"Chenle kemari."
Chenle mengernyitkan dahinya dan berjalan mengikuti ayahnya ke sofa. Dalam hati berpikir apa ia melakukan kesalahan? Dengan ragu ia duduk di sofa empuk itu dan menatap ayahnya di hadapannya.
"Akan kuucapkan to the point saja."
Chenle menaikkan alisnya.
"Ada hubungan apa kau dengan anak nyonya Park?"
Jantung Chenle berhenti berdetak seketika. Matanya sedikit membelalak dan sekujur tubuhnya gemetar. Apa mungkin ia sudah ketahuan?
"A..ap..apa maksud..mu.."
"Aku mendengar kau punya hubungan yang terlalu dekat dan tidak etis untuk orang yang hendak menjadi saudara."
Chenle mengepalkan tangannya, tubuhnya gemetar. "Aku..tidak.."
"Kau, apapun hubungan yang kau punya dengan anak nyonya Park segera akhiri. Kalian akan menjadi saudara dan kau akan menikah dengan Guanlin."
Chenle menggigit bibirnya. Matanya menatap lantai yang entah kenapa menjadi lebih menarik untuk dilihat sekarang. Air matanya sudah memberontak ingin keluar.
"Pernikahanmu dan Guanlin akan dipercepat. Guanlin bilang lebih cepat lebih baik."
"Ap..apa?" Chenle mendongak kaget. "Kita masih sma, belum mempunyai pedoman ekonomi yang stabil bagaimana—"
"Guanlin sudah magang di perusahaannya saat itu. Dan ia datang kesini karena ingin mendekat lagi padamu. Kurasa itu sudah alasan yang cukup untuk kau menikahinya."
"Ak—"
"Kau turuti ucapanku jika kau tidak ingin menderita."
Chenle mengepalkan tangannya dan menunduk. Menggigit bibirnya, menahan isakan yang keluar dari mulutnya.
"Dan aku mengawasi hubunganmu dengan anak nyonya Park." ucapnya sebelum pergi meninggalkan Chenle sendirian.
Selepas kepergiannya, Chenle tidak dapat menahan tangisnya lalu menutupi wajahnya. Tubuhnya gemetar. Tangannya meraih hp yang terlgeletak di sampingnya dan menelepon seseorang. Ia mengusap air matanya dan mendengar suara di seberang telepon.
"Temui aku sekarang."
.
.
.
Guanlin turun dari mobilnya dan melihat Chenle yang kini menunduk. Ia mengeratkan jaketnya karena ia hanya memakai piama dan udara malam itu cukup dingin. Lelaki jangkung itu melangkah mendekat.
"Ada apa memanggilku?"
Chenle mendongak. Guanlin dapat melihat matanya yang sembab dan hidungnya yang memerah. Tangannya terulur untuk mengusap wajah lelaki itu namun yang lebih pendek lebih dulu memalingkan wajahnya.
"Kenapa kau menyuruh ayahku untuk mempercepat pernikahan ini?"
"Lebih cepat lebih baik kan?"
"Guanlin, kita masih sma. Kau belum mewarisi perusahaan begitu juga dengan aku. Darimana kau akan menghidupi kita nanti?!"
"Orang tua kita akan memberikan biaya hingga kita menjadi pewaris perusahaan masing-masing Chenle." jawabnya tenang. "Kau pikir kenapa mereka menjodohkan kita dari awal meski mereka tau kita belum punya penghasilan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
strawberries and cigarettes.
Fanficㅡ 천지 【what happen when the deliquent park jisung meet the model student zhong chenle?】 © 2019, yxriguseul