"HUHUHUHUHU!"Jisung menggeram kesal kala suara raungan dan isak tangis milik Jaemin kian lama membesar. Ia mendengus sebelum menatap lelaki yang lebih tua darinya itu. "BERISIK!"
"HUHUHUHUHUHUHU!" Raungannya makin keras.
Jisung memijat pelipisnya, menghilangkan rasa pening di kepalanya. Jeno dan Jaemin benar-benar dilanda patah hati semenjak insiden Renjun dan Chenle. Terlebih mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri saat Renjun mencium kepala Chenle penuh sayang. Kepala Jisung ingin meledak mendengar ocehan disertai isak tangis dari mereka setiap hari.
"Bisakah kau diam?!"
"KAU YANG DIAM!" Bentak Jaemin keras. Seumur hidupnya dia tidak pernah membentak Jisung. "Kau tidak tau artinya patah hati.."
"Kau sudah punya Jeno. Kurang apa lagi?"
"Two is better than one." nyanyi Jaemin dengan suara parau.
Jisung memukul kepalanya sendiri, sudah tidak tahan dengan kelakuan bodoh mereka. "Dimana Jeno hyung."
"Dia tadi ada di ruang musik."
Jisung menutupi wajahnya dengan telapak tangannya, Jeno pasti sedang bermain gitar dengan senar yang fals—memainkan lagu-lagu sedih tahun 2000-an.
Semua ini benar-benar membuatnya semakin kesal. Seharusnya dia tidak memberi tau bahwa ia melihat Renjun dengan Chenle kala itu.
"Sampai kapan kau mau begini?"
"Sampai Renjun putus dari Chenle!"
"Bagaimana kau tau mereka berpacaran?"
"Renjun mencium Chenle!" ucapan Jaemin terdengar sangat pilu membuat hati Jisung terketuk sedikit.
"Bagaimana jika itu hanya gestur kesayangan? Maksudku, kau bahkan menciumi leherku meskipun kau berpacaran dengan Jeno hyung."
"Itu berbeda! Tatapannya Jisung! Tatapannya!"
Jisung menghela nafas. Stress dengan kelakuan yang lebih tua ini.
***
Chenle berjalan ke ruang guru untuk meletakkan tugas anak kelasnya, sekalian karena ia dipanggil oleh guru tatib.
"Permisi, ada apa memanggil saya saem?"
"Ah Chenle, kau sedang pelajaran apa sekarang?"
"Hmm, sekarang matematika."
Guru tatib itu melihat daftar nilai milik Chenle sebelum berbalik ke arahnya lagi. "Begini, apa ibu boleh minta tolong?"
"Minta tolong?" tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Kau anak OSIS bukan?"
"Ya.." ucap Chenle ragu. "Tapi setelah ini masa periode saya akan habis."
"Begini. Kau tau Park Jisung kan?"
"Park.. Jisung?"
Sepertinya Chenle pernah mendengar anak itu.
"Kau pernah menungguinya mengerjakan hukumannya."
"Oh..." Chenle mengangguk mengerti. Anak berandalan itu.
"Ibu sudah sangat lelah mengurusi dia. Sudah diberi hukuman apa saja dia tidak berubah dan malah semakin nakal."
"Keluarkan saja dia?"
"Tidak bisa. Ibunya menyumbang banyak uang di sekolah ini." ucapnya.
"Kim ssaem..."
KAMU SEDANG MEMBACA
strawberries and cigarettes.
Fanficㅡ 천지 【what happen when the deliquent park jisung meet the model student zhong chenle?】 © 2019, yxriguseul