💚17

16.2K 1.6K 194
                                    

"bro, udah siap?" Haechan menepuk punggung Jeno.

"gausah tegang gitu." sahut Renjun.

Jaemin yang melihat itu hanya tersenyum simpul. "tar lagi jadi paman kita."

"paman muda" balas Haechan.

Jeno meneguk segelas air putih agar gugupnya hilang. Dia mencoba untuk rileks, hanya perlu mengucapkan sebuah janji di depan Tuhan nya, dan juga para saksi. Iya, dia harus bisa.

"Jeno? Ayo, pendetanya udah dateng." Papa Jeno masuk dan memanggil anaknya.

Tiga temannya itu mengekor dibelakang kemudian duduk ditempat yang sudah disediakan.

Jeno sudah berdiri tegap menunggu sang pengantin perempuannya. Sang pendeta itu tersenyum teduh melihat bagaimana gugupnya Jeno.

Klek

Semua menoleh kebelakang. Pintu gereja yang dibuka itu membuat semua keluarga Jisa dan Jeno menoleh dengan serempak.

Jisa yang digandeng oleh papanya juga sama terlihat gugup. Namun, karena setelah seminggu Jeno yang tak dapat melihat Jisa, sekarang seperti telah terbayarkan, gugupnya menjadi hilang, malah ia merasa tidak sabar untuk cepat cepat menyelesaikan acara sederhana namun berharganya ini.

.

Acara selesai, sebelum benar benar pergi, tiga teman Jeno itu sempat sempatnya bercanda ria saat Jisa yang sudah kelelahan, tapi Jisa tak mengusir atau bagaimana, lagian ketiga teman Jeno itu, sudah teman dari kecil, jadi Jisa tidak mungkin mengusir mereka dari rumahnya. Rumah Jeno.

"syukur lo hidup punya temen kaya kita, sampe sekarang masih nemenin kan?" -Haechan

"iya makasih elah." balas Jeno

"Sa, pesen gue, kalo anak lo laki laki, jangan kaya bapaknya, mending kaya gue aja." -Jaemin

Jisa tertawa, "emang lo kaya gimana?"

"ganteng lah, banyak yang suka, tapi gue gak mainin hati perempuan." jawab Jaemin

Renjun ingin memukul Jaemin, dan Haechan pura pura seperti akan menerkam. "alah lo, ga mainin hati perempuan, terus itu apa adek kelas lo kasi harapan! Congor lo emang."

"Chan, mulut lo kecilin!" -Renjun

"mana bisa anjir mulut gue dikecilin, kan udah segede ini ukurannya. Nih, aaaa." dan Haechan malah membuka lebar mulutnya didepan Renjun.

Renjun ekstra sabar, padahal maksud Renjun volume suaranya.

Jisa kembali diam, ia hanya melihat Jeno yang tertawa karena candaan teman temannya itu. Enak sekali punya teman, Jisa tidak ada.

Jisa yang menyender disamping Jeno, merasa ngantuk, tapi ia tahan.

Jaemin tak sengaja menotis Jisa, dan langsung saja,  "Jen, gue balik dah kalo gitu, udah malem juga. Kuy balik." Jaemin menarik kerah belakang Haechan.

"yaudah gue balik. Jagain istri lo." kata Renjun dan tersenyum manis pada Jisa.

Jeno mengantar teman temannya hingga depan rumah, sedangkan Jisa hanya berdiri didepan pintu menunggu suaminya.

"balik Jen!"

"hati hati bawa mobil lo!" balas Jeno sambil melambaikan tangannya keatas udara.

Jeno berbalik dan melihat Jisa yang berdiri menunggu dirinya. Jeno tersenyum karena Jisa terlihat menggemaskan dengan piyama besar miliknya, jadi, tidak terlihat kalau Jisa sedang mengandung.

"capek ya?" Jeno mengusap pipi Jisa dan mengajaknya kedalam kamar.

"tidur, kamu dari tadi gadapet rebahan, kasian dede bayinya." lanjut Jeno.

[1]MISTAKE; happier | Lee Jeno✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang