8

6.9K 1.1K 316
                                    





Jeno dan Jaemin tidak menghiraukan panggilan Jisung pagi itu. Si pemilik rambut oranye itu menggeram pelan ketika dua sejoli itu terus menerus mengabaikan panggilannya. Sungguh, apa mereka akan terus salah paham?

Keduanya mengabaikan Jisung sudah membuat moodnya buruk, apalagi ia sekarang berjalan untuk menemui Chenle. Ah, ia sangat tidak ingin melihat wajah lelaki itu. Ia ingin sekali memukulnya.

Jisung membuka pintu ruang tatib dan melihat Chenle yang sedang mengutak-atik handphonenya. Chenle menoleh sebelum berdehem pelan. "Melanggar lagi?"

Yang ditanya tidak menjawab sehingga Chenle menggelengkan kepalanya pasrah. "Bersihkan alat-alat lab."

Jisung langsung pergi seolah ucapan Chenle tidak didengarnya. Chenle menggigit bibirnya saat melihat sikap Jisung. Jujur semenjak lelaki itu mencekiknya, ia menjadi sangat takut padanya. Perilakunya mengingatkannya pada seseorang dulu. Dan tentu tindakannya membangkitkan luka lama.

"Apa aku harus?" gumamnya pelan. Ia tidak tau bagaimana keeratan hubungan Jisung dengan teman yang katanya menyukai Renjun. Tapi melihat Jisung berlaku seperti itu, tentu hubungan mereka sangatlah erat.

Sehingga sekarang Chenle menghampiri Mark di ruang osis. Beruntung sekali seniornya itu ada disana.

"Hai Chenle, ada apa?"

"Aku ingin bertanya sesuatu."

"Shoot."

"Siapa sahabat Park Jisung?"

Mark menaikkan alisnya bingung. "Tumben sekali? Ada apa?"

"Aku hanya penasaran apa berandal sepertinya mempunyai teman." Chenle beralasan.

"Hm, sahabat? Dia sangat dekat dengan Jeno dan Jaemin. Kau tau? Dua anak nakal itu."

"Oooh." Chenle mengangguk. Sepertinya dia pernah memergoki keduanya mengamati Renjun. "Apa mereka menyukai Renjun?"

Mark melotot, "Huh? Bagaimana kau bisa tau?"

Ah, jadi benar.

"Oh? Jadi benar mereka menyukai Renjun?"

Mark tersentak. "Uh, oh.. umm... itu.."

Chenle tertawa, "Santai, aku tidak akan memberitau siapa-siapa."

"Ah.. kumohon, aku tidak ingin mereka membunuhku."

"Kau bisa percaya padaku."

***

Jaemin dan Jeno duduk lesu di bangku taman. Masih shock dengan Jisung yang menyukai Renjun. "Memang sih, bukan salahnya.. Renjun terlalu indah."

"Kau benar.. tapi.. bagaimana bisa.."

Jaemin menghembuskan nafas kecewa. "Menyedihkan."

"Na Jaemin dan Lee Jeno?"

Kedua lelaki rupawan itu menoleh melihat sosok rapi yang berdiri di depan keduanya. Mereka langsung duduk dengan tegap.

"Benar bukan?"

"Ya... Kenapa kau mencari kami?"

Chenle menatap keduanya dengan seksama. "Kalian menyukai Huang Renjun kan?" tanyanya to the point.

Jaemin tersedak ludahnya sendiri sedangkan Jeno membuka matanya sangat lebar. Bagaimana informasi ini bisa sampai di telinga Chenle?!

"Apa? Tidak! Tentu tidak!"

"Oh ya?"

"Tentu saja! Kami tidak menyukainya! Hei asal kau tau, kami ini berpacaran oke?"

"Maaf, masalahnya, aku selalu melihat kalian berdua mengamati Renjun."

strawberries and cigarettes.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang