"lee jeno?"
Nama lelaki itu yang disebut, tapi semuanya menoleh pada satu gadis yang masih berseragam lengkap. Jisa.
"jen!" haechan memukul bahu jeno karena laki laki ini asik dengan game, dan rokoknya. Jeno dan ketiga kawannya saat ini sedang asik nongkrong ditempat langganannya. Dan jisa tau karena, renjun mengirimnya sms secara diam diam.
Renjun berdiri, ia mengambil tas hitamnya. "gue balik. Jen, cewe lo disini. Sori gue sengaja manggil dia kesini."
Jeno mematikan ponselnya. Ia menoleh kebelakang untuk melihat jisa yang masih berdiri dengan wajah takut, khawatir, dan marahnya yang menjadi satu.
"chan, balik." kode jaemin pada haechan. Mereka berdua pergi membuat jeno mau tak mau harus mematikan rokoknya dan berdiri untuk mengambil tasnya.
Jisa melangkah mendekat untuk menghalangi jalan jeno. "kamu kenapa merokok? Ngapain?"
"suka suka gue lah. Mang napa?"
Sang gadis tentu merasa sakit saat jeno menjawab pertanyaan dengan nada dingin yang menurutnya kasar. "j-jen, kamu kenapa? Aku ada ngelakuin salah ke kamu? Aku minta maaf, jangan kaya gini"
Jeno mengabaikan gadisnya dan berjalan menuju motor besarnya. Ia mulai menggunakan helm dan naik keatas motor. "naik." ucapnya menyuruh jisa.
Dengan nyalinya yang ciut, jisa saat ini hanya bisa menurut pada jeno. Ia berpegangan pada pinggang jeno. Kalau seperti ini, ia tidak berani untuk memeluk jeno. Ia takut.
"jeno marah sama aku?" tanya jisa tepat disamping telinga jeno yang tertutup helm. "jen?"
Jisa melipat bibir kedalam. Ia menahan airmatanya untuk tidak jatuh. Perempuan jika di cueki seperti ini memang cengeng. Kalian harus tau itu.
Beberapa menit dijalan, jeno ternyata mengajak jisa kesebuah tempat yang sudah lama tidak ditempati. Tidak, bukan rumah angker atau apapun yang kalian pikir, tempat ini dulu menjadi base masa smp nya bersama anak anak yang lain. Hanya saja karena semenjak diusir oleh seorang paman karena dipikir anak anak seumuran mereka pembuat onar ditempat itu, jadi, sudah tidak ditempati lagi.
Jisa menatap rumah kosong itu, lalu beralih pada Jeno. "kita ngapain kesini?"
Laki laki bertubuh tegap itu tak menjawab, dan memilih untuk melangkah masuk. Jisa mau tak mau mengekor dibelakang Jeno, hingga mereka masuk lebih dalam. Jisa dapat melihat tempat ini tidak terlalu kotor, hanya barang barang lama yang sudah lama tidak dibersihkan, ya hanya berdebu.
"barusan ngapain sama Hyunjin?"
Jeno duduk diatas kursi dengan memainkan hpnya. Ekspresi wajahnya sama sekali tak bersahabat, membuat Jisa meneguk salivanya takut.
Jeno itu bukan tipe laki laki yang posesif atau apapun itu, ia hanya seperti ini jika sangat cemburu pada Jisa. Perlu diketahui, Jeno benar benar tak suka jika Jisa berdekatan dengan laki laki lain, kecuali pada sahabatnya.
Jeno memang sangat mencintai Jisa.
"tadi-"
Jisa terdiam sejenak mengingat hal apa yang ia lakukan bersama Hyunjin, sampai Jeno seperti ini. Karena tak ada jawaban, Jeno melirik Jisa dengan tatapan sedikit tajam. Ia mematikan ponselnya, lalu berdiri dan mendekati gadisnya.
Jisa harus melangkah mundur karena Jeno terlihat menakutkan.
Bruk.
"Jen—"
Kedua tangan Jisa refleks memegang erat pada kedua bahu Jeno, karena ia baru saja jatuh diatas sofa yang sudah ambruk.
"aku, tanya sekali lagi. Kamu barusan ngapain sama Hyunjin, di ruang osis." sungguh nadanya sangat datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]MISTAKE; happier | Lee Jeno✔️
Fanfic[17+] Masalah ini muncul karena kesalahannya sendiri. mungkin saja, Jeno bisa menyelesaikan nya. Terinspirasi dari film 'Jenny & Juno'