19

5.8K 1K 192
                                    


Suara lagu milik ikon terdengar nyaring di kamar luas itu. Lelaki blonde itu meraba-raba kasurnya dengan mata tertutup, mencoba mencari sumber suara dan mematikannya. Ia membuka matanya sedikit, meringis karena intensitas cahaya yang menyilaukan matanya di ruang gelap itu. 

"Apa.. siapa yang telepon..." gumamnya setelah sadar itu bukan alarm.

"Halo.."

"Halo Chenle?"

"Ya...siapa.." ucapnya mengantuk.

"Ini Jaemin." dan sekilas ia mendengar suara lanjutan 'Juga Jeno' dari ujung telepon. 

"Ya.. ada apa malam-malam?" Chenle menjauhkan teleponnya dari telinganya; melihat siapa kontak yang meneleponnya. Jisung. gerutunya sebelum kembali menaruh benda itu di telinga kanannya.

"Maaf mengganggumu Chenle, tapi Jisung menyuruh kami untuk meneleponmu."

"Kenapa?"

"Dia memintamu untuk datang dan menonton balapan."

"Dan kenapa aku harus melakukan itu?"

"Karena jika kau tidak datang, aku akan menabrakkan diriku."

Kelopak mata Chenle yang tadinya tertutup langsung terbuka lebar-lebar setelah mendengar ucapan Jisung. "Park? Kau gila?!"

"Maka dari itu datanglah kesini."

"Kau, mengganggu tidurku tengah malam ini, hanya untuk melihatmu? Aku tidak akan pergi."

"Kalau begitu siap-siap menerima berita di sekolah besok Zhong." 

"Apa—"

—Tuuuut!

Chenle melihat layar hpnya, sambungannya sudah terputus. Lelaki itu mengerang kesal dan memaksakan matanya untuk terbuka. Ia ingin sekali kembali tidur namun kata-kata Jisung terngiang di kepalanya. Bagaimana kalau dia benar-benar ingin menabrakkan diri?

"Park Jisung sialan!" ucapnya sambil bangkit dari kasur empuknya. Ia turun dan menyalakan lampu. Pertama kali yang ia lihat adalah jam di dinding kamarnya. "Pukul dua malam.. Ah anak sialan itu.." 

Jemarinya mengacak rambut blondenya dan masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka. Selang beberapa menit ia keluar dan berganti baju. "Park Jisung sebaiknya tidak membuatku menyesali ini!" 

Ia keluar sambil mengeratkan jaketnya dan berhenti di depan gerbang rumahnya yang megah. 

"Mau kemana tuan muda?"

"Um.. ada keadaan darurat.. t..temanku.. sedang ada masalah."

"Saya panggikan sopir dulu—"

"T..tidak usah!" Chenle menggeleng keras. Sopirnya bisa tau ia akan pergi ke balapan illegal dan mungkin memberitahu ayahnya dan itu adalah bencana besar. 

"Tapi—"

"Aku akan menaiki taksi."

"Taksi di malam hari itu sangat berbahaya." 

"Tidak apa! Jika ada sesuatu aku akan menelepon kalian." 

Chenle langsung pergi tanpa membiarkan satpam itu berbicara lagi karena ia tidak ingin berdebat. Dengan segera ia menaiki taksi yang sudah ia pesan dan berhenti di sebuah tempat yang dekat dengan area balapan liar. Jaemin memberikan alamatnya melalui kontak Jisung dan menyuruhnya untuk berhenti di tempat terdekat agar tidak ketahuan orang lain. Chenle sedikit tertawa tidak percaya, bagaimana bisa mereka mengharapkan orang-orang tidak menangkap mereka jika mereka saja bersorak-sorak gembira dan suara sepeda motor itu sangatlah kencang? 

strawberries and cigarettes.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang