Jisa sedang di balkon. Menghirup udara malam walau katanya tak baik untuk kesehatan. Ia masih memikirkan foto Jeno yang membonceng Siyeon.
Jisa tau jelas, Siyeon itu dulu siapanya Jeno. Tentu dia tau, dan kalau dilihat sekarang, kan wajar Jisa takut kalau Jeno akan selingkuh, atau pacaran lagi diam - diam dibelakangnya?
Jisa mengusap matanya kasar, dan membersihkan sisa air mata yang berada di pipinya.
Karena merasa lelah berdiri, Jisa kembali masuk, tapi baru ia berbalik, Jeno sudah ada dihadapannya.
"Sa,"
Jisa tak menjawab, ia berjalan melewati Jeno dan merebahkan dirinya diranjang. Kemudian ia menyelimuti dirinya dan mencoba tidur.
Jeno berjalan mendekati sang istri, ia duduk disamping Jisa yang sudah berbaring dengan tidur membelakangi dirinya. "Jisa, dengerin aku dulu."
"aku capek, mau tidur."
Menghela nafas mendengar jawaban Jisa, Jeno lalu ikut tidur dan masuk kedalam selimut. Ia memeluk erat Jisa dari belakang.
"maafin aku, aku cuma nganterin Siyeon pulang. Itupun dia yang minta, bukan aku yang nawarin."
Diam. Jisa hanya diam.
"Sa, gapapa kamu boleh marah sama aku, kamu boleh pukul aku."
Jisa malah menahan tangisnya. Matanya pun sudah berkaca kaca. Jisa tak masalah kalau Jeno memang hanya mengantar Siyeon pulang, tapi kenapa harus dipeluk? Dan Jeno hanya diam membiarkan Siyeon memeluknya.
"lepas Jen, pengap."
Sebelum Jeno benar - benar melepaskan pelukannya, ia mencium kepala Jisa. Jeno duduk kembali, ia mengelus kepala Jisa.
"udah makan belum?"
Jisa menggeleng. "makan dong Jisa, jangan kaya gini."
"ga laper." jawabnya dingin.
Jeno tau, Jisa memang masih marah.
.
Jisa mendecak. Kemarin ia memang marah pada Jeno. Tapi malam ini, ia malah menginginkan pelukan dari Jeno.
"jangan dong, jangan sekarang." kata Jisa pada bayi yang berada diperutnya. Jisa mengelus perutnya sambil menahan keinginan sang bayi, tapi, ini juga keinginan dia.
Semalam Jeno tidak tidur seranjang dengannya, tapi di sofa, dan bangun bangun, Jisa sudah tak melihat Jeno di rumah.
Malam ini pun Jeno belum pulang, dan dia sendirian di rumah.
Jisa menatap ponselnya, ia enggan untuk menelepon Jeno.
Setelah lama ia pikir - pikir, akhirnya ia menekan tombol hijau untuk menghubungi Jeno.
"Jisa? Kenapa sayang?"
Jisa menggigit bibir bawahnya, ia malah ingin menangis saat Jeno memanggil dirinya sayang.
"..masih lama, pulangnya?"
Jeno yang mendengar itu langsung tersenyum. "sekarang aku pulang, tunggu ya?"
Jeno mematikan ponselnya dan segera menggunakan jaket.
"Jisa nelfon?" -Renjun
"iya, gue duluan." -Jeno
"lagian lo ijin dulu kek, heh istri lo emang marah, tapi ga lama juga minta manja sama lo." -Haechan
"sok tau aja lo, emang lo pernah ngalamin?" -Jaemin
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]MISTAKE; happier | Lee Jeno✔️
Fanfiction[17+] Masalah ini muncul karena kesalahannya sendiri. mungkin saja, Jeno bisa menyelesaikan nya. Terinspirasi dari film 'Jenny & Juno'