💚09

16.5K 1.7K 75
                                    

Jisa meringis dan menyentuh kepalanya. Hyunjin yang melihat itu panik. "kenapa Sa? Kepala lo sakit?"

Mengangguk mendengar pertanyaan itu, Jisa tidak kuat lagi berjalan. Mereka masih di koridor dan uks masih sedikit jauh.

Jisa berjongkok karena kepalanya benar benar terasa berat.

"Sa, lo sakit apa sih? Gue perhatiin lo ga kaya biasanya." ucap Hyunjin.

"..gue gapapa." jawab Jisa dengan lemas.

"bohong. Sa, gue tau mana lo yang bohong sama jujur." Hyunjin menatap Jisa yang tengah menunduk menahan sakitnya.

"sini, biar gue gendong." Hyunjin hendak mengangkat tubuh kecil Jisa, tapi tidak jadi karena ada suara yang memanggil Jisa dari sepanjang koridor.

"Jisa!"

Sang empu mengangkat kepalanya, disana ia melihat Jeno yang berlari menghampirinya.

"lo balik aja, biar gue yang antar Jisa."

Hyunjin menatap Jeno tidak suka. "gue disini ketua kelasnya, Pak Daniel nyuruh gue. Sori gue gabisa nurutin kata lo gitu aja."

Jeno kemudian meraih tangan Jisa dan membuat dahi Jisa menyender pada dadanya karena saat Jeno menarik Jisa, hampir saja Jisa terjatuh.

"gue pacar Jisa. Tolong pengertiannya." Jeno menggendong tubuh Jisa dengan mudah dan mengantar kekasihnya itu ke uks.

Jisa sudah lama tidak merasakan sentuhan dari Jeno, jadi ia mengeratkan pelukannya pada leher Jeno.

"aku kangen." kata Jisa pelan.

Jeno hanya diam. Dia tetap fokus pada jalan menuju uks. Ia hanya bingung harus mengatakan apa pada Jisa, ia merasa malu, dan sangat merasa bersalah pada kekasihnya.

Sampai di uks, mereka dapat melihat Junkyu yang memang bertugas di uks. Kebetulan hari ini jadwalnya.

"kenapa Jisa?"

Junkyu langsung mendekat pada Jisa setelah Jeno merebahkan tubuh Jisa dibangsal.

"lo olahraga dalam keadaan kaya gini?" tanya Junkyu pada Jisa.

Kemudian Jisa menggeleng. "Hyunjin maksa gue untuk ke uks."

"Hyunjin? Tapi yang nganter lo malah Jeno" ucap Junkyu lalu tertawa kecil.

"yaudah, gue cek tensi lo dulu." Junkyu segera mengambil peralatan yang diperlukan dan memeriksa keadaan Jisa.

Jeno hanya diam memperhatikan Jisa yang diperiksa.

"Jun, kasi dia air putih aja, gue minta tolong sekalian beliin dia makan. Jangan kasi dia obat pil apapun."

Disini maksud Jeno hanya tidak mau Jisa sembarang minum obat yang tidak dianjurkan oleh dokter sesungguhnya. Ia juga sengaja mengatakan ini agar Junkyu tidak tau kalau Jisa sedang mengandung.

"tapi gue harus periksa dulu."

"nanti gue bawa ke rumah sakit, lo turutin aja apa kata gue. Gue minta tolong."

Junkyu awalnya hanya diam memandang Jisa yang memejamkan mata nya karena merasa sangat lemas. "yaudah, tunggu bentar."

Kepergian Junkyu yang menuju kantin untuk membelikan Jisa air putih dan makanan, Jeno langsung menutup gorden dan duduk disamping Jisa yang berbaring.

Jisa membuka matanya pelan. "kamu kemana aja?"

Jeno diam, "maaf."

Berusaha untuk bangkit, dan duduk. Jisa langsung memukul dada Jeno walaupun pukulannya sama sekali tak terasa sakit.

"kamu itu jahat Jen,"

Bug

"aku selalu nungguin kamu, tapi kamu gapernah dateng."

Bug

Bug

Jisa menangis. "aku bener bener kaya orang gila kehilangan kamu. Aku pikir kamu ga akan balik lagi.. kamu selalu menghindar, kamu.."

"Sa," Jeno menggenggam kedua tangan Jisa dengan lembut. Tatapan Jeno nanar, matanya juga memanas. "aku ga cuma diem."

"aku mikirin gimana caranya untuk nyampaiin ini ke orang tua kita, terlebih lagi orang tua kamu."

Mencangkup kedua pipi Jisa, Jeno menatap kedua mata sembab itu, "aku minta maaf udah buat kamu kaya gini, aku merasa jadi cowok paling brengsek disini, aku udah kelewatan, aku gatau kalau semua—"

"berhenti salahin diri kamu sendiri, Jen."

Kalimat Jeno terpotong karena Jisa mendahuluinya dengan sebuah kalimat yang membuat dirinya terdiam.

"plis, jangan menghindar lagi, jangan menjauh dari aku lagi. Aku mohon.."

Suara Jisa sangat lemas, dan juga serak. Wajahnya sudah cukup pucat jika Jeno lihat.

Jeno menarik Jisa kedalam dekapannya. Diciumnya pucuk kepala Jisa, mengelus punggung sempit itu, dan membiarkan Jisa yang menangis dengan sendunya.

Jisa hanya menyenderkan kepalanya pada dada bidang Jeno, ia sudah cukup lelah.

Mungkin jika orang lain yang melihat hanya berpendapat, "tinggal nikah aja sih, jaman sekarang juga gitu kan, anak sma udah hamil, anak smp pun udah"

Tapi, mereka tidak akan tau jika mereka sendiri tidak merasakannya. Masalah ini memang sangat berat bagi Jeno dan juga Jisa. Sangat.

























--

Giliran aku udh oleng ke Yangyang, mulai lagi dah ni manusia buat sya balik(:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Giliran aku udh oleng ke Yangyang, mulai lagi dah ni manusia buat sya balik(:

[1]MISTAKE; happier | Lee Jeno✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang