2

10.6K 1.4K 74
                                    





Park Jisung adalah anak dari pemilik Park corporation, salah satu perusahaan sukses di Korea. Tentu para guru harus berpikir dua kali saat menghukumnya karena takut akan kehilangan pekerjaan. Tak hanya itu, sekolah tempat Jisung menuntut ilmu adalah sekolah elit dan mereka menutup semua masalah terkait anak nakal, pembullyan, serta hal lain agar tidak mencoreng nama baik sekolah mereka.

Jisung sudah tidak peduli, dia pun masabodo dengan status keluarganya. Orangtuanya jarang di rumah, tidak peduli dengan perilaku anaknya yang memprihatinkan. Uang selalu dikirim namun Jisung masih tetap mencari uang dengan mengikuti balapan liar ilegal di kota.

"Yang tidak mengerjakan pr silakan keluar."

Jisung berdiri dan keluar kelas. Para guru dan teman sekelasnya tidak ada yang terkejut, mereka sudah biasa melihat Jisung keluar dari kelas. Mereka lebih terkejut jika Jisung bisa bertahan di kelas selama 1 hari penuh.

Seperti biasa, lelaki itu pergi ke ruang tatib dan masuk tanpa mengetuk. Ruangan itu kosong lalu dengan santai ia mendudukkan pantatnya di sofa empuk itu sambil memainkan handphonenya. Menunggu sang guru datang kemari. Namun sudah 15 menit menunggu, tidak ada tanda-tanda siapapun.

Lelaki itu berdiri dan keluar dari ruang tatib. Berjalan-jalan menyusuri wilayah sekolah, sambil melihat ke kelas-kelas yang sedang melakukan proses belajar.

"Jisung, sedang apa kau disini?"

Jisung berbalik mendapati guru bknya menatapnya tajam. Ia lalu tersenyum, "Aku mencari Kim saem."

Guru bk itu menghela nafas, "Pelanggaran lagi?" tanyanya yang dijawab dengan anggukan oleh Jisung. "Apa kau tidak bosan Jisung Park? Para guru sudah tidak tau mau memberi hukuman apa untukmu."

"Kalau begitu tidak usah memberi hukuman."

"Kau ini!" Guru bk itu hendak menjitak kepala Jisung namun matanya menangkap sosok di belakang lelaki itu.

"Zhong Chenle!"

Jisung menoleh ke belakang, melihat lelaki blonde yang ia temui kemarin. Pemuda manis itu membungkuk sopan sebelum menyunggingkan senyum samar yang bahkan sulit untuk dilihat. "Ya? Ada apa saem?" tanyanya dengan suara sedikit tinggi namun terkesan sangat lembut.

"Apa kau ada pelajaran?"

"Tidak. Do saem sedang pergi keluar kota."

"Kalau begitu apa kau ada waktu?"

Chenle memiringkan kepalanya sedikit sambil menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa?"

"Bisa kau temani anak ini untuk menjalani hukumannya? Kau hanya perlu menemaninya untuk menulis ucapan maaf sebanyak 100 kali."

Chenle terdiam sebentar sebelum mengangguk. "Baik."

"Pergilah ke ruangan kelas yang kosong."

Chenle mengangguk dan membungkuk kecil saat guru itu pergi. Kini ia ditinggal berdua dengan murid nakal yang bahkan ia tak tau namanya.

"Ayo pergi." ucap Chenle dan berjalan lebih dulu. Jisung mengikutinya dari belakang. Ia tidak pernah melihat lelaki blonde ini sebelumnya. Padahal ia kenal hampir seluruh orang di sekolah ini dan setidaknya pernah melihat seluruh wajah semua murid. Tapi ia tidak pernah melihat lelaki ini.

Mereka masuk ke kelas itu dan Chenle mempersilahkan Jisung untuk duduk dan menjalankan tugasnya. Ia sendiri duduk di kursi guru dan membuka buku yang ia pinjam di perpustakaan tadi.

Jisung terdiam hanya memandangi kertas kosong di mejanya. Tak berniat mengerjakan hukumannya.

"Kau tidak mengerjakan hukumanmu?"

Jisung melihat Chenle yang kini mengalihkan perhatiannya dari buku dan fokus menatap Jisung. "Kerjakan hukumanmu. Lalu kau bisa pergi."

Jisung terkekeh pelan dan menaikkan kakinya di atas meja, "Kau tidak tau siapa aku?"

"Tidak."

"Aku juga tidak tau siapa kau." balas Jisung. "Kau kakak kelas? Angkatanku?"

Chenle terdiam, tidak berniat menjawab. Jisung menjentikkan jarinya. "Hei, jawab aku."

Menghela nafas, ia menjawab dengan datar, "Untuk apa kau bertanya."

"Aku hanya tidak ingin salah sangka dan malah menjadi kurang ajar. Siapa tau kau seniorku kan?"

"Kau sudah bersikap kurang ajar saat kau menaikkan kakimu di atas bangku." ucap Chenle. "Sekarang, turunkan kakimu dan kerjakan hukumanmu."

"Memangnya jika aku tidak mengerjakan hukumanku kau mau apa?"

Chenle menghembuskan nafas pelan, "Kerjakan saja hukumanmu." ucapnya pelan.

Jisung mengeluarkan dengusan tawa dan menulis kalimat permintaan maaf karena tidak mengerjakan pr. Ia menulisnya asal-asalan, sambil matanya sesekali melirik lelaki blonde itu. Kelas kembali hening. Hanya suara pulpen, ac dan kertas buku yang dibalik oleh Chenle.


"100."


Chenle melirik Jisung. Ia menaikkan alisnya, 100 apa?


"100 kali bukan?"

"Ya."

"Dingin sekali." ucapnya sambil terkekeh pelan. Dengan ogah-ogahan ia menulis hukumannya itu. Setelah selesai, ia berdiri sambil membawa selembar kertas itu kepada Chenle. "Ini dia."

Chenle melihat kertas Jisung sebentar lalu berdiri.

"Kau mau kemana?"

"Ke ruang bk."

"Untuk?"

"Tentu saja untuk menyerahkan kertasmu itu." Ucap Chenle tanpa melihat Jisung. Ia membuka pintu lalu keluar meninggalkan lelaki tinggi itu di kelas sendirian.

Jisung berdecak pelan. "Ck, dasar jutek."


***


Jisung menghela nafas saat melihat Jeno dan Jaemin sedang membicarakan teman seangkatan mereka berdua, Huang Renjun. Pemuda manis dari Cina yang pintar dan pendiam. Jisung tidak akan mengenalnya kalau bukan karena 2 idiot ini.

"Kalau kalian masih tetap membicarakannya aku akan pergi."

"Baiklah."

Jisung mendengus saat mendengar jawaban Jaemin. Dengan cepat ia menyampirkan ranselnya di bahu kirinya dan berjalan meninggalkan dua orang itu.

Ia melangkah pergi keluar gerbang dan menuju toko minimarket dimana ia menitipkan motor sportnya. Sekolahnya tidak mengijinkan para muridnya membawa kendaraan. Sehingga banyak murid yang menitipkan kendaraan mereka di lain tempat.

"Terima kasih pak." ucap Jisung sambil memberikan uang untuk membayar biaya parkir.

Jisung mengambil helmnya hendak memasangnya pada kepalanya.

"Kau yakin Chenle?"

"Aku tidak apa-apa Renjun-ge. Toh dia selalu berbuat seperti ini."

"Tapi ini... fatal."

"Tidak sefatal yang lain kok. Tenang saja."

Jisung menoleh dan melebarkan matanya yang sipit begitu menangkap sosok dua lelaki yang kini berpelukan. Matanya mengerjapkan pelan saat pria idaman NoMin—Renjun, kini mengusap rambut Chenle lembut dan Chenle pun tersenyum tipis padanya.


Jisung mengambil nafas lalu mengeluarkannya perlahan. Oh, ini akan jadi berita yang buruk bagi kedua idiot itu.



To Be Continued

strawberries and cigarettes.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang