Sore ini Jisa hanya berdua dengan Ibu nya di rumah. Ayahnya yang hanya seorang buruh, atau hanya tukang bangunan itu tengah bekerja untuk mencari uang, tentunya.
Jisa menuju ruang tamu yang menyatu dengan dapur itu. Ya, rumahnya tidak besar tidak kecil, hanya berukuran sedang. Setidaknya cukup untuk tiga orang.
Ah, Jisa anak satu satunya.
"ma," Jisa duduk disamping Ibunya dan menyender pada bahu sang Ibu.
"kenapa? Kok lemes gini? Kamu sakit?" Jisa menggeleng mendengar pertanyaan Ibunya. "engga papa kok."
Sesungguhnya, Jisa sangat ingin menceritakan semuanya, tapi ia merasa takut. Ia lagi lagi merasa tidak seharusnya menceritakan ini, tapi bagaimanapun, semua pasti akan terbongkar.
Bagaimana nanti perut Jisa yang semakin membesar? Apa yang harus ia katakan? Jisa merasa bingung, stres? Mungkin saja, tapi itu tidak boleh terjadi karena ia masih ingat ada anaknya yang ia bawa kemana mana sekarang.
"ma aku telepon Jeno suruh main kesini ya?"
Ibu Jisa hanya tersenyum, ia mematikan tv yang berukuran sedang itu lalu menatap anaknya.
"kenapa pake ijin ke mama? Biasanya juga dateng tanpa diundangkan?"
Jisa menunduk, ia harus tersenyum. Ingat, jika anak berbohong itu, pasti Ibunya sendiri akan menyadari hal itu.
"iya sih. Yaudah aku telepon Jeno dulu."
Jisa masuk kedalam kamar. Ia merebahkan diri di kasur lipatnya dan menelpon Jeno. Sambil menunggu jawaban dari Jeno, Jisa mengelus perut ratanya yang berada dibalik tshirt putih besarnya.
Ini sudah 10 minggu. Maka dari itu juga, Jisa sengaja memakai pakaian yang terlihat besar ditubuhnya.
"halo? Kenapa, Sa?"
"kamu, sibuk?"
"aku lagi main basket sama anak anak. Kenapa? Kamu mau makan?"
Jisa mengubah posisinya menjadi duduk. "bisa main ke rumah? Kangen."
Sementara, Jeno hanya mengerjapkan matanya. Ia tersenyum tipis mendengar itu. "yaudah tunggu 10 menit lagi, aku udah sampe disana."
Jeno mematikan ponselnya dan segera merapikan barangnya seperti handuk, powerbank dan kaosnya.
"woi, mau kemana lo?!" Jaemin tersadar Jeno akan pergi saat ia ingin mengambil minumnya di tas.
"gue cabut duluan, Jisa nelepon." setelah mengatakan itu, Jeno langsung berlari dan mengendarai motor besarnya.
Jaemin hanya menghela nafas. Hanya Jaemin, sahabat dari masa kecilnya itu yang tau masalahnya sekarang. Iya, Jeno tidak akan kuat untuk menahannya sendiri, jadi ia menceritakan semuanya pada Jaemin dan membuat Jaemin ingin memaki Jeno. Bahkan ingin melukai juga.
Kecewa? Itu sudah pasti. Jaemin hanya tidak menyangka pada Jeno yang membuat kesalahan besar ini, tapi di satu sisi Jaemin mengerti karena dia juga laki laki. Laki laki normal, pasti tidak akan bisa menahan nafsunya.
--
Sekitar 30 menit Jeno dalam perjalanan karena terjadi kemacetan, ia akhirnya sampai dengan selamat.
Memakirkan motornya didepan rumah sederhana itu, Jeno langsung turun dan masuk kedalam rumah Jisa.
"eh nak Jeno, Jisa beneran telepon kamu?" Jeno hanya mengangguk sambil tersenyum. "iya tante, aku habis main basket sama temen temen, jadi maaf kalo keringetan begini."
Ibu Jisa hanya tertawa, "gapapa, kamu bisa mandi dulu disini. Oh iya, tante mau ke tempat suami tante dulu, bawain makan malam. Titip Jisa sebentar ya. Dia di kamarnya, dari tadi belum ada keluar."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]MISTAKE; happier | Lee Jeno✔️
Fanfic[17+] Masalah ini muncul karena kesalahannya sendiri. mungkin saja, Jeno bisa menyelesaikan nya. Terinspirasi dari film 'Jenny & Juno'