29

4.8K 928 345
                                    


//tw abuse, violence, underage drinking

"Sudah kubilang kan?"

BUG! BUG!

"S..sudah kubilang aku tidak mendekati Minkyu!"

Chenle meringis kesakitan saat Guanlin terus memukuli tubuhnya dan mendorong tubuhnya ke tembok. Guanlin menginjak tubuh Chenle yang sudah tidak berdaya itu, menendangnya brutal tak memperdulikan rintihan kesakitan yang berasa dari mulut lelaki blonde itu.

Ia lalu berjongkok, mendekatkan wajahnya pada wajah cantik Chenle yang kini terluka parah. "Kau memang tidak mendekati Minkyu, tapi dialah yang mendekatimu. Dan aku tidak suka itu."

"Guanl—"

BUG!

"Apa aku mengizinkanmu untuk berbicara, jalang?"

Chenle merintih kesakitan, ia terbatuk parah hingga Guanlin menarik dagunya menghadap wajahnya. Guanlin berdecak pelan, "Ckck, wajah cantikmu terus terluka karena akibat dirimu sendiri."

Ibu jari Guanlin mengusap pipi Chenle dengan lembut. "Kau tetap cantik di mataku Chenle. Dan mungkin juga di mata semua orang sehingga lelaki dan perempuan terus mendekat ke arahmu. Dalam hal ini kau kusalahkan." ucapnya sambil mendorong wajah Chenle hingga membentur tembok.

"Kau terlalu cantik sehingga semua orang menyukaimu dan aku tidak suka itu." ucapnya lalu mengambil kayu yang entah bagaimana terletak begitu saja di dekat mereka.

"Aku tidak suka kau dengan mereka."

Chenle membuka matanya perlahan, pandangannya buram dan ia dapat melihat Guanlin yang hendak mengayunkan kayu padanya. Ia menutup matanya takut hingga sebuah suara erangan terdengar cukup keras.

"BERHENTI MENYAKITI DIA KEPARAT!"

Chenle memejamkan matanya, namun ia kenal dan tau betul siapa pemilik suara ini.

"Renjun, lagi-lagi kau ikut campur." Guanlin berdecak marah. Ia mengusap belakang kepalanya yang dilempar oleh sebongkah batu oleh Renjun. "Kukira kau akan berubah setelah pindah ke Korea, namun nampaknya masih sama. Terus mencampuri urusan orang lain."

"Tentu saja aku harus ikut campur. Kau menyakitinya." Renjun mendekat, mendongak melihat Guanlin karena perbedaan tinggi keduanya. Matanya menatap nyalang lelaki itu, "Kau bisa membunuhnya Guanlin. Hanya karena sikap posesifmu yang diluar batas!"

"Kau tidak punya hak mengomentari sikapku." Guanlin berdecak. "Dan seharusnya kau lari sekarang Renjun."

Renjun membelalak saat Guanlin mengayunkan kayu ke arahnya. Namun kayu itu tak pernah mendarat di tubuhnya, karena Chenle lebih dulu mendorongnya ke tanah dan membiarkan lelaki manis itu menerima tumbukan keras kayu itu.

"Ch..Chenle!" teriak Renjun kaget.

Yang dipanggil kini jatuh terduduk. Tangannya menahan tubuhnya agar tidak terbaring di tanah itu. Tubuhnya bergetar, pukulan dari kayu itu benar-benar luar biasa. Tubuhnya serasa mati rasa.

"Ah, lihatlah, ia menyelamatkanmu. Kau lihat Renjun? Perbuatanmu ini sia-sia saja. Toh pada akhirnya aku tetap memukul Chenle."

"Kau bajingan sialan!" umpat Renjun.

"Kau memang butuh dihajar huh Huang?" Guanlin tersenyum miring sebelum melempar kayunya ke sembarang arah. Dengan cepat ia melangkah menuju Renjun yang ketakutan namun langkah lelaki itu terhenti kala merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya.

"Guanlin... kumohon.. jangan.."

Guanlin menoleh melihat Chenle yang kini memeluknya dari belakang, terengah-engah menahan sakit. Tubuhnya sedikit bertumpu pada tubuh Guanlin karena untuk berdiri sendiri Chenle sudah tidak kuat.

strawberries and cigarettes.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang