1

21.3K 1.6K 131
                                    






"Park Jisung kau kesini lagi?"

Seorang wanita berumur 50 tahun menatap murid lelaki yang tinggi itu pasrah. Tangannya ia lipat dan menatapnya dari bawah ke atas, menilai penampilan murid itu. Penampilan yang mampu membuat semua guru langsung membawanya ke ruang tatib.

Lelaki bernama Jisung itu hanya tersenyum menunjukkan giginya yang rapi. "Kenapa bu? Kangen saya?"

"Saya harus bagaimana lagi denganmu?" tanya guru tatib itu lelah. Ia duduk di kursinya dan menatap Jisung yang kini berdiri santai seolah tidak ada beban.

"Hukum seperti biasa. Suruh bersihkan kamar mandi, atau lari keliling sekolah.."

Guru tatib itu menghela nafas. Jisung terlalu sering masuk ke bk sampai gurunya kewalahan dan kehabisan ide untuk memberi hukuman berat. Dan anak itu pun tidak merasa tersiksa dengan hukuman yang cukup berat. Jika ia diskors, malah anak itu akan kegirangan.

"Ck, bersihkan kamar mandi."

"Baik."

Jisung membungkuk sebelum keluar dari ruang tatib dengan langkah ringan. Sepeninggal Jisung, guru itu memijat keningnya yang pening. "Apa yang harus kulakukan dengan anak itu..."


Bukannya pergi ke kamar mandi, Jisung justru melenggang pergi ke kantin. Membeli minuman untuk menghilangkan dahaganya. Disana, ia bertemu salah satu kakak kelasnya, Jeno.

"Jisung, dari mana kau?"

"Biasa."

Jeno tertawa. Sudah mengerti dengan jelas bahwa Jisung baru saja keluar dari ruang tatib. Lelaki itu sudah terlalu sering masuk kesana, Jeno mengira Jisung adalah guru tatib karena seringnya kunjungan lelaki itu.

"Apa hukumanmu?"

"Kamar mandi."

"Gampang." Jeno terkekeh. Jisung membeli coca-cola—bukan untuk diminum, tapi untuk wc, dan duduk di depan Jeno.

"Kau akan mendapat omelan dari Jaemin. Dia tidak akan suka mendengar kau masuk ke tatib lagi."

"Oh ayolah, dia pun juga sering masuk ke ruang tatib. Lagipula ini semua salahnya karena mengajakku masuk ke geng motornya itu."

"Kau tidak menolaknya juga."

"Untuk apa aku menolak." Jisung mengendikkan bahunya, "Aku juga tidak ada kerjaan di rumah."

"Dasar nakal."

"Speak for yourself."


"Hei kalian berdua! Sedang apa disini?!"


Jisung dan Jeno menoleh dan mendapati senior mereka datang. Ia merapikan kacamata bulatnya sebentar sebelum melihat keduanya datar. "Kalian sedang apa disini."

"Halo Mark hyung." Jisung menyeringai. "Kami sedang nongkrong."

"Ini jam pelajaran Jisung."

"Aku dihukum. Setelah ini aku akan membersihkan kamar mandi. Kalau kau mau memberi poin, berikan saja pada Jeno hyung. Dia yang bolos pelajaran."

Mark menatap Jeno yang hanya meringis. "Aku benci kimia. Aku serasa ingin muntah di dalam sana."

Lelaki bermata bulat itu menghela nafas dan menutup matanya sejenak. Ia benci dirinya yang terlalu baik ini. "Baiklah, tapi jangan kau lewati pelajaran berikutnya dan Jisung cepat bersihkan kamar mandi itu."

"Ay ay captain!"

Mark pergi meninggalkan mereka berdua. Jisung sendiri berdiri sambil membawa dua botol colanya. "Aku bingung kenapa Mark hyung mau menjadi teman kita,"

"Kurasa itu baik, setidaknya ia ada untuk mengingatkan kita agar tidak berbuat terlalu buruk."


Mark adalah ketua osis sekolahnya, walaupun beberapa bulan lagi ia akan turun dari masa jabatannya. Ia adalah ikon sekolah, murid teladan kebanggaan guru-guru dan mempunyai segudang prestasi yang menakjubkan. Maka banyak orang yang heran kenapa lelaki jenius dan berakhlak sepertinya berteman dengan sekumpulan preman sekolah.

"Kita membantunya saat ia dipukuli oleh para brengsek itu bukan?"

"Kau benar." Jisung mengangguk. Mereka memang membantu Mark yang dikeroyok beberapa preman jalanan dan Mark sangat berterima kasih pada mereka. Maka tak jarang terkadang ia akan melepaskan ketiga temannya saat mereka berbuat onar.

Jisung pergi meninggalkan Jeno untuk membersihkan kamar mandi. Kegiatan yang sudah sering ia lakukan. Agak bosan sih karena tidak menantang sama sekali. Ia membuang coca-colanya di wc lalu mengoseknya cepat. Beberapa menit ia akan membilasnya dengan air dan voila, wc sekolahnya putih bersih seperti baru. Ia mengulanginya dengan wc lain lalu mengepel lantai hingga bersih. Penjaga sekolah harus berterima kasih padanya karena membuat kamar mandi laki-laki sekolah mereka bersih.

Jisung mencuci tangannya lalu menyisir rambutnya. Berkaca mengagumi wajahnya yang terbilang tampan itu. Ia lalu pergi keluar kamar mandi untuk melapor pada gurunya bahwa ia telah selesai membersihkan kamar mandi. Seperti biasa.

Ia membuka pintu ruang tatib namun terhenti saat orang dari dalam sudah membukanya terlebih dahulu. Di depannya, terdapat laki-laki berambut blonde yang lebih pendek darinya dengan sorot mata yang tajam. Jisung langsung minggir untuk memberi akses keluar padanya dan menoleh ke belakang, seperti terhipnotis oleh si blonde.

"Masuk Park Jisung."

Jisung tersentak dari lamunannya dan masuk ke dalam. Menatap guru tatibnya datar sebelum menunjukkan senyum khasnya yang menyebalkan bagi guru-guru. "Saya sudah selesai membersihkan kamar mandinya saem."

"Pergilah. Jangan berbuat onar lagi."

"Saya tidak bisa janji." Jisung mengendikkan bahunya dan pergi keluar ruang tatib sambil melambaikan tangannya.

Guru tatib itu mengatur nafasnya setelah Jisung pergi. Mencoba meredam emosinya yang selalu naik setiap berurusan dengan Park Jisung, murid nakal sekolah mereka.








To Be Continued





hehe, ff baru. dan ini lebih drama dari yang sebelumnya :]

strawberries and cigarettes.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang