.
"Jisa."
"hm, apa?"
"berat hukumnya godain aku, tau gak?"
Jeno langsung saja mencium bibir Jisa tanpa aba aba dari gadis— maksudnya wanitanya itu.
Jisa sedikit terkejut karena gerakan Jeno yang tiba tiba.
Jeno melepas ciumannya. Ia menatap Jisa.
"J-jen"
"hm?"
Jeno Membawa Jisa kedalam kamar, karena sebelumnya mereka berada di balkon.
Jeno duduk diatas ranjang dan menyender. Tangannya menarik Jisa dan membuat Jisa duduk diatas pangkuannya.
Jeno memeluk pinggang Jisa, sedangkan Jisa mengalungkan kedua tangannya dileher Jeno.
"janji ya, sehat terus, buat kamu, sama bayinya." kata Jeno.
Jisa mengangguk. "iya daddy."
Jeno terkekeh. "masih mau lagi?"
Wajah Jisa kembali memerah. "u-udah deh, mau tidur, aja."
"tapi aku kurang."
Jeno kembali menarik tengkuk Jisa dan menciumnya dengan lembut. Jisa memejamkan matanya dan membalas ciuman Jeno.
Jeno melumat bibir Jisa dengan lembut, hingga Jisa sendiri sampai membuat rambut belakang Jeno berantakan.
"h-hhhh.." lenguhan Jisa, membuat Jeno semakin menjadi.
Jeno melepas ciumannya,ia menghirup sedikit udara, dan kembali mencium bibir Jisa membuat Jisa kewalahan karena belum sempat menarik oksigen.
Jeno meraba pinggang Jisa didalam pakaian besar yang Jisa kenakan. Siapa bilang Jisa tidak merasa geli, tentu ia merasakan geli, dan ingin lebih. Tapi ia masih ingat jelas, ada makhluk kecil didalam perutnya.
"hmph, J-jenh"
Jisa melepas ciuman mereka. "....udah, kamu—"
"iya aku tau, ada bayi. Aku gamungkin ngelakuin itu sayang"
Belum merasa puas, Jeno kembali mencium Jisa. Kali ini pelan, dan lembut.
"tidur, aku mau ke kamar mandi dulu." Jeno mengangkat tubuh Jisa kesamping, dan ia langsung ke kamar mandi.
Kalian pasti tau, apa yang dilakukannya.
Jisa merasa bersalah, sedikit.
✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖
Daddy:)
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]MISTAKE; happier | Lee Jeno✔️
Fanfiction[17+] Masalah ini muncul karena kesalahannya sendiri. mungkin saja, Jeno bisa menyelesaikan nya. Terinspirasi dari film 'Jenny & Juno'